Kolaborasi Ciamik Relawan Bencana, Jurnalis dan Dokter di Banyumas

Puluhan relawan Banyumas dan Cilacap mengikuti sinau bareng pelaporan jurnalistik dan penanganan medis untuk korban bencana di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 08 Mar 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2021, 09:00 WIB
Puluhan relawan Banyumas dan Cilacap mengikuti sinau bareng pelaporan jurnalistik dan penanganan medis untuk korban bencana di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dok. Relawan Banyumas)
Puluhan relawan Banyumas dan Cilacap mengikuti sinau bareng pelaporan jurnalistik dan penanganan medis untuk korban bencana di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dok. Relawan Banyumas)

Liputan6.com, Banyumas - Tak ada yang meragukan keikhlasan relawan dalam penanganan bencana. Demi kemanusiaan, mereka terjun langsung ke daerah bencana, tanpa pamrih.

Bahkan, tak jarang relawan mempertaruhkan nyawa lantaran kerja-kerjanya selalu berhubungan dengan kebencanaan.

Karenanya, relawan butuh peningkatan pengetahuan penanganan bencana hingga penanganan medis. Skill yang mumpuni itu akan sangat berguna saat kondisi darurat.

Tak hanya itu, relawan juga perlu kemampuan pelaporan. Pelaporan yang baik, merupakan bagian dari sistem koordinasi agar lembaga atau komunitas lainnya bisa mengetahui kondisi bencana dan bisa mengambil keputusan tepat.

Pada Sabtu (6/7/2021), puluhan relawan Banyumas dan Cilacap mengikuti sinau bareng pelaporan jurnalistik dan penanganan medis untuk korban bencana. Hari itu, para relawan bersama jurnalis dan dokter belajar bersama penanganan bencana.

Sinau bareng jurnalis tersebut dilakukan di Pendopo Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, seharian penuh. Pemateri adalah anggota Komunitas Pers dan Mitra Kerja yang di dalamnya berisi para jurnalis serta pihak lain yang berkompeten di bidangnya.

Penasehat Relawan Lintas Organisasi Zona 1 Banyumas, Eddy Wahono mengatakan sinau bareng tersebut dilakukan agar relawan memiliki kemampuan pelaporan layaknya wartawan yang bisa memotret kondisi bencana sebagaimana adanya.

"Tujuan ini tentu ingin mendapatkan cara penyajian pelaporan yang baik dan benar sesuai kaidah menurut para jurnalis, dan juga meningkatkan kapasitas relawan. Sebenarnya kami juga mengundang jurnalis lainnya Banyumas, namun karena ada agenda lain, sehingga berhalangan hadir," kata Eddy.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Mitigasi Bencana

Puluhan relawan Banyumas dan Cilacap mengikuti sinau bareng pelaporan jurnalistik dan penanganan medis untuk korban bencana di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dok. Relawan Banyumas)
Puluhan relawan Banyumas dan Cilacap mengikuti sinau bareng pelaporan jurnalistik dan penanganan medis untuk korban bencana di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dok. Relawan Banyumas)

Sementara dari sisi medis, dr Mei Dian memberikan pengetahuan penanganan medis pada korban kebencanaan seperti Basic Medical First Responden atau MFR. Basic medical penting untuk diketahui relawan bencana, karena ini merupakan dasar pertolongan.

"Pengetahuan penangan medis adalah hal mendasar, ini agar para relawan mampu menangani korban seperti fraktur atau patah tulang atau kecelakaan apa saja bisa ditangani, sangat membantu penyelamatan korban bencana,"katanya.

Sinau bareng jurnalis dan tenaga medis diikuti 85 orang perwakilan dari sejumlah komunitas relawan dari Serayu Rescue, SAR MDMC, SAR MTA, SAR Humanity dan Gerpik. Selain itu juga hadir Forkopimcam Sumpiuh dan anggota BPBD Kabupaten Banyumas.

Diketahui, wilayah Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Kemranjen dan sekitarnya, menjadi wilayah rawan bencana banjir dan tanah longsor.

"Bila hujan lebat selama dua jam akan menggenangi 5 desa retensi diantaranya selama ini sudah terjadi di desa. Selandaka, Nusadadi, Karang Kemiri" kata Camat Sumpiyuh Achmad Suryanto, Minggu (7/3/2021).

Penyebabnya karena kondisi desa tersebut lebih rendah dari permukaan air laut. Luapan air biasanya dari Sungai Reja, Sungai Angin, Sungai Gatel air yang cukup besar dan tidak dapat mengalir ke laut.

"Rusaknya daerah hulu sungai akibat alih fungsi lahan juga ikut menyokong pengendapan sungai sungai tersebut.Dan pada saat kemarau desa desa tersebut mengalami kekeringan kesulitan air," kata Achmad Suryanto.

Sedangkan untuk tanah longsor kerap terjadi di daerah berbukit seperti Desa Bogangin, Selanegara, Watu Agung.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya