Liputan6.com, Bandung - Stasiun Bandung tampak sepi, Jumat 11 September 2021. Peron-peron yang biasanya riuh, kini nyaris tanpa ingar bingar. Bangku-bangku ruang tunggu penumpang yang berada di sisi utara stasiun juga kosong melompong.
Baca Juga
Advertisement
Melalui pengeras suara, petugas menyampaikan pengumuman keberangkatan kereta api. Suara itu lumayan memecah suasana stasiun yang sunyi.
Waktu menunjukkan pukul 07.30, Andri Kusuma Bhakti baru saja turun dari kereta lokal. Mengenakan baju putih dipadu celana panjang biru dongker, topi, dan masker dua lapis, masinis berusia 35 tahun itu bergegas menuju kantornya yang tak jauh dari skybridge stasiun.
Liputan6.com berkesempatan mengikuti perjalanan Andri yang bertugas di PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daop) II Bandung. Hal pertama yang dilakukan Andri saat tiba di stasiun adalah mengisi daftar hadir di depan penyelia atau supervisor. Kebetulan, hari itu dia berdinas sedia atau dinas serep.
Setelah itu, Andri dites oleh penyelia masinis di kantornya. Tahap tersebut bukan sekadar formalitas, jika dinilai tak siap maka dia pun akan diganti.
Sebelum bekerja, Andri diwajibkan mengikuti pemeriksaan kesehatan, asesmen pradinas, pengecekan kondisi lokomotif dan mematuhi standar operasional prosedur dalam pekerjaan.
Di masa pandemi ini, Andri bersama para masinis dan asisten masinis lainnya diwajibkan mematuhi protokol kesehatan terlebih saat pandemi Covid-19 dengan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
Setelah melalui berbagai tahapan tersebut, Andri dinyatakan untuk menunggu. Hasil asesmen penyelia didapat, Andri pun dinyatakan layak sebagai masinis serep.
Sejurus kemudian, Andri bergegas ke dipo. Sebagaimana tugasnya pertama-tama adalah melakukan pengecekan lokomotif.
Ada tahapan dalam pengecekan. Dimulai dari menyalakan mesin, memastikan rem, lampu, manometer, speedometer, tegangan listrik, radio komunikasi, handle hingga pedal berjalan dengan baik.
Andri mengakui di tengah pandemi Covid-19, semua aspek kehidupan manusia terdampak. Sebagai masinis, dampak pandemi yang dialaminya juga sangat terasa.
"Saat pandemi ini kita memang dituntut untuk lebih memperhatikan kesehatan, bukan karena hanya penyakit Covid-19, tapi dari sisi kebersihan harus kita jaga. Dulu, sebelum pandemi soal menjaga kebersihan kan dianggap biasa saja," kata pria berambut cepak itu.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Tes Antigen dan WFH
Andri mengaku rutin mengikuti pemeriksaan tes antigen secara berkala. Pemeriksaan itu dilakukan setiap 14 hari sekali di unit kesehatan Daop II Bandung.
"Saya bahkan membawa hand sanitizer sendiri. Walau saat di kabin sudah disediakan. Buat jaga-jaga saja," ucapnya.
Andri kini menjabat sebagai Masinis Madya di PT KAI Daop II Bandung. Pria kelahiran 15 Februari 1986 ini mendaftar sebagai calon masinis di Bandung pada 2005.
Selama berkarier di dunia masinis, Andri tidak melupakan pendidikan. Dia lulus sebagai sarjana ekonomi di Universitas Pasim dan magister manajemen di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Program S2-nya adalah beasiswa dari perusahan dengan mengikuti tahapan seleksi.
Andri menceritakan, menjadi masinis merupakan pilihan hidup dan cita-cita. Dia pun mengaku mengemban tugas sebagai masinis dengan penuh rasa tanggung jawab.
"Saya begitu masuk di dunia kereta api menjadi teknisi lokomotif pada 2007. Setelah itu mulai menjadi asisten masinis sampai enam tahun. Sejak 2012 sampai sekarang menjabat sebagai masinis," ujar Andri.
Pada masa pandemi seperti sekarang, masinis seperti Andri bekerja dengan sistem dua hingga tiga hari dinas dalam satu minggu. Selebihnya, dia menjalani work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.
"Selama WFH, kita diberi tugas dari kepala unit pelayanan teknis (KUPT). Mulai dari menyalin peraturan-peraturan dinas, peraturan Menteri Perhubungan. Dan kita juga wajib melaporkan tugas itu kepada penanggung jawab, jadi tetap berdinas secara virtual," ujarnya.
Advertisement
Masinis Juga Terdampak
Sudah 19 bulan pandemi Covid-19 mendera Indonesia. Para masinis kereta api juga terkena dampak.
Ada kalanya mereka harus pasrah karena pembatalan perjalanan. Di tengah penurunan frekuensi perjalanan kereta api penumpang, Andri merasakan ada yang hilang dalam dirinya selama melakoni tugas sebagai masinis.
Jika sebelum pandemi, ayah dua anak ini kerap melewatkan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga di Bandung. Pada hari Lebaran tahun lalu misalnya, Andri memang merasakan berkumpul dengan keluarga di Hari Kemenangan. Tapi dalam hatinya, dia merindukan kendali di balik lokomotif.
"Melihat penumpang penuh itu ada perasaan senang. Tapi pada saat awal pandemi, total berhenti terus terang merasa kehilangan karena sudah kebiasaan sehari-hari bawa kereta api," kata Andri.
Andri sendiri biasa membawa kendali Kereta Api Argo Parahyangan. Namun, bukan berarti tugasnya hanya membawa kereta penumpang jarak jauh. Sebagai masinis, dia juga bertugas membawa kereta barang dan kereta lokal.
"Walau KA Argo Parahyangan sudah semakin menurun frekuensi pemberangkatannya, sebagai masinis ada beberapa kereta yang dijalankan seperti KA lokal meski jam operasi dibatasi. Kalau kita enggak bawa kereta api, kebiasaan kan berkurang, jadi kita tetap bekerja dengan jam layanan yang disesuaikan," kata dia.
Menurut Andri, mengantar penumpang sampai ke stasiun tujuannya dengan aman dan nyaman, menjadi kepuasan tersendiri. Kendati terdampak pandemi, dia tetap bersemangat melayani penumpang.
"Untuk saya pribadi, begitu melihat kondisi penumpang sedikit sepi ya merasa ada yang hilang. Sebab bagaimanapun masinis tetap ingin melayani penumpang," ujarnya.
Andri berharap pandemi cepat berakhir dan semua bisa berjalan dengan normal di masa adaptasi. Ia rindu pada semboyan 35, sebuah bunyi yang membuat seorang masinis merasa kereta api yang dijalankan sudah siap untuk diberangkatkan.
"Kalau membawa kereta api, apalagi KA Argo Parahyangan itu ada rasa bangga. Karena KA ini primadona selain penumpangnya banyak memang jadi andalan di Daop II," ucapnya.
Keluarga Cemas Tapi Tetap Mendukung
Pria yang berdomisili di Rancaekek ini sudah berkeluarga. Sadar diri akan pekerjaannya, usai mengemudikan kereta api atau dinas serep, begitu tiba di rumah Andri segera melepaskan semua pakaian dan seragam dinasnya.
"Sebelum sampai rumah kita harus steril dulu. Cuci tangan kemudian langsung mandi. Pakaian dinas yang saya pakai dan jaket saya langsung pisahkan sebelum dicuci," tuturnya.
Heni Sri Puswanti, istri Andri mengaku sudah tahu kondisi pekerjaan suaminya seperti apa. Ada tanggung jawab besar di balik pundak sang suami ketika melaksanakan pekerjaan.
"Dari sebelum menikah, dia sudah kasih tahu bahwa di belakang banyak penumpang. Jadi harus jaga keselamatan penumpang dan saya hanya bisa mendoakan agar pulang ke rumah dengan selamat," kata Heni.
Pun di masa pandemi seperti sekarang ini, Heni tetap mendukung suami dalam melaksanakan pekerjaannya. Rasa khawatir memang selalu ada, tapi Heni selalu berikhtiar agar sang suami selalu diberikan keselamatan.
"Dari rumah sudah disiapkan seperti bawa hand sanitizer, botol minum, masker dan sebagainya. Memang protokol kesehatan di kantor dia juga sudah ketat. Makanya, sebelum menyentuh anak, dia harus cuci dan tangan mandi," ujar Heni.
Pihak KUPT juga tak hanya menyosialisasikan pedoman kesehatan bagi para masinis dan asisten masinis. Keluarga terutama para istri juga diberikan bimbingan secara virtual.
"Ketika suami WFH, ada materi dari tim kesehatan PT KAI. Jadi, kita sebagai istri juga mendapatkan informasi terkait penanganan Covid-19," ujar Hani.
Advertisement
Adaptasi, Kunci KAI Melawan Covid-19
Manajer Humas PT KAI Daop II Kuswardojo mengatakan, masa pandemi Covid-19 membuat jadwal perjalanan kereta api penumpang berkurang. Selain itu, kapasitas angkut pun harus disesuaikan dengan jaga jarak antar penumpang.
"Jadi memang selama pandemi bahkan di awal pandemi di bulan April-Mei tahun lalu, kita sempat tidak mengoperasikan kereta api karena memang ada instruksi dari pemerintah untuk tidak beroperasi dulu karena dikhawatirkan akan mempercepat penyebaran Covid-19," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com.
Kemudian, secara bertahap pemerintah mengizinkan kereta api beroperasi dengan batas kapasitas maksimal 25 persen. Seiring kebijakan pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat, kapasitas kursi perjalanan kereta api jarak jauh meningkat jadi 50 persen. Saat ini bahkan untuk perjalanan kereta api jarak jauh, batas kapasitasnya sudah mencapai 70 persen.
"Tapi tentunya masih dengan jumlah perjalanan yang dibatasi. Artinya, tidak seperti dulu. Kalau dulu Daop II jumlah perjalanan KA Argo Parahyangan sampai 24 perjalanan, saat ini kita hanya menjalankan satu yang reguler ke Jakarta atau dua perjalanan pulang pergi. Berarti kan berkurangnya sangat banyak," tuturnya.
Untuk saat ini l, Daop II sudah mengoperasikan sejumlah KA jarak jauh dengan frekuensi KA yang masih terbatas. Di antaranya, KA Argo Parahyangan, KA Argo Wilis, KA Turangga, dan KA lokal Kahuripan dan Kutajaya.
Demikian juga dengan KA lokal. Kuswardojo menyebutkan, saat sebelum pandemi, KA lokal bisa mengangkut 25 ribu penumpang dalam sehari bahkan saat akhir pekan bisa mencapai 40 ribu.
Namun, untuk saat ini kapasitas untuk KA lokal maksimal hanya bisa membawa 800-1.500 penumpang sehari. Hal itu dikarenakan penerapan pembatasan 50 persen tempat duduk yang disediakan.
Menurunnya jadwal perjalanan dan terbatasnya kapasitas penumpang, secara otomatis berdampak pada masinis. Tidak sedikit masinis yang tak bertugas menjalankan lokomotif selama pandemi.
Akan tetapi PT KAI tidak tinggal diam. Sebagian masinis tetap beroperasi dengan jadwal yang ada atau mereka menjalankan kereta barang. Sisanya, para masinis diperbantukan ke dipo sarana yang bertugas melakukan pengecekan harian.
"Walaupun lokomotif itu tidak berjalan, kita harus dalam kondisi siap operasi. Jadi, tetap dilakukan perawatan, tetap dilakukan percobaan jalan dan semuanya harus dilakukan. Sehingga, ketika hendak digunakan, dijamin kereta api dan masinis dalam kondisi siap operasi," ujar Kuswardojo.
Di luar bisnis dan adaptasi masinis di masa pandemi, PT KAI memandang kereta api tetap akan menjalankan aktivitas sesuai dengan minat masyarakat. Ketika bicara rasa khawatir terkait pergerakan manusia, hal itu tentu berpengaruh pada jumlah kapasitas penumpang dalam angkutan kereta api.
"Tapi tentunya masyarakat sudah paham protokol kesehatan di kereta api itu paling ketat di antara jasa transportasi yang ada. Protokol kesehatan tersebut akan selalu kami sampaikan dan akan selalu kami jalankan di manapun kereta api beroperasi," ujar Kuswardojo.
Untuk mengurangi mobilitas dan kontak erat antar dengan orang lain, KAI juga menambah fitur-fitur dalam aplikasi KAI Access. Dengan penambahan fitur ini, pelanggan dapat mengatur perjalanannya secara daring, sehingga tidak perlu lagi ke stasiun.
"PT KAI menerapkan protokol kesehatan mulai dari pembersihan sarana, dan berbagai macam aplikasi yang memungkinkan pengguna jasa untuk tidak menyentuh atau berinteraksi dengan petugas. Ketika masuk stasiun, cukup pindai barcode sendiri ketika boarding. Jadi kemungkinan bersentuhannya sangat sedikit sekali," kaya Kuswardojo.
"Hal itu kita lakukan supaya kepercayaan masyarakat dalam menggunakan jasa kereta api akan terus meningkat dan membaik seiring berkurangnya Covid-19 di negara kita tercinta ini," cetusnya.
Tidak hanya itu, Daop II juga sudah menggelar vaksinasi Covid-19 yang dimulai sejak 5 Juli 2021. Ada sedikitnya 3.000 pengguna jasa kereta api yang sudah divaksin di Stasiun Bandung.
"Jadi memang di awal jumlah penggunanya cukup tinggi dalam sehari bisa sampai 60 orang. Saat ini jumlah vaksin sudah jauh berkurang 15-20 dan itu menunjukkan kesadaran masyarakat untuk divaksin sudah semakin tinggi. Mudah-mudahan ini membantu percepatan kekebalan kelompok yang diharapkan pemerintah," kata Kuswardojo.