Kisah Perjuangan Sarni, Hamil Tetap Jadi Buruh Gendong Demi Bayar Utang

Kantong saku buruh gendong perempuan yang tengah hamil itu baru terisi lembaran Rp5.000 setelah mengangkut satu kwintal bawang sejauh 700 meter dari depan SMP Negeri 4 Solo

diperbarui 21 Jun 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2020, 04:00 WIB
Buruh Gendong
Buruh gendong di pasar tradisional Yogyakarta akan mendapat bantuan dari donatur untuk layanan kesehatan (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Solo - Di tengah pandemi Covid-19 ini, salah satu pekerja informal yang merasakan imbasnya ada buruh gendong di Pasar Legi, Solo. Salah satu buruh gendong perempuan itu adalah Sarni.

Perempuan berusia 32 tahun ini mengaku transaksi di Pasar Legi ini sepi sehingga pendapatannya sebagai buruh gendong berkurang.

Upah harian yang ia terima menjadi tidak pasti, mulai Rp30 ribu per hari sampai Rp50 ribu per hari. Sementara sang suami, Sugeng Widodo, 32 yang bekerja sebagai pengrajin kayu kini lebih banyak menganggur akibat warga memprioritaskan kebutuhan pokok selama pandemi Covid-19.

Saat ditemui Solopos.com pada Senin (15/6/2020), perempuan asal Rejosari, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah ini sedang menunggu antrean mengusung barang bersama buruh gendong lainnya di Pasar Legi, Solo.

Kantong saku buruh gendong perempuan yang tengah hamil itu baru terisi lembaran Rp5.000 setelah mengangkut satu kwintal bawang sejauh 700 meter dari depan SMP Negeri 4 Solo hingga Muara Kuliner Pasar Legi. Bawang yang ia angkut dibagi dalam lima karung yang dibonceng di depan dan belakang menggunakan sepeda motor.

Meski sedih lantaran pendapatannya sebagai buruh gendong di Pasar Legi menurun, ia masih merasa bersyukur karena setelah 17 tahun menikah, kini ia sedang mengandung anak pertamanya.

"Mungkin ini jalan Allah. Walaupun pendapatan banyak berkurang harus bersyukur. Ternyata Tuhan kasih rejeki dengan saya hamil. Insya Allah saya bekerja sampai mau lahiran. Ikut suami bayar utang. Kalau enggak sertifikat rumah bisa diambil bank. Itu kendalanya,” kata dia, dikutip Solopos.com.

Keinginan untuk beristirahat sambil menunggu kelahiran anak kandung pertama harus diundur hingga menjelang kelahiran sang buah hati.

Ia terpaksa terus bekerja karena memiliki pengeluaran bulanan, antara lain, susu untuk anak angkatnya, Dodik Wahyu Pratama, yang berusia tiga tahun, angsuran kredit bank Rp1,5 juta per bulan, dan cicilan sepeda motor Rp420.000 per bulan.

Sadar akan bahaya dirinya rentan terpapar Covid-19 karena sedang hamil, setiap bekerja sebagai buruh gendong di Pasar Legi ia selalau mengenakan masker, sering mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.

Dapatkan berita menarik Solopos.com lainnya, di sini:

Simak Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya