Tragedi Kanjuruhan, Pengamat Sebut Indonesia Minim Edukasi Regulasi Sepak Bola

Pengamat sepak bola Indonesia, Sony Agus Santoso menyebut tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, bukanlah insoden maut pertama yang terjadi di Indonesia

oleh Dewi Divianta diperbarui 10 Okt 2022, 12:08 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2022, 12:08 WIB
Infografis Daftar 130 Nama Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Daftar 130 Nama Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Malang. (Liputan6.com/Trieyasni)

Liputan6.com, Malang - Pengamat sepak bola Indonesia, Sony Agus Santoso menyebut tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, bukanlah insoden maut pertama yang terjadi di Indonesia.

Namun, pemerhati yang juga pernah terjun sebagai pelaku persepakbolaan ini menyebut tragedi di Stadion Kanjuruhan adalah yang paling fatal lantara membuatkan kejadian serupa sebelumnya tidak ditangani dengan baik.

“Saya turut berduka atas meninggalnya korban dan juga masih menjalani perawatan, kejadian ini semua kena imbas, tak hanya suporter,” kata Sony kepada Liputan6.com, Minggu (9/10/2022).

Menurutnya, tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang bukan momentum saling menyalahkan dan seharusnya menjadi ajang pembenahan semua pihak mulai dari suporter, panpel, operator, klub, dan federasi.

“Saya lebih mencari solusi, agar tidak terjadi lagi. Kejadian serupa dulu pernah terjadi, tapi bukan di malang dan jumlah korban tidak sebanyak ini,” ucapnya.

Sony menjelaskan harus ada sebuah regulasi dan tatanan baru di sepak bola Indonesia, hal itu berkaca dari banyak kejadian yang terjadi selama perjalanan sepak bola di negara Indonesia.

Menurutnya harus membuat prasarana stadion sepak bola yang dilengkapi dengan keselamatan semua pihak, tak hanya pemain dan perangkat pertandingan tapi juga suporter itu sendiri. Antisipasi keamanan di dalam stadion pun seharusnya sudah dilakukan lebih awal, bukan menunggu jatuhnya korban.

“Stadion harus dilengkapi fasilitas lengkap dan dengan keamanan standar yang berlaku. Standar keamanan tak melulu dengan luas, lampu, dan lainnya,” ujar dia.

Sony menyebut selama ini belum ada edukasi sepak bola Indonesia kepada penonton atau suporter yang akan menyaksikan pertandingan di dalam stadion.

“Selama ini diberikan edukasi cuma ke manajemen klub dan panpel. Seharusnya edukasi juga diberikan ke suporter,” ucap Sony.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Edukasi dan Perangkat Pendukung

Potret Tragedi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang yang Tewaskan 127 Orang
Petugas keamanan menahan seorang suporter saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. "Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta. (AP Photo/Yudha Prabowo)

Salah satu edukasinya, harus ada regulasi atau aturan-aturan yang disampaikan entah melalui sarana media, imbauan di stadion, atau menggunakan aplikasi khusus.

“Kita belum menjalankan digitalisasi di sepak bola dalam bentuk tiketing online. Berkaca dari perkeretaapian kita dulu dan sekarang bisa berbenah karena menerapkan regulasi baru di mana tiap stasiunnya,” katanya.

Dia mengaku, meski perumpamaannya jauh tapi sistem itu bisa sedikit membantu sistem persepakbolaan di negeri ini untuk lebih baik dengan sistem digitalisasi.

“Digitalisasi KAI saat ini jauh lebih baik daripada beberapa tahun lalu. Cukup klik online dapat bangku masuk kereta dan KAI bisa mendeteksi siapa aja pembeli tiket mereka mulai dari nama dan alamat,” tuturnya.

Tak hanya itu, Sony juga menyebut digitalisasi tersebut bisa memudahkan siapa yang menjadi provokator dalam setiap kejadian di stadion hanya melalui nomor bangku yang diduduki.

“Digitalisasi ini mempermudah mendapatkan tiket. Apabila ada oknum suporter yang berulah itu akan terdeteksi datanya sebelum yang lainnya mengikuti ulahnya,” ujar dia.

Sony melanjutkan selain sistem digitalisasi harus dilakukan perombakan prasarana stadion yang lebih baik, seperti bangku, akses evakuasi dan lainnya yang menajdi standar sepak bola di negara ini.

“Digitalisasi, prasarana stadion layak, ticketing, dan keamananan seperti jalur evakuasi dan juga emergency area. Dulu pernah ada yang membuat sistem ini, tapi stadionnya tidak mumpuni jadi mungkin terhenti,” ucapnya.

Sony berharap evaluasi dilakukan mulai dari pembenahan prasarana stadion yang harus membuatkan stadion dengan ‘single seat’, dilanjutkan dengan edukasi, dan melengkapi prasarana stadion dengan jalur-jalur emergency jika terjadi kejadian darurat di lapangan bola.

“Edukasi suporter melalui aplikasi dengan melampirkan regulasi-regulasi yang harus ditaati mereka. Menyediakan bangku untuk mendukung digitalisasi tadi, dan jalur emergency,” ujar Sony.

Sementara itu, ia meminta semua panpel juga melakukan edukasi dengan cara membuat poster-poster di dalam pintu masuk atau di stadion terkait apa saja yang harus dilakukan di dalam stadion. Menurut Sony hal itu akan meminimalisir kejadian seperti di Malang.

“Poin-poin di atas menjadi penting untuk perbaikan sepak bola untuk lebih baik. Sekaligus mengantisipasi adanya korbna di dalam Stadion,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya