Penggunaan Pestisida Nabati Bikin Petani Sigi 'Untung' Bertubi-tubi

Upaya mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia sintetis terus dikembangkan guna meminimalisasi dampak bagi kesehatan dan ekonomi petani di Kabupaten Sigi. Salah satunya dengan mengenalkan petani di Sigi membuat pestisida nabati.

oleh Heri Susanto diperbarui 27 Okt 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2020, 07:00 WIB
Demonstrasi pembuatan pestisida nabati di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi
Petani di Kecamatan Dolo Selatan, Sigi saat praktik pembuatan pestisida nabati dengan didampigi penyuluh dari BPTP Balitbangtan Sulteng dalam pelatihan yang digelar 12 s.d 19 Oktober. (Foto: BPTP Balitbangtan Sulteng).

Liputan6.com, Sigi - Upaya mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia sintetis terus dikembangkan guna meminimalisasi dampak bagi kesehatan dan ekonomi petani di Kabupaten Sigi. Salah satunya dengan mengenalkan petani membuat pestisida nabati.

Pengenalan pestisida nabati itu dilakukan oleh penyuluh dari BPTP Balitbangtan Sulteng bersama Yayasan Pusaka Indonesia dengan demonstrasi pengolahan di empat desa di Kecamatan Dolo Selatan, yakni Desa Baluase, Wisolo, Jono, dan Sambo sejak 12 hingga 19 Oktober, 2020.

Tiga ramuan berbahan alami yang dikenalkan yakni racikan yang terdiri dari daun sirsak, daun kelor, daun pepaya, daun tembakau, dan bawang putih. Ramuan kedua terdiri dari buah mengkudu, bawang putih, jahe, dan serai wangi. Sedangkan yang ketiga terdiri dari daun mimba, salembangu (babadotan), cabai rawit, dan bawang putih.

Cara membuatnya pun mudah, tinggal merendam semua bahan itu selama 3 hari lalu diencerkan dengan air sebelum disemprotkan ke tanaman.

Penyuluh pertanian dari BPTP Sulteng, Masyitah Muharni bilang tanaman-tanaman yang jadi bahan tersebut mengandung metabolit sekunder, senyawa bioaktif, seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat-zat kimia sekunder lainnya.

Pestisida nabati itu, kata dia, jika diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman, tetapi berpengaruh terhadap sistem syaraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti-makan, dan keseimbangan pernafasan OPT atau hama.

"Pestisida nabati ini sebagai pencegahan hama, tidak harus kalau ada serangan. Kalau pestisida kimia kan dipakai kalau ada serangan, tapi itu bisa merusak lingkungan dan kesehatan manusia," penyuluh dari BPTP Sulteng, Masyitah Muharni menjelaskan, Minggu (25/10/2020).

Simak video pilihan berikut ini:

Bahan Alami, Solusi bagi Kesehatan dan Pengeluaran Petani

Demonstrasi pembuatan pestisida nabati di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi
Petani di Kecamatan Dolo Selatan, Sigi saat praktik pembuatan pestisida nabati dengan didampigi penyuluh dari BPTP Balitbangtan Sulteng dalam pelatihan yang digelar 12 s.d 19 Oktober. (Foto: BPTP Balitbangtan Sulteng).

Dengan menggunakan pestisida nabati, kata Masyitah, dua keuntungan lain bisa didapat petani, yakni kesehatan karena bisa menghindari residu bahan kimia masuk ke tubuh yang berpotensi menimbulkan penyakit degeneratif. Sedangkan, dari sisi ekonomi, petani bisa menghemat biaya yang dikeluarkannya membeli pestisida kimia. Sementara, tidak dibutuhkan dana yang besar untuk membuat pestisida nabati karena bahan yang dibutuhkan banyak tumbuh liar di Kabupaten Sigi.

"Kelor banyak di Sigi. Selain itu, bisa memanfaatkan tanaman babadotan atau salembangu dalam bahasa lokal di sini yang merupakan tanaman semak," katanya.

Bagi para petani di Kecamatan Dolo Selatan, Sigi, teknologi pembuatan pestisida nabati itu merupakan hal baru. Selama ini, mereka mengandalkan pestisida kimia untuk mengusir hama perusak tanaman di kebun.

"Kami baru tahu kalau Salembangu, daun kelor, daun sirsak, dan mengkudu itu bisa untuk membunuh hama. Kami akan buat karena semua bahannya ada di sekitar kami," Halwa, seorang peserta pelatihan dari Desa Sambo mengakui.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya