Menanti Sensasi Baru Penyeberangan Selat Sunda di Ujung Pulau Sumatra

Pelabuhan Merak sudah melayani jasa penyeberangan sejak zaman kolonial, sekitar 110 tahun. Waktu yang cukup lama, bahkan melebihi usia negara ini. Berbagai upaya pun dilakukan untuk membuat pelabuhan ini tetap eksis di tengah masyarakat.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 26 Feb 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2022, 18:00 WIB
Penumpang Pelabuhan Merak menuju Bakauheni Lampung (Dok PT ASDP Indonesia Ferry)
Penumpang Pelabuhan Merak menuju Bakauheni Lampung (Dok PT ASDP Indonesia Ferry)

Liputan6.com, Cilegon - Pelabuhan Merak sudah melayani jasa penyeberangan sejak zaman kolonial, selama 110 tahun. Waktu yang cukup lama, bahkan melebihi usia negara ini.

Pelabuhan ini merupakan sarana penyeberangan yang ramai di Indonesia. Jutaan manusia menggunakan jasanya, jutaan kendaraan dari berbagai jenis sudah singgah karena letaknya paling strategis menghubungkan dua pulau besar Tanah Air.

Menengok kembali ketika pelabuhan ini akan dibangun, ketika itu pemerintah Kolonial Hindia Belanda membutuhkan transportasi untuk memperlancar ekspor impor, maka perusahaan kereta api bernama Staatspoorwegen membangun jalur kereta dari Tanah Abang menuju Merak.

Kemudian pada tahun 1912, berdirilah Pelabuhan Merak. Kala itu, gerbong kereta bisa langsung masuk ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Sumatera. Saksi bisu sejarah yang masih ada saat ini yaitu Dermaga 2. Di sanalah awal mula penyeberangan Jawa-Sumatra. 

Kemudian tahun 1959, Pelabuhan Merak yang sebelumnya dikelola Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), berpindah ke Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP).  

Awalnya, Pelabuhan Merak melayani penyeberangan menuju Pelabuhan Panjang, di Lampung. Hingga tahun 1970, Pelabuhan Bakauheni dibangun, rute pelayaran diubah tahun 1980 dan khusus melayani kapal feri. Kini, Pelabuhan Merak diurus oleh PT ASDP Indonesia Ferry, sebagai perusahaan BUMN. 

Berdasarkan catatan PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak, pada 2019, sebelum covid-19 menjadi pandemi, ada 35.419 trip atau perjalanan kapal. Total, ada 1.456.104 jiwa yang diseberangkan. Kemudian ada 2.369.003 berbagai jenis kendaraan menyeberangi Selat Sunda menuju Bakauheni. 

Saat pandemi terjadi di Indonesia, Pelabuhan Merak tetap beroperasi melayani penyeberangan, tetapi mengalami penurunan menjadi 34.172 trip dengan 615.383 penumpang. Sedangkan, kendaraan yang diseberangkan sebanyak 2.012.963 unit. 

Sebagai perusahaan berstatus BUMN, PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak tetap melayani pelayaran pada tahun kedua pandemi. Berdasarkan data, sepanjang 2021, ada 35.670 trip dengan 283.914 penumpang. Kendaraan dari berbagai jenis yang diangkut sebanyak 2.264.016 unit. 

Kualitas pelayanan dari berbagai sisi terus dilakukan PT ASDP Indonesia Ferry, supaya selama perjalanan, pengguna jasa merasa nyaman dan aman. Terlebih saat ini, pengelola kapal dan pelabuhan tetap beroperasi dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 yang sangat ketat. 

"Komitmen artinya teman-teman kan lihat di atas kapal, fasilitas pasti disiapkan, artinya pengguna jasa yang merasa nyaman dengan pelayanan kita. Terus kita meningkatkan (pelayanan) agar pengguna jasa nyaman dengan kita," kata GM PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak, Hasan Lessy, di kantornya, Kamis (24/2/2022). 

Pembelian tiket juga mengalami perubahan, dari sebelumnya manual, kini menjadi elektronik sejak 1 Mei 2020. Kemudahannya, masyarakat bisa memesan tiket tanpa harus mengantre di pelabuhan dan bisa mengatur waktu perjalanan. 

Terlebih saat ini, Ferizy, aplikasi pemesanan tiket ASDP Indonesia Ferry, sudah terintegrasi dengan aplikasi PeduliLindungi. Jika sudah menerima vaksin Covid-19, maka masyarakat bisa melakukan perjalanan. Karena dengan vaksin, bisa meminimalisasi efek keparahan dari paparan virus Corona. 

"Kalau kita lihat dari tahun sebelumnya, selalu ada penumpukan di pelabuhan. Karena ada online ticketing, hingga saat ini, dengan yang sudah pernah kita uji coba dari event ke event, baik lebaran, natal maupun tahun baru, itu berjalan normal," terangnya. 

Kemudian hadirnya dermaga eksekutif yang diberi nama Terminal Sosoro. Diambil dari bahasa Banten yang bermakna Anjungan Agung, ruang untuk menerima tamu khusus pejabat. Hanya dengan waktu perjalanan satu jam, penumpang sudah bisa sampai di Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

 "Agar penumpang merasa nyaman, semua fasilitas kita tingkatin, kita siapin," jelasnya.

Simak video pilihan berikut ini:

Bakauheni Harbour City, Calon Destinasi Wisata Baru di Lampung

Wamen II BUMN Kartika Wirjoatmodjo Bersama Dirut PT ASDP Indonesia Ferry, Groundbreaking Pembangunan Bakauheni Harbour City Di Lampung. (Rabu, 27/10/2021). (Liputan6.com/Yandhi Deslatama).
Wamen II BUMN Kartika Wirjoatmodjo Bersama Dirut PT ASDP Indonesia Ferry, Groundbreaking Pembangunan Bakauheni Harbour City Di Lampung. (Rabu, 27/10/2021). (Liputan6.com/Yandhi Deslatama).

Dengan gugusan kepulauan di Pelabuhan Merak maupun Bakauheni, menjadi daya tarik wisata sekaligus keamanan kapal saat bersandar. Pulau-pulau itu menjadi penahan ombak alami bagi kedua pelabuhan. 

Konsep pelabuhan kekinian tak hanya sebagai penyeberangan, tetapi juga wisata bahari. Mewujudkan konsep itu, Rabu, 27 Oktober 2021 dilakukan groundbreaking pembangunan Bakauheni Harbour City yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), pembangunan tahap pertama ditargetkan selesai Juni 2022. 

Nantinya, destinasi wisata dan transportasi terpadu itu akan berdiri di atas tanah seluas 159 hektare, yang hanya berjarak sekitar 2 km dari Pelabuhan Bakauheni. Lokasi pembangunan Bakauheni Harbour City berada di atas tanah milik Pemprov Lampung seluas 14 hektare, PT ASDP Indonesia Ferry 40 hektare, PT Hutama Karya 43 hektare, dan milik warga seluas 61 hektare. 

Pembangunan tahap pertama dimulai dengan pengembangan Taman Budaya Siger yang terintegrasi dengan Masjid Bakauheni dan mampu menampung 2.600 jemaah di lahan seluas 3,8 hektare. Di dalamnya terdapat toko suvenir, skybridge, restoran hingga museum kontemporer. 

Setelah pembangunan tahap pertama rampung, akan dilanjutkan dengan pembangunan tahap kedua. Nantinya, akan dibangun Krakatau Park, Taman Budaya Menara Siger, Intermoda Terminal, Marina Village, Bakauheni Harbour Park, Mangrove Forest yang dilengkapi dengan fasilitas hotel berbintang, vila, taman bermain hingga transportasi wisata menuju Gunung Anak Krakatau (GAK) dan kepulauan di sekitar Lampung. 

Menara Siger yang menjadi ciri khas akan lebih dipercantik untuk memperkuat nilai budaya. Bakauheni Harbour City diharapkan bisa menarik wisatawan lokal maupun mancanegara datang ke Lampung. 

"Groundbreaking ini mencakup masjid Bank Syariah Indonesia, kemudian UMKM yang akan dikembangkan Bank Mandiri. Kemudian creative hub yang akan dikembangkan BNI, housing development oleh BTN. Insya Allah akan selesai Juni 2022, kita selesai semuanya di sini," kata Dirut PT ASDP Indonesia Ferry, Ira Puspadewi, di Menara Siger Lampung, Rabu (27/10/2021). 

Lampung berada di urutan ke-11 nasional tujuan wisatawan atau ada 2,4 persen wisatawan domestik yang melancong ke sana. Dari jumlah tersebut, 24 persennya berasal dari Jabodetabek dan 16 persen dari Bandung. Kemudian berdasarkan data statistik sepanjang tahun 2010-2019, kunjungan wisatawan ke Lampung rata-rata tumbuh 21,6 persen untuk wisatawan domestik dan 21,5 persen wisatawan mancanegara. 

Menteri PUPR, Basuki Hadimulyono pernah menyambangi lokasi wisata terpadu Bakauheni Harbour City. Dia mengatakan bahwa lokasi tersebut memiliki potensi pengembangan wisata yang cukup besar ke depannya. 

"Kawasan ini sangat potensial menjadi kawasan yang menjadi simbol arus wisatawan Sumatera dan juga simbol Lampung. Menara Siger menjadi ikon Lampung yang sangat kuat dan pintu masuk ke Sumatera, nanti kita pugar, kita harapkan bisa kita renovasi lagi, dan bisa menjadi titik nol kilometer Sumatera," kata Wakil Menteri (Wamen) II BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, di lokasi yang sama, Rabu (27/10/2021).

Menguatkan Entitas Budaya Bangsa

Wamen BUMN Dan Gubernur Lampung Foto Bersama Di Menara Siger. (Selasa, 16/03/2021).
Wamen BUMN Dan Gubernur Lampung Foto Bersama Di Menara Siger. (Selasa, 16/03/2021).

Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi mengatakan kalau pembangunan Bakauheni Harbour City berdasarkan pada budaya dan adat istiadat masyarakat Lampung. Dia juga berharap nantinya di lokasi tersebut dilengkapi dengan informasi teknologi yang bisa digunakan masyarakat untuk mengakses informasi.                                

"Renovasi Menara Siger merupakan budaya Lampung, mengingatkan kita pembangunan kawasan wisata terintegrasi tetap berpijak pada akar budaya bangsa," kata Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi, di tempat yang sama, Rabu (27/10/2021).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya