Liputan6.com, Manado - Produk pertanian asal Sulut kembali menembus pasar dunia. Kali ini ada 9 negara di Asia, Eropa, dan Amerika serta Australia yang menjadi tujuan ekspor senilai Rp11,2 miliar tersebut. Komoditi ekspor itu dilepas pada, Kamis (10/12/2020), bertepatan dengan peringatan Hari Perkebunan Nasional ke-63.
Kepala Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih mengatakan, beberapa komoditas ekspor asal Sulut itu adalah tepung kelapa (343,4 ton), santan kelapa (25 ton) dan pala biji (15 ton) dengan total volume mencapai 383,4 ton.
Advertisement
Baca Juga
“Adapun sembilan negara tujuan yang dimaksud di antaranya Brazil, New Zealand, Cina, Georgia, Australia, Canada, Vietnam, Belanda dan Hungaria,” ujarnya.
Pelepasan ekspor hasil perkebunan tersebut langsung dilakukan oleh Menteri Pertanian sekaligus Menteri Kelautan dan Perikanan ad interim Syahrul Yasin Limpo secara virtual di Scientia Square Park, Tangerang (10/12/2020).
Selain dari Sulut, Mentan Syahrul juga melepas ekspor raya komoditas perkebunan secara virtual tersebut dari berbagai pelabuhan laut dan bandar udara yaitu di 22 unit pelaksana teknis karantina pertanian di seluruh Indonesia.
Dari 22 pintu ekspor, empat di antaranya disaksikan secara virtual terhubung langsung dengan Menteri Pertanian. Yakni Belawan, Pekanbaru, Manado dan Lampung. Secara total, ekspor komoditas perkebunan yang dilepas berjumlah 94,9 ribu ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp1,68 triliun.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Nilai Ekspor Sulut Rp2,6 Triliun
Untuk pelepasan ekspor komoditas hasil perkebunan Sulut tersebut dilaksanakan di gudang PT Sasa Inti Amurang, Minahasa Selatan yang merupakan eksportir baru di bidang pengolahan kelapa dengan produknya berupa tepung kelapa, santan dan air kelapa.
Dari data IQFAST, Karantina Pertanian Manado nilai ekspor komoditas perkebunan dari Sulut peningkatan, pada tahun 2019 ekspornya sebanyak Rp2,01 triliun, sedangkan pada tahun ini hingga tanggal berjalan sudah mencapai Rp2,6 triliun.
“Kiranya peningkatan nilai ekspor tersebut harus berbanding lurus dengan semakin meningkatnya pula harga atau daya beli ke petani. Sehingga membawa kesejahteraan masyarakat di daerah," tutur Donni.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulut, Refly Ngantung mengatakan, pihaknya dan Karantina Pertanian, serta instansi terkait di Provinsi Sulut terus fokus pada pengembangan produk sampingan kelapa seperti briket arang dan sabut kelapa.
“Kami berharap perusahaan eksportir juga dapat membantu pemasarannya agar ke depan diharapkan kesejahteraan petani kelapa di Sulut juga meningkat,” ujarnya.
Advertisement