Embun Es yang Selimuti Kertasari, Menawan tapi Ancaman bagi Petani

Fenomena membekunya buliran embun di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung tak sekadar memantulkan panorama nan memesona.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Jul 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2019, 10:00 WIB
Buliran embun es
Buliran embun es tampak indah dan menawan. Namun bagi pemetik teh dan petani kentang, fenomena alam ini menjadi sebuah ancaman. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung Fenomena membekunya buliran embun di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung tak sekadar memantulkan panorama nan memesona. Namun, kristal-kristal kecil tersebut justru menjadi perusak bagi tanaman teh dan kentang.

Sebagaimana diketahui, wilayah Kertasari sebagian besar lahannya adalah kebun teh. Di Desa Tarumajaya misalnya, ada Pabrik Teh Kertasarie yang dikelola PTPP London Sumatera Indonesia Tbk. Warga sekitar sering menyebutnya Lonsum.

Pabrik Teh Kertasarie merupakan bangunan pabrik yang memiliki ukuran cukup besar. Bangunan utama pabrik memperlihatkan arsitektur bangunan bergaya art deco, sebuah gaya bangunan yang berkembang sekitar tahun 1920-1930.

Berada di ketinggian 1.644 meter di atas permukaan laut, udara di sekitar kebun teh di sini terasa sejuk dengan panorama alam pegunungan yang begitu indah.

Namun demikian, peralihan musim kemarau seperti sekarang menimbulkan fenomena alam berupa embun es yang menyelimuti perkebunan teh di kecamatan yang tersambung dengan wilayah Pangalengan itu. Tampak bagian pucuk teh mengering dan menghitam.

Menurut salah seorang mandor perkebunan teh, Igin (64), dampak itu dari peralihan musim sehingga membuat daun teh menjadi kering dan hitam.

"Biasanya masih dipetik, tapi nanti disortir. Kita ambil yang bisa dipanen karena tidak semuanya menghitam," kata Igin saat ditemui Kamis (18/7/2019).

Dampak dari buruknya kondisi daun teh ini sangat merugikan buruh petik seperti Uga (46). Ditemui saat akan bertugas di lapangan sekitar pukul 06.00 WIB, Uga mengaku mendapat kerugian karena efek menghitamnya daun teh.

"Kalau pucuk daunnya kering dan hitam seperti ini, pendapatan jadi berkurang," katanya.

Uga tak menyebutkan berapa besar kerugian yang ia tanggung. Namun yang pasti, saat kemarau pendapatannya selalu menurun drastis.

"Biasanya satu hari bisa dapat 100 (kilogram) pucuk, tapi kalau sekarang 30 (kilogram) juga sudah untung," ujarnya.

Adapun harga per pucuk teh, bervariatif tergantung kualitas dan mutu pucuk teh yang dipanen. Nilai teh 60-65 per kilonya dihargai Rp425. Sedangkan nilai 55 per kilonya Rp200, dan mutu rendah dengan nilai 51 sekitar Rp40.

Simak Video Pilihan Berikut Ini

Petani Kentang Gagal Panen

Buruh petik teh
Buruh petik teh di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, menunjukkan pucuk yang kering serta berwarna kehitaman. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Embun beku yang disebabkan rendahnya suhu juga dapat merusak perkembangan tanaman kentang. Bahkan, warga Kertasari mengeluhkan kondisi gagal panen akibat rusaknya tanaman mereka.

Rudi Nurdiniansyah, warga Desa Cibeureum mengatakan, salah satu yang paling terasa dari menurunnya suhu adalah gagalnya panen kentang. Pria yang berprofesi sebagai guru itu mempunyai ayah seorang petani tanaman kentang di Kertasari.

"Ayah saya gagal panen karena memang suhunya rendah. Suhu yang terlalu rendah di masa kemarau ini tidak bisa membuat kentang berkembang dengan baik," ujarnya.

Rudi tak menyebutkan jumlah kerugian yang didapat sang ayah. Namun, dia menyebutkan faktor suhu dingin ekstrem di Kertasari sudah terasa dalam dua tahun terakhir.

"Dari tahun lalu juga sudah merasakan yang sama (kedinginan). Kalau secara aktivitas masih lihat masyarakat pergi ke kebun tidak begitu terganggu karena soal dingin sudah biasa di sini. Tapi dampak yang paling terasa ketika sayuran gagal panen," kata Rudi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya