Burung Garuda Menghadap ke Depan, Ini Penjelasan Paguyuban Kandang Wesi

Perubahan struktur dan komposisi garuda lambang negara diklaim sesuai dengan rumusan para tokoh bangsa, termasuk Presiden Sukarno.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 30 Okt 2020, 14:44 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 02:00 WIB
Kepala Kesbangpol Garut Wahyudijaya, menunjukan perubahan posisi dan komposisi burung garuda dalam  lembang negara Garuda Pancasila.
Kepala Kesbangpol Garut Wahyudijaya, menunjukan perubahan posisi dan komposisi burung garuda dalam lembang negara Garuda Pancasila. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Perubahan struktur dan komposisi burung Garuda dalam lambang Negara Garuda Pancasila yang dilakukan Paguyuban Kandang Wesi Tunggal Rahayu (Ampera-NKRI), di Garut, Jawa Barat, membuat heboh warga. Pengurus paguyuban optimistis, perubahan struktur dan komposisi tidak menyalahi aturan.  

Sekretaris II Paguyuban Kandang Wesi Tunggal Rahayu Endin Saepudin (50) mengatakan, awalnya ia mengaku tidak mengetahui secara detail perubahan itu, tetapi setelah mendapatkan penjelasan dari pengurus lainnya, akhirnya mulai memahami.

"Memang soal perubahan posisi dan komposisi merupakan hak ketua paguyuban," ujarnya, saat ditemui Liputan6.com, Rabu (9/9/2020).

Menurutnya, perubahan posisi dan komposisi burung Garuda, sesuai dengan dokumen awal pendirian negara oleh para tokoh bangsa.

"Kenapa harus lurus ke depan menunjukkan sikap istiqomah dalam beribadah termasuk dalam berbangsa dan bernegara, kami cinta NKRI," ujar dia.

Endin menjelaskan, perubahan posisi kepala Garuda lurus menghadap ke depan, merupakan gambar awal dari para tokoh bangsa untuk menggambarkan tujuan awal pendirian negara.

"Saya pernah melihat dokumennya dalam sebuah buku sejarah," ujarnya.

Dalam dokumen yang dimiliki paguyuban, Endin mengklaim jika posisi awal kepala burung garuda seharusnya lurus menghadap ke depan, bukan menghadap kanan (dari sudut pandang garuda) seperti yang berlaku saat ini.

"Gambar ke depan itu sesuai dengan arahan Bapak Presiden Sukarno dan para ulama yang merumuskan lambang negara saat itu," kata dia.

Posisi itu, ujar dia, menggambarkan sikap istikamah warga negara dalam bernegara, termasuk dalam menjalankan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Masa melaksanakan salat menghadap kanan atau ke kiri, ya harus lurus ke arah kiblat," ujarnya.

Ihwal perubahan komposisi badan Garuda menjadi bulatan berisi peta dunia dengan tulisan 'GARUDA BOLA DUNIA', hal itu tidak benar. Menurutnya, komposisi badan garuda yang berisi padi-kapas, kepala banteng, pohon beringin, rantai dan bintang, tetap ada.

"Memang, posisinya seolah tertutup," kata dia.

Namun, untuk semboyan Bhinneka Tunggal Ika, ia mengaku ketua paguyuban memiliki inisiatif menambah kata ‘Soenata Logawa’, hingga akhirnya menjadi 'Bhinneka Tunggal Ika Soenata Logawa'.

"Soenata Logawa itu menggambarkan keinginan paguyuban untuk membantu masyarakat secara suka rela alias legawa," ujar dia.

Perubahan posisi dan komposisi burung garuda dalam lambang negara, Garuda Pancasila, yang dilakukan Paguyuban Kandang Wesi Tunggal Rahayu, langsung memantik kehebohan masyarakat luas. Posisi kepala garuda yang sejatinya menghadap kanan, justru menghadap ke depan sesuai dengan klaim mereka.

Tidak hanya itu, komposisi badan garuda pun berubah, seiring penambahan bulatan berisi peta dunia dengan tulisan 'GARUDA BOLA DUNIA, bahkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tak luput dari perubahan dengan penambahan kata ‘Soenata Logawa’, hingga akhirnya menjadi 'Bhinneka Tunggal Ika Soenata Logawa'.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya