Tak Ada Ritual Pertobatan Mandi Balimau di Ranah Minang Tahun Ini

Mandi balimau agaknya tahun ini tidak lagi bisa dilakukan masyarakat, sebab pandemi corona Covid-19 yang tengah mewabah hingga penjuru negeri.

oleh Novia Harlina diperbarui 02 Mei 2020, 10:07 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 05:00 WIB
Balimau merupakan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau.
Balimau merupakan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau.

Liputan6.com, Padang - Mandi "balimau" menjelang Ramadan sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat. Konon tradisi ini telah dilakukan sejak ratusan tahun silam.

Tetapi, Mandi balimau agaknya tahun ini tidak bisa dilakukan masyarakat. Sebab pandemi corona Covid-19 yang tengah mewabah hingga penjuru negeri.

Kebijakan pemerintah sudah jelas, yakni menjaga jarak dengan orang lain dan tetap di rumah jika tidak ada kepentingan mendesak untuk ke luar.

Mandi balimau merupakan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya dilakukan di sungai atau tempat pemandian.

Balimau dilakukan satu atau dua hari menjelang puasa. Sungai dan tempat pemandian selalu ramai dikunjungi masyarakat.

Sebuah referensi dari Bangtjik Kamaluddin dalam bukunya, Mandi Belimau Di Dusun Limbung Bangka Belitung, menulis awal mula penerapan tradisi ini adalah masyarakat Desa Jada Bahri dan Desa Kimak Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Hikayat Mandi Balimau

Silat untuk menyambut tetua adat sebelum pelaksanaan Mandi Balimau Kasai di upacara Petang Megang di Provinsi Riau.
Silat untuk menyambut tetua adat sebelum pelaksanaan Mandi Balimau Kasai di upacara Petang Megang di Provinsi Riau. (Liputan6.com/Istimewa/M Syukur)

Seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram Yogyakarta bernama Depati Bahrein melarikan diri dari kejaran Belanda. Lalu pada 1700-an, sampailah Depati Bahrein bersama pasukannya ke Pulau Bangka.

"Konon Depati Bahrein kemudian melakukan ritual mandi pertobatan yang kemudian dicontoh oleh warga sekitar," tulis Bangtjik Kamaluddin.

Akhirnya, istilah mandi pertobatan ini menjamur ke sebagian besar Tanah Melayu sebelum memasuki bulan Ramadan. Tradisi ini dikenal dengan balimau atau bakasai di daerah lain.

Kemudian melihat situasi saat ini dimana pandemi virus corona sedang mewabah, maka kegiatan balimau kali ini secara otomatis juga tidak dilakukan seiring dengan kebijakan pemerintah.

"Jangankan mandi balimau yang beramai-ramai di sungai, ke warung saja sekarang was-was karena virus corona," kata salah seorang warga Padang, Dewi (34) kepada Liputan6.com.

Jika mandi balimau tidak dilakukan warga, kata Dewi maka ini bisa dikatakan pertama kali dalam sejarahnya tak ada mandi balimau jelang puasa di Sumbar.

Di Kota Padang biasanya dari tahun ke tahun, ada 12 titik lokasi untuk tradisi mandi balimau seperti Pantai Padang, Pantai Aia Manih, Pantai Pasir Jambak, Lubuak Tampuruang, dan Lubuak Paraku.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya