Santap Pagi Menikmati Dahsyatnya Kuliner Abad IX di Yogyakarta

Kuliner unik abad IX bisa ditemukan di Pringwulung, Condong Catur, Sleman, DI Yogyakarta. Minuman dan makanan ini berasal dari prasasti yang ada di Indonesia atau di daerah kekuasaan kerajaan nusantara.

oleh Yanuar H diperbarui 06 Agu 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2019, 06:00 WIB
Matra Kafe Sediakan menu kuliner abad 9
Matra kafe menyediakan menu unik yaitu menu kuliner di abad 9. Minuman abad 9 ada lima minuman yang bisa dipilih berikut manfaatnya bagi tubuh..

Liputan6.com, Yogyakarta Penasaran dengan minuman, makanan atau kuliner unik di abad 9? Jawabannya ada di Matra Resto Cafe Kampung Kuliner Pringwulung Jalan Manggis, Condong Catur, Depok, Sleman. Resto ini menjadi satu-satunya tempat yang menjajakan makanan dan minuman di era wangsa Syailendra seperti jamu yang dikonsumsi Presiden Jokowi, sebenarnya sudah ada di zaman dulu.

"Menu ambil dari prasasti. Prasasti abad 9 ada. Ada kuliner Medang dan masa Syailendra zaman Borobudur," kata Detik Wicaksono Pemilik Matra Cafe beberapa waktu lalu.

Detik mengatakan kuliner unik yang disajikan Matra Cafe yang mengambil dari menu abad 9 terdiri dari makanan dan minuman. Semua menu ini ia mencari referensi dari beberapa data terutama dari prasasti.

"Kuliner di abad 9 itu beda. Minuman murni abad kesembilan itu difermentasi tidak pakai pengawet, minuman Padmaskar dari kembang kembang. Manfaat bunga banyak Mawar Melati Kantil Kenongo. Banyak manfaat buat tubuh membantu pengobatan kanker," katanya.

Resto Matra memiliki minuman abad 9 ini ada lima macam, ada minuman Padmaskar, Jatirasa, Pudhak Pana, Kinca dan Siddhu. Setiap minuman ini memiliki manfaatnya masing-masing.

"Jatirasa itu fermentasi rebung bambu muda di Jawa tidak ada yang ada di Filipina sama mana gitu yang jelas Thailand ga ada. Baru ngeh itu masuk di prasasti dan mereka masuk di masa Syailendra. Manfaatnya vitalitas dan stamina tubuh," katanya.

Minuman abad 9 lainnya bernama Pudhak Pana itu dari fermentasi pandan. Selain itu ada beberapa campuran rempah di dalamnya.

"Manfaat ke organ-organ dalam," katanya.

Minuman Kinca itu sangat bermanfaat untuk recovery cepat untuk organ yang sudah parah. Terdiri dari kayu manis dan secang dan bawang lanang dan campuran.

"Siddhu dari airnya ketan hitam atau fermentasi ketan hitam. Manfaatnya kan banyak," katanya.

Menurutnya ada testimoni minum Kinca langsung mersaakan efeknya langsung. Tapi harus mendahului minum Padmaskar kemudian minum sesuai dengna kebutuhan atau manfaat dari minuman tersebut.

"Jadi minum Kinca itu ditahan dulu dimulut, dua tiga detik nanti ketahuan organ mana yang bermasalah. Kayak kamu di perut tengah berarti itu usus besarmu kena," katanya.

Makanan abad 9 di Matra cafe and resto ini bernama Sgu Jhambala. Sgu itu bahasa dari nasi. Sgu Jhambala hampir sama dengan Sego Megono.

"Yang menbedakan kuliner unik di abad 9 tastenya dia ditaruh di kendi. Hampir sama kaya nasi dibuntel daun pisang dan yang tidak lah. Gurihnya beda kan," katanya.

 

 

Teh Gambuh

Kuliner Abad 9 di Matra Kafe
Matra kafe menyediakan menu unik yaitu menu kuliner di abad 9. Selain menu unik menu ini juga membuka kelas meditasi dan kaos therapy.

Beberapa waktu lalu Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi membeberkan rahasia staminanya karena minum jamu. Namun Detik menjelaskan minuman yang diminum Jokowi ada juga di restonya yang diberi nama Teh Gambuh.

"Teh Gambuh itu dari temu lawak, kunir dan jahe. Inspirasi dari tembang Gambuh bagian dari macapat. Gambuh berarti jumbuh (selaras) atau menemukan hakikat tujuan hidup. Gambuh juga diartikan kemesraan kehidupan berumah tangga esensinya selaras," katanya.

Selain itu juga memiliki minuman lain yang terhitung lama yaitu wedang cor itu dimasa setelah masa Majapahit. Hanya saat ini sudah melalui modifikasi karena perbedaan selera pasar.

"Wedang cor dulu pakai santen sekarang pakai susu dan jahe dan ketan hitam. Beda sama dengan sekarang, tapi kalo murni abad 9 itu yang padmaskar dan teman-teman tadi," katanya.

Detik menjelaskan ada menu minuman lainnya yang bisa dicoba di Matra Cafe yaitu minuman Parang Kencono. Minuman Parang Kencono ini minuman kesenangan Panembahan Senopati.

"Dulu nggak tau namanya. Disini saya kasih nama parang kencono itu terdiri dari madu, dikasih air panas dikasih cengkeh dan kapulaga. Dulu eyang panembahan senopati minuman rutin setiap pagi. Kayak Jokowi yang disini namanya teh Gambuh," katanya.

Selain minuman ia juga menyediakan makanan yang sesuai dengan taste saat ini seperti Hayam Gni (ayam ungkep) yang bercita rasa gni atau pedes. Kafe yang melayani sejak pukul 09.00 WIB hingga 00.00 WIB ini menu kulinernya rage harganya mulai dari Rp10 ribu sampai Rp45 ribu.

"Hayam susur kayak abon dan susur itu yang biasa ibu-ibu pakai susur itu. Mirip gitu lah. Ada kangkung hantrini (endog) gemak,"katanya.

Meditative Kafe

Matra Kafe Sediakan menu kuliner abad 9
Matra kafe menyediakan menu unik yaitu menu kuliner di abad 9. Minuman abad 9 ada lima minuman yang bisa dipilih berikut manfaatnya bagi tubuh..

Bagi yang belum pernah ke Matra kafe, selain kuliner di abad 9 pengunjung bisa merasakan rileksasi yang coba ditawarkan. Mulai dari suasana tempat, musik dan tata ruang.

"Biar orang datang dengan rileks sehingga musik, spot dan makanan dan suasana dibuat lebih nyaman tapi memberi efek rileks dan detox. Sinergi antara kaos, kuliner dan meditasi," katanya.

Kafe ini juga membuka waktu tertentu untuk meditasi bagi yang ingin mendapatkan kelas meditasi. Menurutnya beberapa waktu kelas meditasi cukup diminati masyarakat.

"Meditasi waktunya menyesuaikan. Kalo kaos design sudah 20-an. Design by intuisi," katanya.

Detik mengatakan mendapatkan menu kuliner abad 9 tidak banyak ditemukan di Yogyakarta bahkan di Indonesia. Namun konsep ini coba ia tawarkan sejak tahun 2016 lalu di tempat yang sama.

"Konsep ruang ada yang sama tapi kuliner ga ada. Di Yogya ya disini mengadopsi menu abad 9 ditambah dengan meditasi dan kaos detox," katanya.

Pemilik Matra kafe ini menjelaskan membuat menu makanan dan minuman ini berdasarkan dari refernesi dari bahasa prasati. Setelah membuat dan dicoba semakin lama pembuatannya efeknya semakin tinggi.

"Mengaplikasi menu yang ada di prasasti, implementasi bisa dinikmati orang sekarang ternyata berdampak pada efek kesehatan," katanya.

Kuliner zaman dahulu benar-benar alami sehingga rasa yang ditawarkan jauh berbeda dengan saat ini. Ini juga menjadi tantangannya untuk mengedukasikan makanan sehat bagi tubuh.

"Itu tantangannya mengedukasi masyarakat, kuliner itu ada dan makananya seperti itu. Kalo bahan nggak ada ya tidak pakai. Banyak menu tidak kita buat ya karena beberapa bahan sudah nggak ada saat ini," katanya.

Simak video pilihan:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya