Liputan6.com, Garut - Sejak pertama kali diakui pemerintah sebagai salah satu buah-buahan unggulan tanah air pada 2010 lalu, pamor alpukat varietas Sindangreret, asal Garut, Jawa Barat, memang bak ditelan bumi.
Namun perlahan dengan pasti, hegemoninya kembali mencuat seiring berjalannya regenerasi, di kalangan petani alpukat asal Kecamatan Karangpawitan tersebut.
Seperti diketahui, berdasarkan keputusan Nomor 657/Kpts/SR.120/2/2010 tertanggal 3 Pebruari 2010, Menteri Pertanian Suswono saat itu, mengakui keberadaan dan keunggulan alpukat varietas Sindangreret, Garut, tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Petani sekaligus penangkar bibir alpuket Sindangreret, Reza Mulyana, (25), mengatakan, sejak lama buah alpukat Sindangreret memang dikenal sebagian alpukat unggulan di Garut.
Selain berbuah tebal dengan biji yang kecil, juga kandungan proteinnya cukup tinggi. "Keunggulan varietas Sindangreret lainnya karena kadar lemaknya tinggi sebesar 8,9 persen jauh dibanding alpukat unggulan lainnya,” ujar Reza saat ditemui di kebunnya, Rabu (3/3/2021).
Saat ini rata-rata ketebalan daging buah alpukat varietas Sindangreret berkisar di angka 4-5 sentimeter, dengan warna alpukat lebih terang serta rasa yang lebih gurih.
"Tingkat keterpakainya (yang bisa dikonsumsi) presentase bisa hingga 85-86 persen, sedikit yang terbuang," katanya.
Dengan kondisi seperti itu, alpukat varietas Sidangreret bisa dikonsumsi warga, laiknya mengupas pisang matang yang tinggal dimakan.
"Alpukat itu bagus bagi mereka yang memiliki persoalan diabetes," katanya.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Ukuran Jumbo
Sementara soal ukuran atau berat, buah alpukat varietas Sindangreret berkisar di antara 400-700 gram, untuk ukuran satu buah siap panen. "Ada beberapa Grande, tergantung ukuran," kata Reza.
Untuk Grande A, berat alpukat varietas Sidangreret berkisar 600-700 gram lebih, kemudian grade B berada di kisaran 600-400 gram, sementara grade C memiliki berat di bawah 400 gram ke bawah per biji buah.
"Untuk wilayah Garut, alpukat kami masih unggul dibanding alpuket Leles, Cikajang, Sukawening hingga Samarang," ujarnya bangga.
Tak mengherankan, meskipun terbilang baru dikancah alpukat nasional, mampu menempatkan alpukat varietas Sindangreret, bercokol di deretan alpukat unggulan tanah air di samping alpukat Cipedak dan YM Lebak Banten yang lebih dulu moncer.
"Alpukat kami termasuk dalam 23 alpukat superior di Indonesia," katanya.
Untuk mengidentifikasi alpukat varietas Sindangreret, lulusan Pertanian Universitas Garut (Uniga) ini bisa melihat dari ukuran daun yang lebih lonjong dan panjang, sementara pohon alpukat lainnya cenderung lebih lebar.
Reza menyatakan, berdasarkan cerita masyarakat sekitar, alpukat varietas Sindangreret pertama kali dibawa oleh Belanda sejak jaman penjajahan, hingga tumbuh subur di kawasan Kampung Sindangreret, Desa Karangpawitan, Kecamatan Karangpawitan, Garut.
"Dulu alpuket Sindangreret lebih dikenal dengan sebutan alpukat komson dari Belanda," ujar salah satu pengurus Kelompok Tani Guna Mekar tersebut.
Untuk itu, Reza berupaya mengembalikan hegemoni alpukat varietas Sindangreret, sehingga bisa menjadi salah satu buah kebanggaan masyarakat Garut. "Selain Jeruk, sebenarnya Garut punya alpuket yang bisa diunggulkan," katanya.
Namun sayang apa yang dilakukan Reza selama ini, masih bertepuk sebelah tangan. Pemuda asal Karangpawitan itu masih berjuang seorang diri, tanpa suntikan bantuan dari pemerintah dalam pengembangan salah satu varietas buah asal Garut tersebut.
"Fokus saat ini mengembalikan budi daya bibit alpukat meskipun dengan modal seadanya," kata dia.
Bagi Anda yang ingin berkebun buah alpukat legit tersebut, cukup mengeluarkan uang Rp 25 ribu per pohon dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter
Advertisement