Liputan6.com, Sukoharjo - Alif Isa Abdullah Somad pria 39 tahun asal dari Desa Tulakan itu awalnya bersama sang istri melihat salah satu film Thailand yang menceritakan konsep restoran di tengah-tengah sawah. Usai menyaksikan film tersebut sepasang suami istri malah terinspirasi membuat kafe di tengah sawah juga.
Dua tahun lalu ketika masa pandemi Covid-19, dirinya juga harus memikirkan perekonomian keluarganya, terlebih masih memiliki satu cicilan mobil yang belum lunas. Setelah berdiskusi dengan istrinya, Alif akhirnya merelakan satu mobilnya yang tidak terpakai untuk dijual dan dijadikan modal untuk membuka usaha di tengah pandemi kala itu.
Awalnya cafe rumah pinggir kali itu masih kecil dan konsepnya belum sempurna, tapi berjalannya waktu cafe itu sejak dibuka tidak pernah sepi pengunjung.
Advertisement
Baca Juga
Alif dari hari ke hari semakin menyempurnakan cafe miliknya itu untuk membuat para pengunjung nyaman menghabiskan sunset, karena memang cafe ini buka hanya mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.
Bermodal dari jual mobil ia mendapatkan uang 150 juta dan dia membangun kafe tersebut di dekat saluran irigasi tepat di tengah-tengah arena persawahan yang mmebentang dengan pemandangan tak hanya sawah tapi nampak gagah beberapa gunung nampak dari lokasi rumah pinggir kali berdiri.
"Awal pandemi banyak banyak tempat nongkrong tutup, kita malah membuka dan memilih membangun di cafe pedesaan. Modalnya dari menjual mobil, ada mobil yang tidak terpakai dan itu yang kami jual," kata Alif kepada Liputan6.com ditemui di kafe miliknya, Minggu (6/11/2022).
Â
Cafe di Pedesaan
Ia mengaku sebelum membuka kafenya itu, bangunan dasar kafe sudah dibuat, namun hanya digunakan keluarganya untuk menikmati sore hari sambil mengerjakan tugas hingga matahari terbenam baru mereka kembali ke rumah. Namun, berbekal keahlian sang istri yang hobi memasak mulai membuka kafe pinggir kali dan membuatkan sosial media.
"Ternyata banyak yang datang dan nyore di RPK, dulu yang awalnya tempat masaknya di atas sekarang kita pindah di atas tempat pengunjung menikmati view dan kitchennya di bawah. Banyak perbaikan lain juga dari mulai awal buka sampai sekarang ini," tutur dia.
Tak hanya bisa nongkrong atau sekedar mengerjakan tugas di cafe rumah pinggir sawah, namun para pengunjung juga bisa memesan aneka menu sederhana untuk melengkapi sore anda menghabiskan sunset persawahan.
"Menunya awalnya cuma mie dan makanan siap saji seperti roti maryam, dan lainnya. Karena makin ramai, jadi kita menambah menu makanan, yang best di sini kwetiau, capcay dan nasi goreng," ucap Alif.
Meski menghadirkan pemandangan indah di cafe itu dan desain yang unik tak membuat harga-harga mahal untuk makanan dan minuman di cafe rumah pinggir kali. "Harga rat-rata 15 ribuan, paling mahal 20 ribu. Kafe ini kan di pedesaan jadi kita mengikuti pertumbuhan ekonomi di desa," tuturnya.
Sementara itu, tak sedikit selebgram yang sudah mereview cafe rumah pinggir sawah dan menjadikan cafe itu bahan konten untuk diposting di sosial media mereka. Alif menyebut banyak komunitas-komunitas mulai dari pesepeda, vespa dan lainnya pernah reservasi membuat acara di cafe rumah pinggir kali.
"Kalau mau acara bisa reservasi dulu, sebelumnya juga ada komunitas gowes dan vespa bikin acara di sini. RPK hanya tutup kalau hujan, karena kalau hujan area nya lebih banyak out door jadi kasian pengunjungnya nanti susah berteduhnya," kata Alif.
Penasaran ingin datang dan menikmati sunset serta pemandangan persawahan dan bisa melihat dari jauh beberapa gunung di wilayah Jawa Tengah itu? yuk datang langsung ke cafe Rumah Pinggir Kali di Desa Tulakan, Polokarto, Sukoharjo. Lokasi rumah pinggir kali ini sekitar tujuh kilometer dari kantor Bupati Sukoharjo.
Advertisement