Melongok Kebun dan Pengolahan Kopi Excelsa Peninggalan Belanda di Banyuanyar Boyolali

Permintaan kopi excelsa asal Banyuanyar, Boyolali relatif tak terganggu oleh pandemi Covid-19

diperbarui 04 Okt 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2021, 07:00 WIB
Kopi Robusta Gunung Malang, Lereng Gunung Slamet, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)
Kopi Robusta Gunung Malang, Lereng Gunung Slamet, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani Dirgantara)

Boyolali - Desa Banyuanyar, Ampel, Boyolali, sangat beruntung memiliki excelsa. Komoditas kopi warisan Belanda ini memiliki kekhasan aroma nangka dengan rasa manis.

Warga setempatnya menyebutnya sebagai kopi barendo atau lebare londo. Ada pula yang menamainya dengan legandar karena pohonnya tinggi-tinggi dan besar. Hingga kini, pohon-pohon ini masih produktif. Setahun, Banyuanyar bisa menghasilkan 10 ton green bean.

Keberadaan kopi excelsa bakal dioptimalkan masyarakat Banyuanyar untuk kepentingan pariwisata. Sejumlah rencana pun telah disusun oleh masyarakat untuk mempopulerkan excelsa.

“Komoditas kopi ini jadi kekuatan desa ini untuk sektor pariwisata. Kopi Banyuanyar dari Kelompok Tani Ngudi Utomo sudah ke mana- via online. Bahkan kemarin sudah ekspor ke Jerman,” konsultan pariwisata Desa Banyuanyar, Kusworo, Minggu (3/10/2021).

Ke depan, Banyuanyar akan dikembangkan menjadi kampung susu dan kopi atau kampus kopi Banyuanyar. Di dalamnya, ada beberapa acara seperti festival khusus excelsa, excelsa coffe camp, dan coffee trail.

“Pengunjung diajak ke kebun kopi melihat proses pengolahan kopi. Di kebun bisa menikmati excelsa yang disajikan oleh barista,” ujar Kuwsoro yang merupakan pelanggan tetap Omah Kopi Ngemplak.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Permintaan Kopi Excelsa

Konsumsi Kopi Tinggi, Ditjen Perkebunan Terus Berupaya Dongkrak Produksi Kopi
Ilustrasi Kopi Indonesia.

Pemilik coffee shop Omah Kopi Ngemplak, Eko Budi Suroso, menuturkan permintaan kopi excelsa asal Banyuanyar relatif tak terganggu oleh pandemi Covid-19. Dalam sebulan, Omah Kopi yang dikelolanya bisa memproduksi hingga 150 kg mulai baik kopi bubuk maupun biji.

“Harapannya kopi ini bisa dikenal luas bukan hanya Boyolali. Selama ini orang belum mengenal kalau Boyolali punya kopi. Ini tantangan kami,” kata Budi.

Dalam sejarahnya, kopi excelsa dibawa ke Boyolali oleh seorang Bangsawan Eropa, Johannes Agustinus Dezentje. Makamnya ada di Kerkhof Ampel.

Dezentje menjadi menjadi pelopor kopi di Jawa Tengah khususnya Semarang hingga Boyolali dan Klaten. Excelsa didatangkan lantaran memiliki pohon yang kuat. Biasanya disambung dengan arabika dan robusta.

Excelsa merupakan kopi dari varietas dewevrei. Varietas ini masuk ke Indonesia pada abad ke-17. Varietas ini dikenal sebagai tanaman yang tahan hama, tahan cuaca termasuk tahan karat daun.

Dapatkan berita Solopos.com lainnya, di sini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya