Liputan6.com, Kendari - Balai Karantina Pertanian dan Hewan Kendari mengekspor 18 ton jambu mete dari pelabuhan Peti Kemas Kendari New Port menuju Vietnam, Jumat (31/12/2021). Jambu Mete menjadi andalan Sulawesi Tenggara (Sultra) yang sudah terkenal di pasar Asia hingga Eropa, dikirim saat ekspor serentak se-Indonesia ke sejumlah negara tetangga.
Belakangan diketahui, nama seorang pengusaha milenial berada di balik ekspor penutup tahun di Sulawesi Tenggara. Namanya, Steven Stenly (27), pemilik sejumlah bisnis yang kini tengah viral di Sultra.
Steven, lahir di Kota Kendari, 26 Juni 1994. Masih terbilang berusia muda, ia sudah bergelut di dunia dagang sejak 2019. Dia juga dikenal sebagai youtuber dan selebgram lokal yang sudah memiliki pengikut hingga ratusan ribu di Sulawesi Tenggara.
Advertisement
Baca Juga
Anak kedua dari empat bersaudara ini memulai cerita awal ia menjadi youtuber sejak 2019. Konsisten membuat konten eksperimen sosial dan berbagi kepada orang kurang mampu, kini ia sudah memiliki 478 ribu lebih followers.
Saat mulai terkenal di Youtube, dia nyambi merambah dunia dagang. Mulai dari berjualan kelapa kopra, kosmetik, hingga pakaian casual.
Kelapa kopra ini, menurut Steven, merupakan komoditas andalan asal Sultra. Namun, sering tidak langsung dikirim ke negara lain. Namun, melalui pelabuhan nasional di Surabaya, Jawa Timur.
"Sampai hari ini saya masih mengirim kopra," katanya.
Menurutnya, wilayah Sulawesi Tenggara kaya hasil alam. Bahkan, jika dikembangkan serius, puluhan komoditas bisa dijual hingga skala internasional.
"Anak-anak milenial di Sultra sebenarnya bisa ikut mengekspor. Ketika mereka terjun ke lapangan, ada banyak komoditas di sini yang bisa dikirim ke luar negeri," lkata Steven.
Diketahui, Sulawesi Tenggara kerap melakukan pengiriman jambu mete, hasil laut, kopra, kayu gaharu, bahkan sarang burung walet. Sejauh ini, hanya segelintir milenial di Sultra yang melirik bisnis ekspor sebagai usaha yang menjanjikan.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Tantangan Memulai Bisnis
Seorang pengusaha ekspor yang pernah turun langsung mencari komoditas ke daerah terpencil, pasti pernah merasakan lika-liku berusaha mencari komoditas dengan kualitas terbaik. Steven bercerita, sudah merasakan pahit dan manis saat mulai bergelut di dunia bisnis ini.
"Perjalanannya, cukup panjang. Kalau tidak dinikmati ya, di situ kita bisa jenuh atau bahkan menyerah di tengah jalan," ujarnya.
Steven memaparkan, langkah awal menjadi pengusaha ekspor, mesti memastikan dahulu ketersediaan stok di daerah.
"Lalu agar maksimal, kita cek barangnya langsung ke daerah. Berkualitas atau tidak, sesuai kualitas standar ekspor atau belum," katanya.
Steven melanjutkan, kadang, orang yang jadi penghubung petani di daerah, bisa saja salah memberikan informasi kepada pengusaha. Sehingga, ketika mengecek langsung tiba ke pelosok, kualitas dan kuantitas jauh dari standar ekspor.
"Namun, kalau turun langsung ke daerah mencari komoditas, kita bisa punya jaringan baru yang akan berguna di masa depan," katanya.
Langkah selanjutnya, setelah terjadi kesepakatan dengan pengumpul, pengusaha membawa hasil komoditas ke gudang penyimpanan. Disitu, mulai mengeluarkan biaya angkut.
Komoditas ini, selanjutnya dicek kembali kualitasnya bekerja sama dengan balai karantina pertanian dan dinas perdagangan setempat. Pengecekan dilakukan mengenai kualitas dan standar barang yang akan dikirim. Penting, seorang pengusaha baru mesti mengetahui sejak awal dari balai karantina dan dinas perdagangan, kualitas komoditas seperti apa yang mantap sesuai standar.
"Ketika sudah sesuai, pengusaha kemudian berkoordinasi dengan lembaga ekspedisi pengiriman logistik, misal kalau untuk skala lokal Indonesia seperti Meratus, kalau luar negeri kita cari lembaga pelayaran yang bisa langsung jadi forwarder (pengirim) langsung ke luar," paparnya.
Steven menjelaskan, sebelum melakukan melakukan langkah-langkah ini, pengusaha memastikan sudah ada pembeli luar negeri yang akan menerima barang. Komunikasi dan jaringan, bisa didapatkan dengan berbagai cara. Sehingga, barang yang sudah sesuai kualitas tidak menganggur lama di gudang.
"Misalnya, kita masuk ke komunitas bisa ekspor Indonesia. Mereka sudah punya akun instagram dan media sosial, tinggal gabung lalu bangun komunikasi sebaik mungkin," kata Steven.
Jika sudah masuk ke komunitas, seorang pengusaha yang baru merintis, bisa diarahkan bertemu pembeli luar negeri secara online. Kemudian, komunikasi selanjutnya, bisa dilakukan melalui Zoom atau video call.
