Cerita Pilu Relawan RSKI Covid-19 Pulau Galang, Dulu Disanjung Kini Dilupakan

Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Covid-19 Pulau Galang resmi ditutup. Sementara ada janji yang belum dituntaskan pemerintah kepada para relawan.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 22 Des 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 10:00 WIB
Relawan RSKI Covid-19 Pulau Galang
Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Covid-19 Pulau Galang resmi ditutup. Sementara ada honor yang belum dibayarkan pemerintah kepada para relawan sejak April 2022. (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Batam - Terik matahari di Desa Sijantung, Pulau Galang, Batam, terasa menyengat. Sekumpulan relawan tampak berteduh di bawah pohon di halaman Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Covid-19 Pulau Galang. Mereka masih menunggu kepastian nasib.

Kegundahan nampak di raut wajah para relawan, menanti pemberian secarik kertas penghargaan sebagai relawan, usai RSKI Covid-19 Pulau Galau resmi ditutup.

Kegundahan juga terlihat di wajah bidan Rhika S Simamora, seorang relawan RSKI Covid-19 Pulau Galang. Bukan sedih karena RSKI ditutup dan purnatugas usai 1,5 tahun berjibaku dengan ganasnya Covid-19, tapi honor uang lauk pauk yang juga belum dibayarkan pemerintah selama 8 bulan.

"Banyak sekali janji-janji manis saat kami akan bergabung dengan RSKI ini, salah satunya akan bisa bekerja di mana saja, rumah sakit ini juga katanya memiliki masa kerja yang panjang, tapi kini semua tidak ada yang jelas," kata Rikha.

Rikha mengaku, dirinya terpanggil menjadi relawan dengan semangat membantu sesama, meski nyawa menjadi taruhannya, mengingat ada risiko besar yang harus dihadapi saat menjadi garda terdepan penanganan Covid-19.

"Waktu itu banyak orang yang tidak mau menjadi relawan Covid-19 karena berisiko besar. Awal-awal kami jadi relawan, banyak yang menyanjung dan memujinya," kata Rikha.

Rikha mengatakan, banyak di antara relawan yang bahkan meninggalkan pekerjaan dan profesinya demi bergabung menjadi relawan di RSKI Covid-19 Pulau Galang. Padahal orang tua tidak rela dan bahkan banyak yang melarang anaknya bergabung.

 

 


Lupakan Janji Manis

Kini Rikha dan teman-teman relawan hanya memohon kepada pemerintah, untuk segera membayarkan Uang Lauk Pauk (ULP) sebesar Rp100 ribu per hari yang belum dibayarkan sejak April 2022. 

"Saat ini yang saya pikirkan bukan lagi soal janji-janji manis dulu, tetapi tolong kasih uang ULP itu buat kami, penting sekali untuk melanjutkan kehidupan," kata Rhika.

Hal yang sama Robby Mahesa, tenaga perawat asal Jambi yang sejak RSKI Pulau Galang beroperasi pada 6 April 2020 dirinya bergabung karena rekomendasi teman sejawatnya sesama perawat.

"Saat itu tengah lockdown, saya datang ke Batam bukan ingin bekerja, tetapi akhirnya di sini tak bisa keluar dan melamar bekerja di RSKI, langsung diterima karena memang tidak ada orang yang mau bekerja di sini,” kata Robby.

Robby mengaku, dirinya akhirnya 'jatuh cinta' dengan pekerjaan tersebut, bagaimana peran RSKI cukup vital dan strategis terutama dalam mengisolasi para pekerja migran Indonesia yang baru dipulangkan dari Malaysia.

"Sekarang beginilah nasib kami, uang tersebut penting karena memang itu akan jadi penyambung hidup kami, apa rencana ke depannya tergantung pada uang itu," kata Robby.

 


Purnatugas Tanpa Evaluasi

Ketua Perwakilan Relawan Rony Hasan kepada Komandan Satuan Tugas RSKI Pulau Galang Brigjen TNI Yudi Yulistyanto meminta, seluruh relawan tetap bersabar menunggu ULP cair.

"Saya sebagai Dansatgas bertanggungjawab untuk memperjuangkannya, saya minta semua berdoa," kata Yudi kepada relawan.

Bahkan saat selesai upacara pemberian piagam penghargaan kepada para relawan, secara spontan Yudi dengan pengeras suara meminta kepada ajudannya untuk mengambil tas miliknya di mobil dinas Jeep Wranggler, yang terparkir tidak jauh dari lokasi upacara.

"Jika kalian mau buat acara perpisahan, saya cuma bisa bantu segitu ya, itulah kemampuan saya," kata Yudi sambil merogoh uang sebesar Rp10 Juta lembaran berwarna merah yang diberikan secara simbolis kepada perwakilan relawan.

Suasana haru menyelimuti para relawan, sebagian di antaranya terlihat berkaca-kaca. Di ujung Pulau Galang itu sejak 6 April 2020 hingga 21 Desember 2022 mereka mengabdikan diri sebagai garda terdepan melawan Virus Corona. Tak ada perayaan hanya seremoni kecil mengantarkan mereka purnatugas. Tak ada evaluasi, semua hilang begitu saja, seperti hilangnya perhatian orang-orang kepada virus berbahaya Covid-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya