Oksigen Langka, Rumah Sakit di Gunungkidul Bentuk Siasat, di Mana Pemda?

Kelangkaan oksigen melanda hampir seluruh wilayah di DIY, termasuk Gunungkidul. Para pengelola rumah sakit membentuk siasat. Di mana Pemda?

oleh Hendro diperbarui 19 Jul 2021, 18:04 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2021, 18:00 WIB
Ruang Pengisian Oksigen RSUD Wonosari
Mesin generator tersebut memiliki kapasitas sekitar 120 liter permenit atau sekitar 170.000 s/d 200.000 liter per 24 jam. Jika ditotal maka RSUD Wonosari mampu memproduksi 5 juta - 6 juta liter per bulan.

Liputan6.com, Gunungkidul Kelangkaan oksigen melanda hampir seluruh wilayah di DIY, termasuk Gunungkidul. Institusi kesehatan yang ada di Gunungkidul harus berbagi dengan warga, mengingat banyak pasien isolasi mandiri yang juga membutuhkan oksigen.

Kelangkaan oksigen membuat pihak rumah sakit harus memutar otak agar stok oksigen yang ada bisa mencukupi kebutuhan pasien. Tak hanya pasien Covid-19 tetapi juga pasien penyakit lain yang membutuhkan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari misalnya, mereka mampu memproduksi oksigen sendiri sehingga tidak perlu bergantung vendor swasta.

Direktur RSUD Wonosari Heru Sulistyowati menuturkan, sejak 2016 pihaknya telah menggunakan oksigen konsentrat, berbeda dengan rumah sakit kebanyakan yang masih menggunakan oksigen cair.

"Itu sudah sesuai dengan Permenkes nomor 4 tahun 2016," katanya, Jumat (16/7/2021).

Heru menjelaskan, oksigen konsentrat diproduksi mesin generator khusus tipe OGP 8. Mesin generator tersebut memiliki kapasitas sekitar 120 liter per menit  atau sekitar 170.000 - 200.000 liter per 24 jam. Jika ditotal maka RSUD Wonosari mampu memproduksi 5 juta - 6 juta liter per bulan.

Sebelum masa pandemi Covid-19, jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan seluruh pasien Covid-19. Karena pemakaian dalam kondisi normal hanya sekitar 5 - 6 juta liter per bulan. Sehingga mereka tidak banyak melakukan pembelian oksigen dari vendor lain.

"Kita memang masih terus beli oksigen liquid. Itu untuk jaga-jaga," tuturnya.

Saat outbreak Covid-19 melanda Gunungkidul, dengan 76 pasien Covid-19 di RSUD Wonosari bergejala berat dan sedang, kebutuhan oksigen mencapai 7 juta liter per bulan, bahkan bisa menembus angka 9 juta liter per bulan.

Menurut Heru, kapasitas generator oksigen mampu mencukupi kebutuhan oksigen hingga kenaikan kebutuhan 30 persen. Tetapi pihak manajemen memandang harus segera melakukan upgrade mesin generator tersebut. Dan untuk sementara pihaknya menambah pembelian oksigen cair yang menggunakan tabung untuk cadangan oksigen gawat darurat stok di pasaran.

"Kami ada dua vendor yaitu PT Samator dan PT Langgeng serta penyedia lainya. Namun saat ini kosong," ungkapnya.

Heru menambahkan sedang mengupayakan mesin generator agar bisa bertahan dan mampu mensuplai kebutuhan oksigen di RSUD Wonosari. Namun mesin generator yang didatangkan dari Belgia itu baru akan tiba di Gunungkidul tiga bulan lagi.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Kesulitan Oksigen

Kondisi serupa juga dialami oleh RSUD Saptosari. Rumah sakit plat merah rujukan kedua pasien Covid-19 di Gunungkidul ini juga kesulitan mendapatkan oksigen. 

Direktur RSUD Saptosari, Eko Darmawan mengatakan, pihaknya saat ini tengah berupaya membangun instalasi oksigen konsentrat seperti RSUD Wonosari. Namun  sampai saat ini belum terwujud karena memang alatnya harus didatangkan dari luar negeri.

"Sementara kalau ada kebutuhan mendesak, kalau di rumah sakit swasta lain bisa kita pinjam ya kita pinjam," katanya.

Kondisi serupa juga dialami oleh rumah sakit swasta di Bumi Handayani ini. Mereka juga kesulitan mendapatkan oksigen karena memang pasokan dari vendor seringkali tersendat bahkan sering tidak mendapatkan pasokan.

Direktur RS Multazam Lip Wibawa Putra mengatakan, pasokan oksigen di tempatnya memang tidak lancar. Karena ternyata oksigen liquidnya dari penyedia memang kesulitan sehingga untuk produksi terkendala. Sehingga mereka tidak selalu mendapatkan pasokan oksigen sesuai pesanan.

"Gak mesti (mendapat kiriman) kadang tidak ada kiriman sama sekali," tambahnya.

Oleh karena itu, mereka harus melakukan evaluasi ketat terhadap penanganan pasien terutama yang membutuhkan oksigen. Pihak rumah sakit harus melakukan efektivitas penggunaan oksigen dari kebocoran tabung.

"Kami akan melakukan penguatan koordinasi dengan pihak kedua yaitu vendor," katanya. 

Lip mengaku sangat sedih juga karena terkadang tidak bisa membantu para pasien. Semua dokter pasti akan lebih puas jika bisa bantu apalagi pasien bisa sembuh. Soal nominal pasti tidak akan terpikirkan, karena ketika mendapat kabar pasien bisa sembuh sudah bahagia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya