Mengenal Lembuswana, Aplikasi Canggih Polda Kaltim untuk Deteksi Dini Karhutla

Sebuah terobosan terbaru dalam upaya deteksi dini potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalimantan Timur dilakukan oleh Polda Kaltim, dengan meluncurkan aplikasi Lembuswana.

oleh Abelda RN diperbarui 18 Des 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2021, 07:00 WIB
Karhutla Dairi Sumut
Lokasi lahan yang curam dan terjal menyulitkan petugas untuk memadamkan api (BNPB Indonesia)

Liputan6.com, Balikpapan - Sebuah terobosan terbaru dalam upaya deteksi dini potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalimantan Timur dilakukan oleh Polda Kaltim, dengan meluncurkan aplikasi Lembuswana.

Peresmian aplikasi ini dilakukan di Ballroom Hotel Novotel, pada Kamis (16/12/2021). Peluncuran aplikasi itu turut disaksikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kaltim dan Kodam VI/ Mulawarman.

Dari aplikasi ini diharapkan langkah penanganan dan penanggulangan dapat dilakukan sesegera mungkin.

Gubernur Kaltim Isran Noor yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, risiko karhutla di daerahnya tergolong rendah dengan angka nol persen dalam dua tahun terakhir.

Tinggi rendahnya risiko karhutla di Kaltim, disebut cukup bergantung pada fenomena alam. Risiko akan terbilang menurun pada saat menghadapi fenomena La Nina seperti sekarang. Sebaliknya, risiko akan meningkat ketika menghadapi fenomena El Nino.

"TNI-Polri sangat luar biasa dalam mengantisipasi terjadinya karhutla. Dalam simulasi aplikasi Lembuswana sampai sekarang memang terpantau tidak ada," terang Isran Noor.

Simak video menarik ini:

Teknologi Akurasi Tinggi

Kapolda Kaltim
Kapolda Kaltim Irjen Herry Rudolf Nahak.

Di tempat yang sama, Kapolda Kaltim Irjen Pol Herry Rudolf Nahak mengungkap, aplikasi yang diluncurkan ini telah dilengkapi fasilitas maping hotspot yang akurasinya tinggi.

"Melalui aplikasi ini, baik Gubernur, Polda dan Pangdam bisa memantau setiap hari di mana ada hotspot. Jadi kita bisa intervensi langsung, dari saya turun ke Kapolres, lanjut ke Kapolsek untuk segera mengecek lokasi titik api," beber Harry.

Rencananya pada tahap awal, aplikasi ini pun dapat diakses oleh berbagai instansi atau komunitas yang berkaitan dengan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Dari segi teknologi, aplikasi Lembuswana didukung oleh empat satelit yang dapat menampilkan citra kondisi riil secara berkualitas.

Meski demikian, keberadaan aplikasi Lembuswana tak berpengaruh langsung pada kecepatan waktu tanggap penanganan karhutla. Untuk hal ini, kata Harry perlu adanya sinergitas antara TNI-Polri, Pemerintah Daerah serta seluruh elemen masyarakat.

"Semua harus bersinergi dan bersatu padu. Kami tentu menginginkan upaya yang lebih cepat. Ini juga sangat tergantung dengan lokasi kejadian," kata jendral bintang dua ini.

Dia juga menyinggung masih minimnya sarana operasional untuk mendukung penanganan karhutla.

"Karena saat kejadian, bisa ada lokasinya yang dekat, ada juga yang jauh. Kemudian ada juga yang bisa dijangkau dengan mobil, dan ada juga yang bisa dijangkau dengan motor. Bahkan, ada yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Jadi, memang tergantung oleh keberadaan titik api," paparnya.

Memudahkan Koordinasi antara TNI dan Polri

Koordinasi terpadu di Kaltim
Koordinasi terpadu dalam penanganan karhutla di Kaltim.

Sementara itu, Panglima Kodam VI Mulawarman Mayjen TNI Teguh Pujo Rumekso menambahkan, dengan aplikasi Lembuswana akan memudahkan koordinasi antara pihaknya dengan kepolisian. Dengan begitu, seluruh stakeholder terkait dapat segera mengambil keputusan untuk tindak lanjut.

"Adanya aplikasi ini, baik Babinsa dan Babinkamtibmas di lapangan, bisa saling tukar informasi. Sehingga keterlibatan kita di lapangan jelas saling sinergi bukan hanya TNI-Polri, melainkan juga Pemerintah Daerah dan BPBD untuk saling merespons ketika ada titik api," timpalnya.

Teguh juga mengingatkan pentingnya reaksi cepat merespons titik api di lapangan.

Di lain pihak, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengapresiasi inisiasi pembangunan aplikasi Lembuswana. Melalui Direktur Penanganan Karhutla, Basar Simanullang mengungkap, pemetaan yang dilakukan oleh KLHK secara nasional mencatat, sampai saat ini masih ada 13 Provinsi yang rawan Karhutla.

Untuk wilayah Kaltim, menurut Basar pulau tergolong paling aman. Meski demikian, sinergitas baik Polda, Kodam di bawah Komando Gubernur haruslah lebih antisipatif.

"Jadi aplikasi ini mengartikulasikan arahan presiden dalam rapat kerja nasional karhutla berkaitan dengan karhutla. Dalam menyinergikan pemangku kepentingan melalui aplikasi ini. Sehingga di mana ada titik mudah di kontrol. Saya pikir ini harus kita dukung agar lebih mengefektifkan, dalam mendeteksi dini," tandasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya