Sensasi Wisata Situ Gede Kota Tasik dan Mitos Ikan Penunggu Danau

Lokasinya yang berada di tengah kota Tasikmalaya, Jawa Barat menyebabkan akses wisata alam Situ Gede mudah dikunjungi setiap saat.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 26 Des 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2020, 06:00 WIB
Dengan pemandangan alam yang ciamik, kawasan wisata alam Situ Gede, Kota Tasikmalaya, memberkan sejumlah keindahan saat menikati liburan di sana.
Dengan pemandangan alam yang ciamik, kawasan wisata alam Situ Gede, Kota Tasikmalaya, memberkan sejumlah keindahan saat menikati liburan di sana. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Jika Anda tengah berada di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat saat libur panjang Natal dan tahun baru ini, tak ada salahnya mengunjungi kawasan destinasi wisata Situ Gede di Kecamatan Mangkubumi.

Danau seluas 47 hektare tersebut, memang menyajikan kilau pesona wisata alam di pusat kota Tasikmalaya yang indah dan nyaman untuk dinikmati bersama keluarga saat liburan kali ini.

Hamparan air tawar dengan hutan kota yang masih rindang, menjadi pemandangan yang bisa dinikmati pengunjung. Bahkan, kehadiran makam keramat di hutan Situ Gede, menjadi pelipur lara bagi pengunjung yang menyenangi wisata religi untuk berziarah.

"Ada tiga makam keramat berasal dari Kerajaan Sumedang larang," ujar Nandang Suherman (57), juru kunci makam kemaramat Situ Gede, dalam obrolan hangatnya dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kawasan wisata Situ Gede merupakan ikon utama wisata alam di kota Tasikmalaya yang cukup dikenal hingga kini. “Satu-satunya danau di kota Tasik ya Situ Gede,” ujarnya.

Memiliki hutan alam yang masih terjaga kerindangannya, keberadaan wisata Situ Gede memang laiknya oase di tengah padang pasir. "Tinggal ditata dengan baik pengunjung bisa datang kapan pun," ujarnya optimis.

Saat ini, wisata kawasan Situ Gede masih didominasi permainan air seperti sepeda air dan sajian rakit rakyat yang terbuat dari bambu, untuk membawa pengunjung hingga ke tengah danau.

Sementara permainan air lainnya, hingga kini belum tersedia dengan lengkap. "Lebih tepatnya mungkin Situ Gede buat acara keluarga sambil menikmati pemandangan alam hutan kota," Nandang menegaskan.

Selain fasilitas permainan air, deretan lapak dan warung milik warga sekitar, siap memanjakan setiap pengunjung yang datang untuk menikmati panorama Situ Gede. "Harganya lumayan murah dan cukup terjangkau pengunjung," ujar dia memberikan sedikit bocoran.

 

Simak Video Pilihan Berikut:

Tiga Makam Keramat

Nampak dua pintu masuk menuju makam kramat di kawasan wisata alam Situ Gede, kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Nampak dua pintu masuk menuju makam kramat di kawasan wisata alam Situ Gede, kota Tasikmalaya, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Nandang menyatakan, tiga makam keramat Situ Gede milik tokoh dari Kerajaan Sumedang Larang yang saat itu merupakan daerah di bawah kekuasaan Kerajaan Padjajaran yang berpusat di Bogor.

"Ada Prabu Dilaya, putra mahkota kerajaan, kemudian Sagolong yang merupakan pengawalnya, serta Siliwati istri dari sang prabu," ujar dia.

Dalam cerita yang beredar secara turun temurun, keberadaan makam itu hingga kini masih misteri. Namun, konon cinta segitiga menghiasi keberadaan ketiga makam itu.

"Makam itu merupakan tempat terakhir peristirahatan ketiganya," ujar dia.

Tragedi pembunuhan sang Prabu, ujar dia, berasal dari kesalahpahaman Sakarembong, istri kedua Prabu, saat menuduh Prabu berlaku tidak adil, dan menelantarkan dirinya.

"Awalnya Sakarembong menemui Siliwati menanyakan keberadaan Prabu, namun justru Siliwati pun menduga Prabu tengah bersama Sakarembong," kata dia.

Mereka pun mencari kebaradaan Prabu, hingga akhirnya Sagolong, pegawal setia Prabu, mengatakan jika Prabu tengah mendalami ilmu agama Islam di wilayah Tasikmalaya.

"Saat bertemu Prabu itulah muncul kesalahpahaman hingga akhirnya Sakarembong membunuh sang Prabu dengan pedangnya,” kata dia.

Disaksikan istri pertama dan pengawal Prabu, tampak darah mengalir dari tubuh Prabu hingga membasahi sekujur tubuhnya. "Konon darah yang mengalir dari Prabu itulah kini menjadi nama daerah Cibeureum (air merah)," kata dia.

Setelah pembunuhan itu, ketiganya kemudian membawa jenazah Prabu dengan tandu bambu plus kain, hingga akhirnya bambu penahannya patah yang membuat jenazah terlepas.

Akhirnya dengan izin sang maha kuasa, Sagolong berhasil menyambungkan bambu dengan segumpal tanah liat di kawasan Sambong saat ini.

"Awal sejarah nama Sambong itu dari kata menyambungkan dari peristiwa itu," ujar dia.

Sementara, nama daerah yang tanahnya sempat digunakan menjadi perekat bambu tandu jenazah Prabu, kini menjadi Mangkubumi. "Mangku itu dalam bahasa sunda membawa," kata dia.

Setelah proses penyambungan tandu selesai, ketiganya kemudian membawa jenazah Prabu ke kawasan Nagrog saat ini, sebelum menuju Situ Gede. "Nagrog itu berasal dari kata nagog atau istirahat sebentar karena kelelahan itu," ujar dia.

Sampailah ketiganya di kawasan Situ Gede, sambil mencari lokasi aman untuk pemakaman Prabu, agar tidak diketahui pihak lain.

"Saat itulah karena khawatir perbuatannya diketahui kerajaan, Sakarembong kemudian membunuh Siliwati dan Sagolong," kata dia.

Dalam posisi sesorang diri itulah, Sakarembong memakamkan kedua orang dekat Prabu di kawasan makam kramat Situ Gede saat ini.

"Untuk makam Sakarembong sendiri, belakangan diketahui di daerah kampung Maniis, Desa Linggajaya," ujarnya.

Mitos Ikan Penunggu

Nampak sebuah fasilitas permainan air, tengah memanjakan pengunjung yang datang di kawasan wisata Situ Gede, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Nampak sebuah fasilitas permainan air, tengah memanjakan pengunjung yang datang di kawasan wisata Situ Gede, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selain keberadaan tiga makam keramat yang berada di tengah danau, mitos lain yang mengiringi kawasan wisata Situ Gede adalah keberadaaan ikan besar, penunggu Situ Gede.

"Ada empat ekor ikan kesayangan prabu yang sejak lama dipelihara saat masih hidupnya," kata dia.

Konon ikan itu kerap muncul saat tertentu, terutama ketika pengunjung memiliki niat jahat atau melakukan kemaksiatan selama berada di kawasan Situ Gede.

"Ada si Kohkol sejenis ikan gabus, kemudian si Layung, si Genjreng, dan si Gendeng ketiganya merupakan sejenis ikan mas," kata dia.

Bahkan, konon pada saat tertentu, dari ketiga jenis ikan emas itu, sisiknya selalu mengeluarkan suara sesuai dengan sebutannya. "Itu mungkin soal kepercayaan warga sekitar," ujar dia.

Nandang menyatakan, kawasan Situ Gede terbilang aman untuk dikunjungi, selain kedalaman yang relatif dangkal sekitar 5 meter, juga mudah diakses oleh masyarakat.  

"Posisi Situ Gede itu di tengah kota, memudahkan masyarakat untuk datang," kata dia.

Bahkan, akibat sedimentasi, tingkat kedalaman Situ Gede terus menyusut. "Mungkin ke depannya pemkot Tasikmalaya bisa merencanakan revitalisasi situ agar lebih tertata," Nandang berharap.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya