Liputan6.com, Pekanbaru - Sebuah masjid berukuran kecil dengan nama At-Taubah selalu penuh selama Ramadhan. Jamaah harus bergantian masuk beribadah karena ada puluhan orang yang mengantri sementara kapasitasnya tidak memadai.
Keadaan ini tak menyurutkan niat puluhan warga binaan masyarakat (WBP) Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi beragama Islam beribadah. Mereka tetap fokus menempa diri agar menjadi lebih baik lagi ketika bebas nanti.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini sesuai dengan sebuah kalimat yang tertulis di dinding Lapas. Yaitu "Kami Bukan Penjahat, Kami Hanya Tersesat, Belum Terlambat Untuk Bertaubat, Saat Kembali Ke Masyarakat, Kami Pasti Menjadi Manusia Hebat dan Bermanfaat".
Selama beribadah Ramadhan secara bergiliran, semua narapidana muslim diberikan seragam layaknya santri. Mereka juga dilengkapi sarung dan dikumpulkan di lapangan sebelum melaksanakan salat taraweh ataupun tadarus.
Berada di lapangan Lapas sebelum masuk masjid, wajah WBP sumringah. Mereka bisa menyaksikan bintang di langit dan berdoa agar bisa menjadi manusia yang berguna jika bebas nanti.
Bagi WBP yang kurang sehat, petugas Lapas akan memintanya beristirahat. Tak jarang, petugas mengajak napi bercanda untuk menghilangkan ketegangan tapi tetap dalam batasan.
"Sungguh nikmat berkah bulan puasa, terima kasih bapak-bapak petugas Lapas yang telah mengizinkan kami beribadah, kami akan jaga agar lapas tetap aman dan tertib," sebut salah satu napi penghuni Blok A.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dipantau Petugas
Selama beribadah, WBP tetap dipantau oleh petugas. Tak jarang, petugas juga ikut bergabung melaksanakan salat berjamaah dengan WBP untuk mendekatkan silaturahmi.
Kepala Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi Wachid Wibowo mengatakan, setiap malam Ramadhan ada 90 WBP melaksanakan Salat Tarawih. Kemudian dilanjutkan dengan ibadah tadarus.
"Petugas ada yang berjaga, ada juga yang ikut salat berjamaah dan tadarus untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan sehingga warga binaan merasa Ramadan seperti di rumah sendiri," kata Wachid.
Tidak hanya malam, pada siang Ramadhan juga dilakukan ceramah agama, salat berjemaah dan belajar mengaji. Program terakhir dalam rangka memberantas buta Al-Qur'an.
"Tentunya semua warga binaan yang beragama muslim memiliki kesempatan yang sama, namun pelaksanaannya bergiliran karena tempat dan petugas terbatas," kata Wachid.
Advertisement
Lapas Baru
Sebagai informasi, Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir merupakan Lapas terpadat nomor satu di Indonesia. Dulunya, Lapas ini hanya cabang rumah tahanan dan sejak tahun 2020 menjadi Lapas Kelas IIA.
Menurut Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau Mhd Jahari Sitepu, daya tampung Lapas itu sebetulnya hanya 98 orang. Namun pada April ini, ada 970 WBP yang artinya terjadi lover kapasitas sebesar 990 persen.
Keadaan ini, tegas Jahari, tidak sedikitpun mengendurkan program pembinaan di lapas tetapi ada pembatasan. Misalnya pada Ramadhan ini, di mana WBP harus bergiliran beribadah di Masjid At-Taubah.
Jahari menyebutkan, kunci keberhasilan petugasnya dalam menjaga kondusivitas lapas yang jumlah penghuninya tidak sebanding dengan jumlah petugas ini adalah menanamkan rasa kebersamaan antar petugas dan WBP. Narapidana juga diajak meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya.
"Makanya sering saya ingatkan kepada petugas, anggap warga binaan sebagai saudara sendiri, perlakukan mereka dengan sopan," kata Jahari.
Selain itu, WBP juga diingatkan agar menjadikan Lapas sebagai rumah sendiri sehingga bisa menjaga keamanan dan ketertiban.
"Tolong hormati juga petugas sebagai pembina," sebutnya.
Terkait over kapasitas, Kakanwil menyampaikan tahun ini pihaknya akan membangun lapas baru di Ujung Tanjung, Kabupaten Rokan Hilir. Pematangan lahannya sudah selesai tahun lalu.