Siswi SMP di Solo Dikeluarkan Sekolah Gara-Gara Chatting dengan Lawan Jenis

Sejak kelas VII, AN, si siswi SMP IT Nurhidayah Solo, sudah pernah ketahuan berhubungan melalui chat dengan siswa

diperbarui 11 Jan 2020, 16:41 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2020, 16:41 WIB
Ilustrasi - Pengguna ponsel (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Pengguna ponsel (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Solo - Seorang siswi kelas VIII SMP IT Nur Hidayah Solo, AN, dikeluarkan dari sekolah gara-gara menjalin hubungan berlebihan dengan siswa. Sekolah itu memang memberlakukan larangan anak didik menjalin hubungan berlebihan dengan lawan jenis.

Berdasar informasi yang dihimpun Solopos.com, AN sudah beberapa kali kedapatan menjalin hubungan komunikasi dengan pelajar laki-laki. Hal tersebut bahkan terjadi sejak AN duduk di kelas VII.

Hingga berita ini diunggah, keluarga AN, siswi SMP, belum dapat ditemui atau dihubungi untuk dimintai konfirmasi.

Kepala SMP IT Nur Hidayah Zuhdi Yusroni saat dimintai konfirmasi membenarkan telah mengeluarkan AN dari sekolah.

Keputusan tersebut bukan mendadak dan bukan sekadar karena hubungan berlebihan dengan lawan jenis. Menurut Zuhdi, Sejak kelas VII, AN, si siswi SMP IT Nurhidayah Solo, sudah pernah ketahuan berhubungan melalui chat dengan siswa.

Padahal sejak awal sekolah sudah menyosialisasikan kepada orang tua maupun anak didik bahwa mereka tidak boleh berhubungan berlebihan dengan lawan jenis.

"Jika melanggar ada sanksi poin. Kalau poin ini terus bertambah dan melampaui batas, siswa bisa dikeluarkan,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (10/1/2020), dikutip dari Solopos.com, Sabtu (11/1/2020).

Zuhdi menjelaskan, sekolah juga tidak serta merta selalu memberikan sanksi saat AN melakukan kesalahan. Sekolah sering kali memberikan pembinaan, nasihat, pemanggilan orang tua, dan kelonggaran agar siswa dan siswi di SMP terseut, termasuk AN, memperbaiki diri serta tak berhubungan dengan lawan jenis secara berlebihan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Bukan Pertama Kali

Ilustrasi - Ponsel kini sudah lazim digunakan oleh siswa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Ponsel kini sudah lazim digunakan oleh siswa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

"AN pernah menandatangani surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya. Tapi AN sepertinya tidak jera, malah beberapa kali melakukan pelanggaran lagi setelah kena sanksi. Saat akan dikeluarkan kali pertama, kami juga memberikan kesempatan keluarga AN untuk mencari sekolah baru," ucapnya.

Disinggung tentang sanksi kepada siswa lain, Zuhdi memastikan semuanya diperlakukan sama. Tapi anak lain biasanya berhenti atau jera setelah mendapat sanksi sehingga poin mereka tidak bertambah.

Zuhdi juga mengungkapkan AN memiliki sisi lain dan membutuhkan pendampingan psikolog. AN pernah mengunggah postingan di media sosial bernada membahayakan orang tuanya sendiri.

Di sisi lain, kasus dikeluarkannya anak didik seperti AN bukan kali pertama di sekolah ini.

Ada beberapa anak yang dikeluarkan tidak melalui mekanisme jumlah poin karena kesalahannya dinilai sangat berat, yakni nyaris berhubungan badan.

"Jadi bukan hanya AN yang dikeluarkan. Dulu pernah ada yang ketahuan nyaris berhubungan badan di luar sekolah, lalu dilaporkan dan langsung kami kembalikan kepada orang tuanya," dia menjelaskan.

Dapatkan berita lain dari Solopos.com, di sini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya