Liputan6.com, Polman - Sudah hampir sebulan Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) Sulawesi Barat menerapkan sistem kuliah online bagi mahasiswa. Hal itu dilakukan mengingat perkembangan penyebaran virus corona (Covid-19) yang semakin masif, selain juga mengikuti imbauan pemerintah soal physical distancing.
Sistem kuliah yang tidak mengharuskan mahasiswa tatap muka datang ke kampus, membuat kebanyakan dari mereka memilih mudik ke kampung halaman. Yang jadi persoalan kampung halaman mereka berada di desa terpencil dan sulit mendapat jaringan internet.Â
Yeyen dan Winarto misalnya, dua mahasiswa Unasman Jurusan Matematika semester 4 itu perlu mencari cara bagaimana agar tetap bisa kuliah online meski berada di kampung halaman. Mahasiswa yang juga warga Desa Kirak, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, itu pun memutuskan membangun rumah pohon demi mendapat sinyal internet yang bagus.
Advertisement
Baca Juga
"Jaringan baru bagus kalau berada di ketinggian," kata Yeyen kepada Liputan6.com, Selasa (14/4/2020).
Tak jauh berbeda dengan Sukmawati Kahar, mahasiswa jurusan agrebisnis itu bersama teman-temannya harus berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk bisa mencapai puncak gunung di Desa Ratte, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polman, untuk mendapat sinyal internet yang bagus demi bisa mengikuti kuliah online. Bahkan mereka harus menempuh medan yang sulit, termasuk jalan yang curam agar bisa sampai ke lokasi.
"Kita datang ke sini untuk cari jaringan sebab kita ada kuliah online, di rumah atau di kampung itu tidak ada jaringan kita harus ke puncak agar dapat jaringan," katany.
Sukmawati menambahkan, hal itu harus mereka lakukan, karena ia dan teman-temannya tidak ingin proses perkuliahan mereka terhambat, hanya karena persoalan jaringan internet yang tidak ada di kampung mereka.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Apresiasi Pihak Kampus
Ketua Program Studi Matematika Unasman Herlina Ahmad mengatakan, jadwal perkuliahan online sudah ditetapkan oleh pihak universitas setiap Selasa, Jumat, Sabtu dan Minggu. Hal itu dilakukan agar proses perkuliahan di semester ini tidak terhambat.
"Durasi kuliahnya rata-rata 1,5 jam sampai 2,5 jam. Tergantung SKS dari mata kuliah. Jadi harus memilih aplikasi yang tidak memakan kuota terlalu banyak," kata Herlina.
Herlina mengaku bangga dengan usaha sejumlah mahasiswanya yang harus berjuang agar tetap bisa mengikuti perkuliahan. Dengan melihat perjuangan mereka para dosen pun semaksimal mungkin memberikan materi kuliah yang terbaik.
"Sangat luar biasa. Menginspirasi, mengajarkan perjuangan baik untuk saya sebagai dosen maupun teman-temannya yang tinggal di kota, yang fasilitasnya (jaringan) sangat mudah. Jadi lebih menghargai perkuliahan dengan memberi materi yang terbaik buat mahasiswa," ungkap Herlina.
Herlina berharap, gambaran perjuangan para mahasiswa untuk tetap mengikuti perkuliahan ditengah keterbatasan, dapat mengetuk hati pemerintah untuk bisa menyediakan jaringan internet bagi mahasiswa yang tinggal di pelosok daerah.
"Harusnya ada perhatian pemerintah daerah terkait fasilitas internet di setiap desa," katanya menambahkan.
Advertisement