Belajar dari India, Pakar UGM Minta Warga Taat Prokes karena Corona Terus Bermutasi

Melonjaknya kasus positif Covid-19 di India salah satunya disebabkan virus Corona yang terus bermutasi.

oleh Yanuar H diperbarui 29 Apr 2021, 23:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2021, 23:00 WIB
FOTO: Barisan Jasad Korban COVID-19 di India Antre untuk Dikremasi
Jasad korban virus corona COVID-19 berbaris untuk dikremasi di tempat kremasi di New Delhi, India, Rabu (28/4/2021). Krisis COVID-19 di India diprediksi akan terus berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. (Money SHARMA/AFP)

Liputan6.com, Yogyakarta Melonjaknya kasus positif Covid-19 di India salah satunya disebabkan virus Corona yang terus bermutasi. India bahkan mengidentifikasi adanya varian virus Corona baru dengan tiga mutasi atau triple mutations seperti B1618,  yang merupakan hasil evolusi dari mutasi ganda dengan varian B1617.  

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, dr Gunadi mengatakan, masyarakat harus terus menjaga protokol kesehatan (prokes), karena mutasi Covid-19 akan terus berlangsung. Walaupun sudah  menerima vaksin, risiko infeksi masih dapat terjadi.

"Mutasi virus tidak akan pernah selesai. Sifat mutasi ini perlu diwaspadai, tetapi tidak perlu khawatir berlebihan dengan tetap menerapkan prokes," kata Dosen FK-KMK UGM itu, Selasa (27/4/2021).

Gunadi menjelaskan, walau data dari GISAID menyebutkan mutasi tersebut belum terdeteksi di Indonesia. Namun bisa saja ke depan akan muncul di tanah air, karena faktor mobilitas yang tinggi dan rendahnya penerapan prokes di masyarakat. Kedua hal itu bisa menjadi pemicu besarnya peluang transmisi virus Corona varian baru ini.

"Supaya di tanah air tidak terjadi seperti di India maka perlu disiplin terhadap prokes. Meski sudah divaksin jangan lantas longgarkan prokes karena masih bisa terinfeksi," terangnya.

Saat ini belum ada studi atau penelitian terhadap tripel mutasi. Namun, yang perlu diwaspadai dari varian B1618 ini adalah mengandung tiga mutasi pada receptor binding domain (RBD) protein S yang berikatan langsung dengan sel inang manusia yaitu E484Q, L452R, dan V382L.

Mutasi E484Q terletak pada lokasi yang sama dengan mutasi E484K yang dideteksi pada varian Afrika Selatan dan Brazil. Sehingga, mutasi E484Q diduga mempunya sifat yang sama dengan E484K yaitu bisa menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.

"Saat ini belum ada bukti penelitian yang menunjukkan bahwa varian B1617 maupun B1618 mempengaruhi kecepatan transmisi/penularan, keparahan penyakit Covid-19 serta efektivitas vaksin," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya