Gunung Merapi Menggembung, Tanda-Tanda Siap Meletus?

Gunung Merapi menggembung sekitar 0,5 sentimeter per hari

diperbarui 09 Jul 2020, 10:38 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2020, 10:35 WIB
Gunung Merapi Erupsi
Abu tipis terdistribusi di beberapa wilayah sekitar lereng Gunung Merapi. (Foto: Humas BNPB)

Boyolali - Warga di wilayah Soloraya diminta waspada menyusul kondisi Gunung Merapi yang menggembung dalam beberapa hari terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, mengatakan kondisi Gunung Merapi hingga Rabu (8/7/2020) siang, masih waspada.

"Memang ada penggembungan tubuhnya tapi kecepatan penggembungannya masih kecil. Penggembungan terjadi pascaerupsi 21 Juni lalu. Jadi sejak 22 juni sampai sekarang," kata dia kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Rabu, seperti dikutip Solopos.com.

Dia menyebutkan Gunung Merapi menggembung sekitar 0,5 sentimeter per harinya. Dia mengatakan kecepatan penggembungan tersebut masih tergolong rendah dibandingkan pada 2010 lalu yang mencapai 130 sentimeter dalam sebulan.

Menurutnya dari indikasi yang ada, Gunung Merapi akan kembali mengalami erupsi atau akan tumbuh kubah lava. Dia juga menyampaikan sebelum 21 Juni lalu sudah ada gempa vulkanik yang terjadi baik yang sifatnya dangkal maupun dalam.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Jarak Aman Gunung Merapi

Erupsi Gunung Merapi, Minggu, 21 Juni 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)
Erupsi Gunung Merapi, Minggu, 21 Juni 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)

"Memang sejak 2018 aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti, aktivitas terus ada. Jadi status masih waspada, artinya aktivitasnya di atas normal. Namun belum membahayakan penduduk di lereng Merapi asal di dalam radius tiga kilometer dari puncak tidak boleh ada aktivitas warga," lanjut dia.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang hari itu juga mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, mengimbau masyarakat di lereng Gunung Merapi yang tengah menggembung tetap waspada.

"Intinya Merapi perutnya sedang membengkak. Artinya ada gerakan di dalamnya, kemungkinan dari magmanya. Maka posisinya masyarakat tetap waspada.

Tetap bekerja tapi tidak boleh di dalam radius 3 km dari puncak Merapi. Itu sudah diketahui perangkat desa dan sukarelawan setempat," kata dia kepada wartawan.

Untuk meningkatkan kesiagaan penanganan masyarakat di lereng Gunung Merapi, dia meminta agar dilakukan simulasi atau latihan mengungsi.

 

Kondisi Pos Pengamatan Gunung Merapi

Erupsi Gunung Merapi terjadi ketika Indonesia masa darurat Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)
Erupsi Gunung Merapi terjadi ketika Indonesia masa darurat Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Selain mendatangi Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, pada hari itu Ganjar juga mendatangi Desa Tlogolele, Kecamatan Selo.

Di desa itu dia menyapa masyarakat di dusun Stabelan. Dia mengimbau masyarakat setempat untuk tetap waspada terhadap pergerakan Gunung Merapi. Dia juga mengimbau warga untuk tetap menjalankan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 ini.

Kondisi Gunung Merapi yang menggembung membuat Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mempersiapkan evakuasi warga lereng Merapi.

Untuk mengantisipasi terjadinya musibah meletusnya Gunung Merapi, BPBD sudah mempersiapkan skenario penyelamatan warga. Salah satunya berkoordinasi dengan daerah tujuan pengungsian.

Dapatkan berita menarik Solopos.com lainnya, di sini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya