Liputan6.com, Cirebon - Pergerakan Macan Tutul Rasi yang belum lama dilepasliarkan di Hutan Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Jawa Barat diketahui semakin meluas.Â
Satwa langka yang memiliki nama ilmiah Panthera Pardus Melase tersebut dilepasliar pada tanggal 5 Maret 2022. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Teguh Setiawan mengatakan, Tim Matul secara rutin memantau pergerakan Rasi.Â
"Berdasarkan sinyal dari GPS Colar yang dipasang di leher Rasi, pada minggu pertama dan kedua setelah pelepasliaran, pergerakan Rasi masih seputaran kandang habituasi Hutan Gunung Ciremai," ujar Teguh, Sabtu (9/4/2022).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Hal ini merupakan bagian dari naluri dan insting sang predator yang masih terbiasa dengan kandang habituasi yang dihuni selama 30 hari.
Dia menyebutkan, saat ini Rasi sudah lebih dari 32 hari berada di alam liar Hutan Gunung Ciremai.
"Setelah 1 bulan pelepasliaran Rasi, pergerakannya menunjukan ke arah lebih masuk ke kawasan dan semakin meluas. Rasi makin pede," ungkapnya.Â
Ketua Tim Matul TN Gunung Ciremai Robi mengatakan, pemantauan posisi Rasi terus dilakukan setiap harinya untuk mengetahui blok mana saja yang sudah dilalui Rasi.Â
Dari hasil pemantauan, pada tanggal 5 April 2022, saat ini Rasi sudah memasuki zona rimba dengan ekosistem hutan alam. Berdasarkan beberapa literatur, daerah
jelajah Macan Tutul Jawa mencapai 10-15 km, tergantung dari jumlah individu yang ada.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Â
Menunggu Perkawinan Rasi dan Slamet
Semakin banyak individu Macan Tutul Jawa yang menghuni hamparan kawasan hutan, maka daerah jelajahnya akan semakin kecil.Â
"Macan Tutul Jawa merupakan jenis satwa soliter yang tidak membentuk suatu kelompok seperti halnya jenis mamalia lain yaitu primata," katanya.
Kabar baik ini sekaligus menepis kekhawatiran masyarakat mengenai pergerakan Rasi yang cenderung ke arah pemukiman warga.Â
Sebagai salah satu satwa liar, secara naluri pasti akan memilih untuk menjauhi manusia dan mencari perlindungan ke tempat yang lebih aman.Â
Adanya konflik antara manusia dan satwaliar disebabkan perubahan ekosistem yang seharusnya menjadi habitatnya.Â
"Kita berharap di bulan Ramadhan ini Rasi bertemu dengan Slamet Ramadan dan segera melakukan perkawinan. Agar populasi spesies kunci terus berkembang sebagai top predator, penyeimbang dalam kehidupan ekosistem di kawasan hutan TN Gunung Ciremai," ujarnya.
Advertisement