"Agak panjang memang, namun kalau dinikmati dengan kerja keras dan doa, semua akan berjalan baik sesuai harapan," katanya.
Â
Advertisement
Latar Belakang Pengusaha
Steven sedikit bercerita, sejak awal kedua orangtuanya, mendukung langkahnya menjadi entertainer dan pengusaha muda. Keduanya juga merupakan pengusaha, bergerak dalam bidang perkapalan sejak bertahun-tahun sebelumnya.
"Tapi saya berusaha tidak bergantung kepada mereka, saya usaha cari modal sendiri," katanya.
Memiliki tiga saudara, kakak tertuanya sudah menikah. Stanley merupakan anak kedua.
"Adik saya masih kuliah, yang paling bungsu masih kecil umur 6 tahun," ujarnya.
Sebelum menjadi youtuber, dia mengungkapkan sempat berbisnis baju. Steven menjual baju-baju kaus dan kemeja casual semi formal.
"Sebelum ini, awal tahun 2021, mulai tekuni bisnis baju secara online," ujarnya.
Kemudian, dia juga menjajal bisnis dunia kosmetik untuk laki-laki dan perempuan. Semua platform bisnis Steven, dipasarkan melalui media sosial.
"Saya punya follower di Tiktok sekitar 2,2 juta, Youtube 500 ribuan, melalui ini saya berupaya maksimal memasarkan," ujar Steven.
Dia mengungkapkan, pasar untuk jualan baju dan kosmetik, sudah sampai ke seluruh wilayah di Indonesia. Meskipun demikian, Steven tidak cepat puas.
"Sekarang kami dan tim sudah komunikasi dengan asisten III provinsi, dia mendukung. Dia juga janji membantu memuluskan langkah ekspor ke anak-anak muda Sultra, tentunya sesuai prosedur, serta standar dan kualitas ekspor yang bagus," ujarnya.
Menurut Steven, dia sudah pernah belajar soal ekspor hingga ke China. Namun, dia akhirnya kembali ke Indonesia dan menemukan komunitas.
"Ternyata, saya syukur bisa ketemu foundernya, Julio. Saya ketemu di Bali, di situ saya bisa belajar banyak, ilmunya juga mudah diterapkan," ujarnya.
Menurutnya, sejak belajar hingga bisa ekspor sendiri, memakan waktu 3 bulan, mulai dari pengenalan produk, pembuatan perusahaan, pembuatan profil.
"September 2021, saya mulai kerja turun ke lapangan hingga Desember 2021 akhirnya bisa mengirim," katanya.
Dia berjanji, ke depan bakal mengajarkan ilmu yang sudah didapatnya kepada anak-anak muda Sultra. Ilmu ini dia bakal ajarkan melalui platform media sosial, Tiktok dan Youtube miliknya. Sehingga, bisa mengakomodasi anak-anak muda yang tertarik ekspor namun belum memiliki ruang dan ilmunya.
Sultra Kirim 18 Ton Mete Menuju Vietnam
Provinsi Sulawesi Tenggara, menutup ekspor tahun 2021 dengan mengirim sebanyak 18 ton bijih jambu mete menuju Vietnam, Jumat (31/12/2021) melalui pelabuhan Peti Kemas Kendari New Port. Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) memfasilitasi pengiriman ini melalui gebyar ekspor serentak via 33 pintu ekspor di Indonesia.
Jambu mete ini, diketahui senilai Rp333.685 juta. Dikirim via kontainer, pengiriman disaksikan langsung sejumlah pengusaha lokal, Kepala Balai Karantina Pertanian Kendari, Kapolda, dan sejumlah pejabat daerah.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kendari, N Prayatno Ginting mengatakan, jumlah ini melengkapi keseluruhan ekspor nasional yang sebesar Rp14,4 triliun yang dilepas secara serentak di Terminal Peti Kemas-Pelabuhan Soekarno Hatta dan Makassar.
"Dari sistem pecatatan informasi, perkarantina Iqfast, lKomoditas pertanian yang telah di Ekspor Sulawesi Tenggara tahun 2021 baik hewan maupun tumbuhan mencapai Rp4,9 miliar," kata dia.
"Adapun komoditas pertanian yang diekspor hari ini biji Mete dengan negara tujuan yaitu Vietnam sebanyak 18 ton. Menutup tahun 2021 ini kembali Karantina Kendari mengeskpor biji mete di mana di awal tahun 2021 juga dibuka dengan Ekpor biji mete, tentu saja memberikan dampak positif terhadap perekonomian warga Sultra di tengah pandemi Covid-19 serta selaras dengan program unggulan Kementerian Pertanian yaitu Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks)," Ginting menambahkan.
Beberapa komoditas pertanian Sultra yang telah di ekspor diantaranya kacang mede, nipah, daun ketepeng, serai, cengkih, lada biji, pala biji, bintangor, dan kayu ramin pada komoditi tumbuhan sementara pada komoditas hewan yaitu kupu-kupu offset, sarang burung walet, dan feses kelelawar.
Gebyar Ekspor ini menjadi salah satu momentum penting dalam menyinergikan seluruh peran stakeholder terutama dengan pihak Kepolisian RI sehingga terjadi keamanan dalam melaksanakan pengawasan produk pertanian.
Advertisement