PPKM Diperpanjang atau Tidak, Pedagang di Lokasi Wisata Gunungkidul Sudah Kibarkan Bendera Putih

Para pelaku wisata di Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul mulai mengibarkan bendera putih tanda menyerah dengan pandemi Covid-19.

oleh Hendro diperbarui 02 Agu 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2021, 17:00 WIB
Pedagang Pantai Baron
Di Pantai Baron saat ini ada 560 orang pedagang yang selama ini aktif menjajakan dagangannya. Mereka kian terjepit karena pemerintah tidak pernah memberikan solusi terkait dengan kebijakan-kebijakan larangan untuk berwisata.

Liputan6.com, Gunungkidul Para pelaku wisata di Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul mulai mengibarkan bendera putih. Pahlawan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini mengaku sudah menyerah dan putus asa dengan pandemi Covid19 yang membuat hidup mereka kian terjepit.

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Nasyarakat (PPKM) membuat mereka semakin terpuruk. Kibaran bendera putih tersebut terlihat di Pantai Baron dan di Pantai Indrayanti.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Baron, Awanto Subaryono mengaku, dirinya sengaja mengibarkan bendera putih, karena sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk mempertahankan usahanya. Penutupan semua destinasi wisata membuat usaha mereka mati.

"Sudah satu bulan kami tidak mendapat penghasilan," katanya, akhir pekan kemarin.

Di satu sisi mereka harus tetap bertahan hidup. Bagi mereka yang yang memiliki lahan sementara beralih bercocok tanam ataupun menekuni profesi yang lain. Tetapi bagi mereka yang menggantungkan hidupnya hanya dari sektor pariwisata tentu harus memutar otak untuk tetap bertahan hidup.

Satu-satunya cara adalah dengan menjual aset yang mereka miliki, bahkan penjualan aset mereka pun kini sudah tidak mampu lagi untuk membiayai hidup mereka. Sebagian besar dagangan mereka pun kini sudah ludes untuk dikonsumsi sendiri.

Di Pantai Baron saat ini ada 560 orang pedagang yang selama ini aktif menjajakan dagangannya. Mereka kian terjepit karena pemerintah tidak pernah memberikan solusi terkait dengan kebijakan-kebijakan larangan untuk berwisata. 

"Bantuan itu sama sekali belum pernah kami terima hanya dulu sekali waktu 'lockdown' awal dulu. Itu bantuannya beras dan minyak setelah itu tidak ada sama sekali," kata Awanto

Di Pantai Baron pedagang atau pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) semuanya telah mengibarkan bendera putih. Sementara yang tergabung dalam pokdarwis memang baru beberapa yang memasang bendera putih.

Awanto juga mengaku banyak mendapat keluhan dari pokdarwis-pokdarwis lain yang ada di Gunungkidul. Mereka mengancam akan melakukan aksi turun ke jalan Jika pemerintah tidak memberikan solusi kepada para pelaku wisata.

"Kita tunggu, katanya tidak diperpanjang (PPKM). Kalau diperpanjang ya kita terpaksa turun ke jalan," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Jual Aset

Hal yang sama juga dilakukan oleh pengusaha di Pantai Indrayanti. Salah satu yang mengibarkan bendera putih adalah Restoran Indrayanti yang dimiliki oleh Arif Rahman, laki-laki yang pertama kali membuka objek wisata pantai Indrayanti.

Arif Rahman mengatakan pengibaran bendera putih tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap kebijakan pemerintah yang telah menutup semua objek wisata di tanah air. Pemerintah tidak pernah memberikan solusi si kepada para pelaku wisata.

"Sudah 2 tahun ini kita merasakan dampak pandemi yang begitu luar biasa. Diperparah lagi dengan adanya PPKM darurat ataupun PPKM level 3 dan 4," ujarnya.

Selama pandemi Covid-19 berlangsung dalam kurun waktu 2 tahun ini pihaknya masih terus berusaha ertahan dengan melakukan beberapa efisiensi. Semakin menurunnya kunjungan wisatawan juga berimbas kepada pendapatan para pengusaha.

Pihaknya terpaksa melakukan efisiensi dengan cara memberlakukan sistem shift terhadap para pekerja. Sebanyak 22 orang pekerja akan bekerja dalam shift dengan pendapatan tentu hanya separuhnya dari kondisi normal. Namun sejak ppkm diberlakukan oleh pemerintah sebulan lalu semua pekerja telah ia istirahatkan.

"Kita sebisa mungkin tidak melakukan pemecatan. Mau bekerja di mana mereka, sementara ya hanya kita liburkan," katanya.

Selama pandemi Covid-19 untuk bertahan hidup Arif mengaku telah menjual beberapa asetnya di antaranya mobil dan sepeda motor kesayangannya. Hal itu terpaksa ia lakukan hanya untuk bertahan hidup dan bisa membantu menghidupi karyawan yang telah bekerja kepada dirinya.

Arif berharap agar pemerintah segera membuka kembali pintu pariwisata. Karena hanya itulah jalan satu-satunya untuk menolong para pekerja di sektor pariwisata. Karena Biar bagaimanapun sektor pariwisata menjadi penyumbang PAD terbesar di Gunungkidul.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya