Hore, Akhirnya Ngatini Si Gajah Sumatra Hamil 4 Bulan

Gajah Ngatini akhirnya hamil setelah hampir tiga tahun hidup dengan Gajah Robin di Taman Wisata Alam Buluh China.

oleh M Syukur diperbarui 24 Jan 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2020, 10:00 WIB
Gajah Ngatini jalani proses USG untuk melihat janin yang tengah dikandungnya.
Gajah Ngatini jalani proses USG untuk melihat janin yang tengah dikandungnya. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Kampar - Hampir tiga tahun hidup bersama pasangannya, Ngatini akhirnya dinyatakan dokter hamil. Usia bayi di rahimnya diperkirakan 4 bulan tapi belum diketahui jenis kelaminnya.

Ngatini merupakan gajah sumatra yang selama ini tinggal di Taman wisata Alam (TWA) Buluh Cina, Kecamatan Siakhulu, Kabupaten Kampar. Usianya sudah 20 tahun dan ini merupakan kehamilan pertama satwa berbadan bongsor itu.

Menurut Kepala Balai Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, gajah Ngatini mewarisi anak dari Gajah Robin. Usia gajah terakhir ini berjarak dua tahun dari Ngatini.

"Keduanya didatangkan dari Pusat Latihan Gajah Minas pada Maret 2017 ke TWA menghibur pengunjung," kata Suharyono, Kamis malam, 23 Januari 2020.

Suharyono menjelaskan, kabar kehamilan Ngatini disampaikan dokter hewan bernama Tika. Hal ini diketahui setelah Tika melakukan USG kepada Ngatini.

"Tentu saja kabar ini sangat mengembirakan karena akan menambah populasi gajah di Riau," ucap Suharyono.

Pemeriksaan gajah hamil ini akan dilanjutkan pada hari berikutnya. Tujuannya untuk mengetahui jenis kelamin janin yang dikandung Ngantini.

"Pada pemeriksaan awal, Ngatini terlihat tidak nyaman, makanya dihentikan," kata Suharyono.

Suharyono berharap Ngatini selalu sehat sehingga bisa melahirkan anaknya dengan selamat nantinya.

Deteksi Konflik Gajah

Pimpinan kelompok gajah diberi BBKSDA Riau GPS Collar untuk mencegah terjadinya konflik dengan manusia.
Pimpinan kelompok gajah diberi BBKSDA Riau GPS Collar untuk mencegah terjadinya konflik dengan manusia. (Liputan6.com/M Syukur)

Di sisi lain, BBKSDA Riau juga punya cara baru untuk meminimalisasi konflik gajah liar dengan masyarakat. Apalagi dalam beberapa tahun belakangan, intensitas konflik meningkat tajam.

Menurut Suharyono, cara dimaksud adalah pemasangan GPS Collar kepada pimpinan kelompok gajah di Riau. Hal ini sudah dimulai dari kelompok gajah Petapahan.

Kelompok gajah ini memiliki jalur lintas di Minas (Siak), Tapung (Kampar) dan Rumbai (Pekanbaru). Mereka bahkan selalu nyaris masuk ke pemukiman setelah melintasi kebun.

"Wilayah jelajahnya sering bersinggungan dengan pemukiman penduduk terutama di Desa Bencah Kelubi, Karya Indah (Kampar) dan sekitarnya," sebut Suharyono.

Dengan pemasangan GPS, pergerakan pimpinan gajah bersama kelompoknya dapat terpantau. Dengan demikian, petugas dapat mengetahui di mana keberadaan gajah.

"Sebelum mendekati pemukiman, BBKSDA Riau bersama masyarakat akan segera menggiringnya menjauh untuk masuk kembali ke hutan," kata Suharyono.

Suharyono menyebut pemasangan GPS Collar juga akan dilakukan kepada pimpinan kelompok gajah lainnya.

"Semoga langkah ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga permasalahan konflik antara manusia dan satwa liar dapat diminimalisir," imbuh Suharyono.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya