Butuh Bantuan, Pekerja Wisata di Bandung Curhat: Perhatiannya Jangan ke Ojol Terus

Jangan perhatiannya ke ojol terus, pekerja wisata di lapisan bawah sangat banyak, dan mereka sebenar-benarnya pejuang devisa.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 16 Apr 2020, 06:59 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2020, 06:59 WIB
Pesona Wisata Mangrove Tarumajaya di Bekasi
Wisatawan usai menaiki perahu saat mengunjungi Taman Wisata Hutan Bakau (Mangrove) di Desa Segarajaya, Tarumajaya, Bekasi, Jawa Barat (24/11/2019). Taman wisata hutan bakau ini menjadi salah satu destinasi favorit warga, baik dari dalam maupun luar Bekasi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Agus Tuteng hanya bisa pasrah. Pandemi virus corona (Covid-19) bukan hanya memakan banyak korban jiwa, tapi juga merenggut sumber mata pencahariannya. Bekerja sebagai freelance operator pariwisata di Kabupaten Bandung, Agus mengatakan virus corona benar-benar menghancurkan bisnis travel, bahkan jauh sebelum virus mematikan itu masuk ke Indonesia.

"Sebetulnya semenjak kejadian di Wuhan, Cina, itu sudah terasa dampaknya. Jumlah kunjungan wisman anjlok," ungkap Agus saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (15/4/2020).

Situasi itu kemudian diperparah dengan temuan kasus positif pertama virus corona (Covid-19) di Indonesia. Meski sebelumnya, Agus mengklaim, penurunan jumlah wisatawan nusantara sudah terasa saat akhir Februari 2020.

"Di Februari itu sudah banyak tamu yang cancel kedatangan, dan kami betul-betul berhenti di Maret," katanya.

Agus yang merupaan freelance marketing sekaligus guide local untuk semua destinasi wisata di Ciwidey, Kabupaten Bandung, mencatat setidaknya ada 4 perusahaan yang membatalkan kunjungan wisatanya ke Ciwidey lantaran takut virus corona.

"Di saya saja total jumlah cancel 380 orang, itu belum termasuk grup kecil dan perorangan," katanya.

Agus Tuteng tidak sendirian, dia bersama guide lokal lainnya, tukang perahu, pedagang kecil, dan EO wisata lokal, yang total jumlahnya bisa mencapai 500 orang dari semua destinasi wisata di Ciwidey itu kini hanya bisa pasrah. Belum adanya bantuan yang real dari pemerintah untuk para pejuang devisa ini membuat kondisi mereka makin memprihatinkan.

"Jujur kami butuh juga bantuan sembako untuk saat-saat seperti ini. Atau kami diberi pinjaman uang untuk kemudian hari kami bayar setelah normal. Mungkin seminggu ini kami masih bisa bertahan dengan sisa tabungan, setelah itu enggak tahu," ungkapnya.

Agus menyayangkan sikap pemerintah yang dinilainya hanya memperhatikan kesejahteraan pengemudi ojek online. Padahal banyak sektor lain yang lebih terpukul dengan adanya pandemi virus corona (Covid-19), salah satu sector yang paling terdampak adalah pariwisata. Dan dampaknya paling dirasakan oleh para pekerja pariwisata di bawah.

"Jangan perhatiannya ke ojol terus, kami ada dan banyak, jangan dilihat pariwisata hanya karyawan hotel, wahana, dan restoran. Kami di luar itu jumlahnya banyak, mungkin belum terdata, kami itu yang sebenarnya pejuang devisa," kata Agus.

Agus mewakili teman-teman senasib, mengaku sudah mencoba menghubungi salah satu anggota dewan daerah untuk meminta solusi dan jalan keluar. Sementara jawaban yang didapat hanya arahan untuk ikut daftar kartu prakerja.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya