Liputan6.com, Palembang 0 Kerajaan Sriwijaya terkenal dengan kekuatan kemaritimannya di Indonesia dan menjadi kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.
Kendati letak pusat kerajaan ini belum diketahui lokasinya, namun banyak yang percaya jika Kerajaan Sriwijaya berpusat di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel).
Advertisement
Baca Juga
Hal ini diungkapkan oleh pendiri sekaligus Ketua Yayasan Kebudayaan Tandipulau Erwan Suryanegara, yang juga merupakan penggiat kebudayaan di Sumsel.
Menurutnya, karena Kerajaan Sriwijaya segara kemaritiman sangat kuat, jalur laut menjadi akses transportasi utama di masa itu.
Meskipun jejak-jejak kejayaan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di nusantara, tapi ada yang belum banyak diketahui publik, yaitu Kapal Sriwijaya yang digunakan di masa Kerajaan Sriwijaya.
Bentuk Kapal Sriwijaya sendiri, terpahat di relief Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah (Jateng).
“Saya sudah melakukan penelitian, pahatan Kapal Sriwijaya ada di relief Candi Borobudur. Mengingat candi tersebut peninggalan abad ke-8 di era Kerajaan Sriwijaya,” ucapnya kepada Liputan6.com, Jumat (2/10/2020).
Di salah satu relief Candi Borobudur, terpahat dengan ukuran besar bentuk Kapal Sriwijaya yang menggambarkan sedang berlayar. Namun dia memperkirakan, di relief lain juga terpahat kapal kerajaan maritim tersebut.
Kapal Sriwijaya di masa Kerajaan Sriwijaya sendiri, berbentuk seperti kapal pinishi, dengan tiang berlayar dan belum menggunakan mesin.
“Belum banyak orang tahu (relief Kapal Sriwijaya), karena itu hasil penelitian dan kajian saya. Dan sudah saya buat video 3D animasinya,” katanya.
Dia menjelaskan, Candi Borobudur sebenarnya dibangun di masa Kerajaan Sriwijaya. Namun karena berada di Pulau Jawa, sehingga banyak yang mengakui Candi Borobudur tersebut merupakan peninggalan kerajaan di Pulau Jawa.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Tradisi Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya sendiri, lanjut Erwan, merupakan sebuah negara besar yang berkuasa selama 7 abad di nusantara. Wilayah yang dikuasainya pun sampai ke berbagai negara di Asia, seperti Thailand, Philiphina, Laos dan Kamboja.
“Padahal (Candi Borobudur) di masa Kerajaan Sriwijaya, karena daerah Jawa itu wilayah dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya,” ungkapnya.
Selain Kapal Sriwijaya, ciri-ciri peninggalan kekuasan Kerajaan Sriwijaya adalah tradisi rumah panggung dan Bahasa Melayu.
Bahkan menurutnya, Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini merupakan bahasa turunan dari Bahasa Melayu kuno, yang ada di prasasti-prasasti Kerajaan Sriwijaya.
“Yang sedang saya dorong sekarang adalah ikon Sumsel, yang bisa diterima oleh masyarakat Sumsel. Tidak terkait dengan etnis-etnis beragam di Sumsel, yaitu adalah Kapal Sriwijaya ini,” ujarnya.
Advertisement
Ikon Kapal Sriwijaya
Alasannya menggagas Kapal Sriwijaya menjadi ikon Sumsel, karena Sumsel sudah disebut sebagai Bumi Sriwijaya dan bisa mengenalkan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang sebenarnya.
Pembuatan 3D animasi Kapal Sriwijaya tersebut, diharapkannya dalam diimplementasikan dalam bentuk monumen khas Sumsel.
“Kalau disetujui pemerintah daerah di Sumsel, bisa dibangun monumen Kapal Sriwijaya, yakni di pintu masuk atau di tempat strategis. Seperti di Bundaran Air Mancur (BAM), jangan seperti itu, lebih bangun (dibangun) Kapal Sriwijaya yang besar,” ucapnya.
Mantan dosen seni rupa di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Palembang ini juga, sudah mengenalkan penelitiannya di berbagai diskusi dan di media sosial (medsos) Facebook.
Dia mengakui, saat ini hasil penelitiannya belum dikomunikasikan ke pemerintah daerah. Namun dia terus berjuang untuk mengedukasi masyarakat Sumsel, tentang salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut.