257 Guru Terpapar Covid-19, Bagaimana Nasib Belajar Tatap Muka di Gorontalo?

Kegiatan belajar tatap muka di sekolah untuk SMA sederajat yang direncanakan pada bulan Januari 2021 ini

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 04 Jan 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2021, 07:00 WIB
Kegiatan belajar tatap muka di sekolah untuk SMA sederajat yang direncanakan pada bulan Januari ini, akhirnya ditunda (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Kegiatan belajar tatap muka di sekolah untuk SMA sederajat yang direncanakan pada bulan Januari ini, akhirnya ditunda (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Kegiatan belajar tatap muka di Provinsi Gorontalo untuk SMA sederajat yang direncanakan pada bulan Januari 2021 ini, akhirnya ditunda. Hal tersebut lantaran belum mendapat izin dari Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie.

Keputusan orang nomor satu di Provinsi Gorontalo tersebut diambil dengan pertimbangan antisipasi penularan Covid-19 yang masih terus terjadi di Provinsi Gorontalo.

“Untuk Pendidikan secara langsung, fisik itu diserahkan pemerintah pusat ke daerah masing-masing. Untuk Gorontalo saya belum mengizinkan pendidikan secara tatap muka. Virus ini sangat berbahaya perlu kita antisipasi penularannya,” kata Rusli.

Kekhawatiran Gubernur Rusli memang cukup beralasan, sebab selama kurang lebih dua bulan terakhir, Dinas Kesehatan memeriksa swab kepada 5.239 orang guru dan tenaga pendidik banyak yang dinyatakan positif Covid-19.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Vaksin Covid-19

Dia menyatakan, dari hasil swab terdapat 257 orang guru dinyatakan positif Covd-19. Karena itu, Rusli khawatir jika tetap memaksakan membuka sekolah pada Januari.

“Virus ini nyata dan berbahaya. Itulah mengapa warga Gorontalo diminta untuk tetap patuh pada protokol kesehatan,” pinta Gubernur.

Meski vaksin Covid-19 sudah ditemukan, dia juga meminta masyarakat jangan dulu terlena dengan adanya vaksin tersebut. Protokol kesehatan lebih penting daripada vaksin tersebut.

"Bagaimana vaksin bisa maksimal, semantara protokol kesehatan masihkita langgar, jadi saya minta meskipun vaksin sudah ada, protokol kesehatan lebih penting," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya