Liputan6.com, Malang - Sudah lebih empat bulan ini suasana di Kampung Warna Warni Malang sangat berbeda. Tidak ada hilir mudik wisatawan, beberapa toko milik warga juga tutup. Pandemi mengubah suasana kampung jadi lebih tenang.
Kampung Warna Warni Malang tutup sejak 17 Maret silam. Saat kali pertama pemerintah mengumumkan pasien positif Covid-19 pertama. Sejak itu pula, salah satu kampung padat penduduk di Kota Malang ini seolah berdenyut tenang.
Advertisement
Baca Juga
Secara sosial, menyerupai situasi sebelum jadi kampung wisata bertema warna. Anak–anak leluasa bermain di tengah jalan kampung, tanpa perlu khawatir derap langkah rombongan tamu. Rumah warga tak jadi tempat berpose untuk swafoto.
Namun dari sisi ekonomi, sebagian warga merasakan dampaknya. Terutama bagi warga yang berdagang di rumah dengan mengandalkan kunjungan wisatawan. Aktivitas ekonomi di dalam kampung turut melemah.
Dami, tampak duduk di salah satu sudut kampung. Perempuan paruh baya ini berhenti berjualan mie pangsit di depan rumahnya. Sejak salah satu destinasi wisata di Kota Malang ini berhenti beroperasi.
"Warga belum menggelar musyawarah untuk menentukan apakah kampung buka atau tutup dulu dari kegiatan wisata," kata Dami di Malang, Selasa, 28 Juli 2020.
Ia mulai berjualan sejak kampungnya ramai kedatangan wisatawan. Hasilnya lumayan untuk tambahan penghasilan. Sejak kampung tutup, Dami memilih berhenti berjualan. Sebab, bila hanya mengandalkan pembeli dari lingkungan sekitar, hasilnya tidak seberapa.
"Kalau tetap jualan ya tak sebanding dengan lelahnya. Lebih baik tutup dulu, istirahat," ujarnya.
Dami tidak sendirian. Beberapa warga Kampung Warna Warni yang berjualan makanan, minuman, dan oleh–oleh sementara ini turut berhenti berjualan. Sebab, bisnis mereka selama ini murni mengandalkan wisatawan. Khawatir malah merugi bila memaksa tetap buka.
Simak video pilihan berikut ini:
Istirahat Sejenak
Sebelum pandemi Corona Covid-19, selalu saja ada tamu yang datang baik menggunakan motor maupun mobil. Biasanya di pinggir jalan berjejalan kendaraan milik wisatawan bercampur milik pembeli dan pedagang di pasar barang bekas Jalan Juanda.
Karena itu pula, sektor parkir jadi pendapatan tambahan warga. Sebut saja Ahmad, pedagang sepatu di depan pintu masuk Kampung Warna Warni. Ia tak terlalu risau kampung sementara ini menutup diri dari warga luar.
"Kalau kampung ini tutup ya antara enak dan dan tidak. Hasil parkir kan tidak seberapa, untuk tambahan saja," tuturnya.
Salah seorang warga lainnya, Ilham menuturkan, ada sisi positif bagi warga kala kampung menutup diri dari wisatawan. Terutama bagi mereka yang tidak berjualan atau perekonomiannya bertumpu pada pariwisata.
"Kalau saya sendiri ya bisa istirahat lebih nyaman. Misalnya tidur siang lebih tenang," ucapnya.
Bagi Ilham dan warga lainnya yang tak menggantungkan urusan dapur dari industri wisata ini, situasi ini biasa saja. Sejak kampung berubah dari pemukiman padat di tepi aliran Sungai Brantas jadi tujuan wisata populer di Kota Malang.
"Bedanya sejak beberapa tahun ini jadi lebih ramai, itu saja. Soal kapan buka lagi ya tunggu musyawarah warga," ucapnya.
Kampung Warna Warni Malang mulai diresmikan sebagai kampung wisata sejak Oktober 2017 silam. Mulai saat itu juga, warga luar berduyun–duyun datang pelesir ke kampung ini. Terlebih kampung di sebelahnya, Kampung Tridi juga hadir dengan konsep serupa.
Menjadikan kawasan sebagai destinasi dengan tema kampung warna warni. Jembatan kaca berdiri kokoh di atas aliran Sungai Brantas bak magnet untuk pelancong. Rata–rata tiap hari ada puluhan sampai ratusan pengunjung. Bahkan, bisa ribuan pada akhir pekan dan hari libur.
Advertisement
Operasional Tempat Wisata
Pemerintah Kota Malang menerbitkan Peraturan Wali Kota Malang nomor 19 tahun 2020 tentang Pedoman Penerapan Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19. Peraturan ini mengatur kegiatan perekonomian warga, termasuk industri pariwisata.
Pelaku industri dan pariwisiata diizinkan beroperasi sepanjang mampu memenuhi aturan tersebut. Serta telah diverifikasi lapangan oleh Satgas Covid-19 Kota Malang. Termasuk Kampung Warna Warni sebagai salah satu tujuan wisata di Kota Malang.
"Dinas Pariwisata juga masuk di satgas itu. Setelah itu akan keluar surat hasil verifikasi sebagai dasar boleh buka usaha," kata Agung H Buana, Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi KreatifDinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang.
Kesiapan warga di Kampung Warna Warni juga jadi modal utama. Bila warga sudah merasa aman dan siap menerima rombongan tamu, tentu boleh diizinkan kembali buka. Namun, tetap harus memenuhi peraturan wali kota.
"Tinggal kita cek kesiapannya. Status merah atau hijau juga jadi parameter menentukan apakah pariwisata siap buka atau tidak," tutur Agung.