Bukan Lockdown, Sultan Minta Masyarakat Yogyakarta Slow Down

Bukan meremehkan, Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Jogja Sultan HB X meminta masyarakat tetap waspada melalui kebijakan slow down.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Mar 2020, 18:23 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 18:23 WIB
Sultan HB X
Gubernur DIY sekaligus Raja Kraton Jogja Sultan HB X menggelar Sapa Aruh atau menyapa warga di Kompleks Kepatihan menyatakanuntuk selalu tenang dan waspada.

Liputan6.com, Yogyakarta - Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Sapa Aruh di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kantor Gubernur DIY, Senin (23/3/2020). Dalam Sapa Aruh atau menyapa warga kompleks kepatihan itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengingatkan ke banyak orang tentang "Cobaning Gusti Allah Awujud Virus Corona".

Dalam kesempatan itu, dirinya juga menganjurkan masyarakat untuk slow down bukan lockdown.

"Waspada, melalui kebijakan 'slow down', sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit Corona, dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendiri-sendiri," katanya.

Sultan meyakini rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi dan bisa membedakan mana berita hoaks serta mana yang benar dan nalar. Sehingga masyarakat tidak terjebak dalam isu-isu terkait lockdown yang menyebabkan panic buying. Dirinya juga mengatakan, DIY belum mau menerapkan kebijakan lockdown.

"Calm down untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri, agar eling lan waspada. Eling atas Sang Maha Pencipta dengan laku spiritual, 'lampah', ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayoman-Nya," katanya.

Sultan mengatakan masa tanggap darurat bencana virus Corona Covid-19 ini harus dihadapi dengan sikap sabar dan tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Bagi Sultan HB X yang berkewajiban menjadi Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, dirinya berpegang teguh pada ajaran Jawa, “Wong sabar rejekine jembar, wong Ngalah urip luwih berkah”.

"Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik 'bahaya' ada 'peluang', bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk 'membunuh musibah' atau 'bertahan hidup'. Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian," katanya.

Melihat kondisi wabah yang menyebar begitu cepat di dunia dan di Indonesia, ia teringat kata-kata pujangga Ranggawarsito, dalam Serat Kalatidha. Di mana, kondisi saat ini sulit dari kepastian yang ada hanyalah ketidakpastian.

"Suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa was-was, saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi petunjuk di jalan lurus-Nya, kembali pada ketenteraman lahir dan batin," katanya.

Sultan menjelaskan jika bencana non-alam ini sangat berbeda dengan  bencana gempa pada 2006 yang kasat-mata. Ia menggambarkan jika virus corona Covid-19

ini tidak terasa ketika masuk tubuh dan tidak terlihat.

"Tidak bisa kita rasakan, dan menyerangnya pun tak terduga-duga. Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya," katanya.

 Ia menganjutkan bagi rakyatnya yang merasa kurang sehat harus memiliki kesadaran. Sekaligus menerima jika harus mengisolasi diri pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya.

"Jaga diri, jaga keluarga, jaga persaudaraan, jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman, dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul. Bisa jadi kitamerasa sehat, tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya