Teka-Teki Ledakan Covid-19 Klaster SMPIT di Purbalingga

Sebanyak 13 siswi yang positif Covid-19 kemudian menjalani isolasi di asrama

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 26 Agu 2021, 02:30 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2021, 02:30 WIB
Siswa SMPIT yang terpapar Covid-19 menjalani isolasi mandiri di asrama. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)
Siswa SMPIT yang terpapar Covid-19 menjalani isolasi mandiri di asrama. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)

Liputan6.com, Purbalingga - Klaster Covid-19 meledak di Sekolah Menengah Pertama IslamTerpadu (SMPIT) Harapan Umat Purbalingga, sekolah yang mengkombinasikan pendidikan umum dan pondok pesantren. Di tengah situasi pandemi yang belum terkendali, sekolah ini tetap menjalankan pembelajaran tatap muka yang dibalut dengan aktivitas pondok pesantren.

Temuan klaster sekolah ini bermula ketika Puskesmas Purbalingga menerima aduan dari orangtua siswa SMPIT Harapan Umat Purbalingga. Dari laporan ini, Puskesmas menemukan ada delapan siswa putri yang positif Covid-19 berdasarkan tes swab antigen secara mandiri.

Menindaklanjuti temuan ini, Puskesmas menggelar tes swab PCR massal terhadap kontak erat delapan siswa yang sebelumnya dinyatakan positif, Senin (16/8/2021). Sebanyak 38 siswa putri kelas 9 menjalani tes swab PCR. Pada Sabtu (21/8/2021) hasil tes PCR keluar dan menyatakan 13 siswi positif Covid-19.

Tes swab PCR dilakukan di asrama putri pondok pesantren tahfiz Alquran Harapan Umat. Selama pandemi, aktivitas pondok tetap berjalan. Begitupun aktivitas belajar mengajar. Karena itu, tim dari Puskesmas tak kesulitan ketika menelusuri kontak erat siswi yang positif Covid-19.

Sebanyak 13 siswi yang positif kemudian menjalani isolasi di asrama. Pengelola pondok mengklaim menerapkan sejumlah treatmen seperti berjemur, memberi asupan madu dan herbal serta rutin memeriksakan siswi ke dokter melalui perantara perawat yang khusus melayani siswi yang positif Covid-19.

Dari hasil konsultasi dengan dokter, pengasuh pondok mengizinkan 10 siswi yang positif beraktivitas bersama siswi lain setelah tes swab antigen beberapa hari kemudian menyatakan mereka negatif Covid-19.

Padahal, mereka belum genap menjalani masa isolasi selama 10 hari bagi yang tanpa gejala. Sementara tiga siswi lain masih menjalani isolasi di UKS karena bergejala.

Mereka berdalih, hitungan 10 hari dimulai sejak munculnya gejala. Sementara menurut standar Kementerian Kesehatan yang menjadi rujukan Puskesmas, masa isolasi dimulai sejak tes PCR, yaitu tanggal 16 Agustus 2021.

"Kalau saya menyatakan standarnya dari tanggal 16, ya tidak memenuhi standar," kata Sutarmo, Kepala Puskesmas Purbalingga.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Sumber Penularan Masih Misterius

Dari temuan 13 siswi yang positif, Puskesmas kembali menggelar tes swab PCR untuk siswi kelas 7 dan 8 termasuk tenaga pengajar pada Selasa (24/8/2021). Tes juga diselenggarakan di asrama pondok karena aktivitas pembelajaran tatap muka masih berjalan.

Sebanyak 137 orang menjalani tes pada hari itu. Mereka antara lain 13 orang guru, 103 siswi, dan 21 musyrif. Hasil tes diperkirakan akan keluar tiga hingga empat hari kemudian.

Baik pengelola pondok maupun Puskesmas tidak bisa memastikan dari mana pintu masuk virus yang menginveksi para siswi. Sebab, siswi praktis tetap di asrama. Mereka yang kembali ke asrama sepulang dari rumah juga diharuskan menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19 melalui tes swab antigen.

"Transmisi masih perlu kita dalami, apakah ada interaksi antara pengasuhnya. Karena informasi yang saya dapatkan siswa yang masuk harus sudah diantigen, sehingga kemungkinan ada transmisi dari luar," ujar Sutarmo.

Beberapa kemungkinan ialah dari tenaga pendidik yang memang bebas keluar masuk karena tidak tinggal di asrama. Dugaan ini diperkuat setelah sebelumnya ada tenaga pendidik yang terpapar Covid-19.

"Staf pengajar keluar masuk, tapi ada SOP yang harus dipenuhi," kata Misyono, Kepala SMPIT Harapan Umat Purbalingga yang ditemui di sela-sela tes PCR.

Kemungkinan lain menurut kepala sekolah yaitu dari pedagang di kantin dan pekerja bangunan yang sempat keluar masuk lingkungan asrama.

"Wallahu a'lam ya, karena virus kan tidak kelihatan," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya