Sejarah Nasi Jinggo, Nasi Kucing dari Bali

Umumnya, nasi jinggo berisi sekepal nasi putih dengan beragam lauk-pauk, seperti sambal goreng, tempe, serundeng, ayam suwir, serta sambal.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Sep 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2022, 10:00 WIB
[Bintang] Nasi Jinggo
Nasi Jinggo, makanan khas Bali. (horizonhoman/Instagram)

Liputan6.com, Bali - Nasi Jinggo adalah sajian khas Bali yang banyak diburu wisatawan domestik maupun mancanegara. Nasi jinggo biasanya dikemas dengan daun pisang dengan porsi kecil.

Sebelum kiris moneter pada 1997, nasi jinggo dijual per porsi seharga Rp1.500. Kini, harga satu porsi nasi jinggo sekitar Rp2.000 hingga Rp4.000.

Harganya yang terjangkau tetapi enak ini, menjadi daya tarik tersendiri. Umumnya, nasi jinggo berisi sekepal nasi putih dengan beragam lauk-pauk, seperti sambal goreng, tempe, serundeng, ayam suwir, serta sambal.

Kini, ada juga penjual nasi jinggo yang mengganti nasi putih dengan nasi kuning. Sementara lauknya juga lebih bervariasi, yakni dengan tambahan daging sapi atau daging babi, mie goreng, hingga telur.

Sekilas, nasi jinggo memang mirip dengan nasi kucing yang banyak dijual di Yogyakarta, Semarang, Surakarta, serta daerah di Pulau Jawa lainnya. Bedanya, nasi jinggo berisi berbagai macam lauk, sementara nasi kucing umumnya hanya berisi satu jenis sayur atau lauk saja.

Sejarah nasi jinggo dimulai pada 1980-an. Menurut para penjual, nasi jinggo pertama kali dijual di Jalan Gajah Mada, Denpasar.

Diceritakan, di tempat tersebut terdapat Pasar Kumbasari yang beraktivitas selama 24 jam. Masyarakat sekitar pasar banyak yang begadang dan perlu makanan pengganjal perut di malam hari.

Penjual nasi jinggo Bali pertama kali adalah sepasang suami-istri yang berjualan dari sore hingga malam. Berbagai kreasi menu yang mereka sajikan sangat disukai.

Kini, banyak penjual nasi jinggo yang tidak hanya berada di Denpasar, melainkan juga kota-kota lain di Bali hingga luar Pulau Bali, salah satunya Kediri.

Nama 'jinggo' berasal dari bahasa Hokkien yang berarti seribu lima ratus, sesuai dengan harga pasaran nasi jinggo sebelum terjadi krisis moneter di Indonesia. Versi lain menyebutkan nama 'jinggo' berasal dari judul film "Djanggo" yang populer pada masanya.

Versi ketiga menyatakan bahwa nama 'jinggo' berasal dari kata "jagoan", yaitu para pengendara motor asli Bali. Nasi jinggo ini merupakan makanan favorit para pengendara motor tersebut sehabis plesiran malam.

(Resla Aknaita Chak)

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya