Liputan6.com, Medan Temuan Satgas Pangan Sumatera Utara (Sumut) terkait adanya 1,1 juta Kilogram (Kg) minyak goreng menumpuk di gudang yang berada di Kabupaten Deli Serdang mengejutkan banyak pihak. Apalagi di tengah kelangkaan minyak goreng yang terjadi saat ini.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin berpandangan, terkait temuan tersebut, biarkan pihak berwajib yang bekerja untuk mengungkap. Menurutnya, ada banyak kemungkinan. Tumpukan bisa saja muncul karena biaya membuat minyak goreng sudah kelewat mahal.
"Artinya, minyak goreng berpeluang merugi jika dipasarkan mengacu kepada HET yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 14.000 per liter," katanya, Sabtu (19/2/2022).
Advertisement
Diterangkan Gunawan, jika seandainya minyak goreng sebanyak 1,1 juta Kg semuanya didistribusikan ke masyarakat Kota Medan dengan harga Rp 14.000/liter, maka bisa memenuhi kebutuhan masyarakat selama 2 minggu.
Mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait konsumsi minyak goreng masyarakat Medan, per kapita mengkonsumsi sekitar 0.25 liter per minggu. Rata-rata 1 keluarga di Medan membutuhkan sekitar 1 liter per minggu.
"Hasil survei acak saya ke sejumlah ibu rumah tangga, konsumsi minyak goreng per satu keluarga di Medan tidak jauh berbeda dengan survei BPS," terangnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemerintah Harus Lakukan Pengawasan
Dijelaskan Gunawan, di Medan ada sekitar 500 ribu keluarga. Jika diasumsikan minyak goreng tersebut digelontorkan atau dipasarkan saat ini juga, maka stok minyak goreng di ritel moderen atau bahkan di semua pasar di Kota Medan akan terpenuhi.
Sebab, lanjutnya, jumlah minyak goreng yang ditemukan menumpuk tersebut mampu menggiring harga minyak goreng di Kota Medan ke harga yang seperti diatur Kementerian Perdagangan (Kemendag) Rp 14.000/liter. Tentunya, tidak ada kelangkaan minyak goreng.
"Tentunya, pemerintah diharapkan terus melakukan pengawasan dan melakukan penelusuran agar tidak ada penumpukan minyak goreng di mana pun," ujarnya.
Advertisement
Awasi Industri Hulu Minyak Goreng
Gunawan Benjamin juga menyarankan, pemerintah harus benar-benar menguasai atau mengawasi industri hulu minyak goreng, ditambah dengan distribusinya. Dari temuan penumpukan minyak goreng di Deli Serdang, Gunawan justru mengkuatirkan kemungkinan adanya praktik serupa di tempat lain.
"Dengan perbedaan harga minyak goreng yang terlampu besar, memicu tumbuhnya spekulan-spekulan di lapangan. Mulai dari pengusaha besar, distributor, pengecer, hingga per orangan yang memiliki kesempatan meraup untung," tandasnya.