Buntut Penyerangan Warga Indragiri Hilir di Sarang Harimau

BBKSDA Riau menyatakan lokasi manusia dimakan harimau merupakan habitat atau sarang si datuk belang. Langkah evakuasi dinilai berisiko karena vegetasi hutan di sana masih bagus.

oleh M Syukur diperbarui 29 Agu 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2019, 07:00 WIB
Harimau Sumatra yang pernah terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem di Pelalawan.
Harimau Sumatra yang pernah terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem di Pelalawan. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Liputan6.com, Indragiri Hilir - Konflik harimau sumatra dengan manusia di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir, Riau, kembali memakan korban. Pria bernama Darmawan alias Nang tewas diterkam harimau dan menjadi santapan si Datuk Belang pada Minggu petang, 25 Agustus 2019.

Jasad pria asal Palembang, Sumatra Selatan itu baru dievakuasi Senin pagi, 26 Agustus 2019. Kondisinya mengenaskan, di mana kaki kiri dan tangan kanannya hanya menyisakan tulang karena dimangsa harimau.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sudah mengirim tim ke kawasan konsesi PT Bhara Induk itu. Tak banyak yang bisa dibuat karena situasi di lokasi tak kondusif. Beberapa warga yang menjadi teman korban tak terima dengan kejadian tersebut.

Sementara BBKSDA sendiri menyatakan tidak bisa mengevakuasi harimau karena lokasi penyerangan merupakan sarangnya. Kawasan itu masuk dalam bentangan alam Suaka Margasatwa Kerumutan.

"Kami menyebutnya sebagai landscape, di sana termasuk lingkaran kedua. Yaitu kawasan hutan alam dan ada konsesi perusahaan," kata Kepala Bilang Ini BBKSDA Riau Andre Hansen Siregar, Rabu siang, 28 Agustus 2019.

Dia menjelaskan, SM Kerumutan punya beberapa zona atau lingkaran. Pertama lingkaran SM itu sendiri dan dihuni beragam satwa dilindungi, termasuk harimau.

Sementara zona kedua juga masih hutan dan terdapat beberapa konsesi. Terakhir adalah lingkaran ketiga yang biasanya ada kebun masyarakat dan dekat dengan permukiman.

Setiap lingkaran ada harimau dengan teritorinya. Diduga, harimau yang menyerang korban merupakan penghuni zona kedua karena masih ada hutan dan beberapa individu harimau.

"Jadi itu memang sarangnya kemudian ada aktivitas orang di sana, bisa saja harimau bertindak melindungi diri atau memang korban dikira mangsa karena masuk rumahnya," sebut Hansen.

Risiko di Lapangan

Harimau Sumatra bernama Bonita yang pernah masuk pemukiman di Dusun Danau, Kecamatan Plangiran, Indragiri Hilir.
Harimau Sumatra bernama Bonita yang pernah masuk pemukiman di Dusun Danau, Kecamatan Plangiran, Indragiri Hilir. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Menurut Hansen, tidak setiap konflik dilakukan langkah evakuasi. Beda halnya dengan kasus harimau bernama Bonita beberapa waktu lalu karena masuk ke permukiman.

Hansen menerangkan, korban diserang harimau dewasa. Hal itu berdasarkan dari sejumlah luka di bagian leher dan tengkuk korban.

Bisa jadi, korban tak hanya diserang satu harimau karena biasanya di satu lokasi bisa juga dihuni beberapa harimau.

"Beberapa perusahaan di sana memang melaporkan adanya penampakan beberapa harimau, perangkat desa juga melaporkan," ucap Hansen.

Sebagai informasi, lokasi penyerangan Darmawan sangat jauh dari permukiman penduduk di Dusun Danau. Lokasinya berbatasan dengan Kecamatan Pelangiran dan Kecamatan Gaung, Indragiri Hilir.

Mengirim tim ke lokasi juga dinilai berisiko karena vegetasi atau tanaman hutan di sana masih rapat dan lebat. Sementara, pergerakan harimau tidak bisa ditebak dan kapan-kapan bisa menyerang kalau merasa terusik.

"Nanti juga dilakukan observasi ke lokasi, tapi masih menunggu situasi di sana kondusif dulu," sebut Hansen.

Kepada masyarakat, Hansen mengimbau tidak bertindak sendiri. Keinginan menangkap harimau punya risiko tinggi karena membahayakan jiwa, baik itu warga atau individu harimau.

Hingga kini, petugas masih mencari apa kegiatan korban di lokasi penyerangan. Dari data dikumpul, korban juga tak bekerja di perusahaan di sana dan merupakan pendatang di dusun tersebut.

Korban juga disebut jarang datang ke dusun dan lebih banyak menghabiskan waktu di pondok kawasan hutan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya