Tangkal Radikalisme, Saatnya Santri Garut Melek Wawasan Kebangsaan

Pendidikan hubbulwathoniyah atau cinta tanah air merupakan salah satu fondasi cinta negeri, yang harus ditanamkan sejak dini terutama saat mereka mengenyam dunia pendidikan di tingkat perguruan tinggi.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 12 Agu 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2022, 10:00 WIB
Ratusan pelajar Madrasah Aliyah (MA) plus santri Pondok Pesantren Nurul Huda, Cisurupan, Garut, Jawa Barat, mendapatkan pendidikan kebangsaan dari pihak pesantren. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Ratusan pelajar Madrasah Aliyah (MA) plus santri Pondok Pesantren Nurul Huda, Cisurupan, Garut, Jawa Barat, mendapatkan pendidikan kebangsaan dari pihak pesantren. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Sebanyak 250 pelajar Madrasah Aliyah (MA) plus santri Pondok Pesantren Nurul Huda, Kampung Cibojong, Desa Balewangi, Kecamatan Cisurupan, Garut, Jawa Barat, mendapatkan pendidikan wawasan kebangsaan dari pihak pesantren.

"Ini adalah bekal sekaligus modal bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi (PT), sekaligus saat kembali ke masyarakat," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda KH Cecep Jaya Karama, Rabu (10/8/2022).

Menurutnya, pendidikan hubbulwathoniyah atau cinta tanah air merupakan salah satu fondasi cinta negeri, yang harus ditanamkan sejak dini terutama saat mereka mengenyam dunia pendidikan di tingkat PT.

"Sekarang yang banyak terpapar faham radikalisme itu mereka usia-usia labil, terutama pelajar kelas 11 dan 12 SMA atau sederajat, yang akan masuk PT," kata dia.

Selain kajian kitab kuning di pesantren, pemberian materi wawasan kebangsaan mulai peta politik dunia, pola kepemimpinan dan lainnya, diharapkan menjadi modal mereka di masyarakat.

"Minimal para pelajar dan santri bisa menolak pihak yang mengajak anarkisme, bahkan melawan pihak-pihak yang terus mengampanyekan berdirinya negara khilafah," kata dia.

Dengan upaya itu, kekhawatiran masuknya radikalisme yang menjadi ancaman nyata bagi kawula muda saat ini bisa dihindari sejak dini.

"Cinta tanah air itu sebagian dari pada iman," ujar kiai muda Cecep mengutip salah satu hadis Nabi Muhammad SAW.

 

Melek Media Sosial

Ratusan pelajar Madrasah Aliyah (MA) plus santri Pondok Pesantren Nurul Huda, Cisurupan, Garut, Jawa Barat, mendapatkan pendidikan kebangsaan dari pihak pesantren. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Ratusan pelajar Madrasah Aliyah (MA) plus santri Pondok Pesantren Nurul Huda, Cisurupan, Garut, Jawa Barat, mendapatkan pendidikan kebangsaan dari pihak pesantren. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Subhan Fahmi, salah satu wakil rakyat kabupaten Garut dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa mendukung pendidikan wawasan kebangsaan yang diterapkan pihak pesantren.

Menurutnya, upaya itu merupakan ikhtiar bersama, menghindari terpaparnya siswa dari radikalisme yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.

"Pemahaman agama tanpa ada pendidikan kebangsaan sangat sulit untuk menerima perbedaan, kami berharap semakin banyak lagi pesantren yang mengajarkan wawasan kebangsaan," ujar Ketua Komis 1 DPRD Garut tersebut.

Kepala Badan Kesbangbol Garut Nurrodin menambahkan, untuk menghindari penyebaran informasi mengenai radikalisme atas nama agama, lembaganya meminta para siswa dan santri mulai melek bermedia sosial.

"Jangan kebablasan di media sosial, saring sedini mungkin informasi yang berpotensi memecah belah bangsa khususnya bagi santri dan pelajar di pesantren," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya