Liputan6.com, Solo Hesteg usut tuntas tragedi Kanjuruhan kembali trending topik di halaman twitter, pasalnya pemberitaan terkait aksi dari Arek-arek Malang meminta kejelasan terkait penanganan tragedi yang merenggut 135 korban meninggal dan puluhan luka lainnnya itu kembali ramai. Meski sudah tiga bulan berlalu dan pecinta sepak bola tanah air sudah hampir terlena dengan digelarnya kompetisi lagi, beredarnya video aksi Arek Malang beberapa hari lalu lalu memantik reaksi warganet
Warganet seakan diingetkan tragedi awal Bulan Oktober 2022 itu, dan trending di twitter sejak Senin pagi ramai kembali membahas tragedi mengerikan tersebut.
Seperti ditulis oleh akun @Arema****ork yang berisi "Enarupes nggeh buk, ayas pun mboten saget berkata-kata ningali sesepuh kulo. InsyaAllaj Gustu Allah seng bakal ngekeki keadilan gawe alm/almh, #UsutTuntasTragediKanjuruhan mulai luntur dengan sorak sorai kebahagiaan," tulisnya.Â
Advertisement
Baca Juga
tak hanya itu, sebuah akun lain @gilabola**** menulis "Aremania melakukan aksi ke kantor Arema terkait 3 tuntutan, -meminta Arema FC mundur dari Liga 1, -menolak seluruh aktivitas Arema FC di seluruh wilayah Malang, - Mendesak Arema FC untuk berpartisipasi dalam upaya #usuttuntastragedikanjuruhan dan koorporatif dalam proses hukum," katanya dalam unggahannya.Â
Â
Tuntutan Arema FC Mundur dari Kompetisi
Unggahan lain dari akun @****supporter dan sudah dilihat lebih dari 40 ribu pengguna twitter itu, disukai 1767, diteruskan sebanyak 615, dan dikomentari oleh ribuan akun pengguna twitter yang memposting foto aksi Arek Malang di depan Kantor Arema dengan caption, "SEMESTA BERSAMA KALIAN. AREK MALANG!! #UsutTuntasTragediKanjuruhan," tulisnya.
Sementara itu, menyikapi maraknya tuntutan dan penolakan Arema FC di berbagai tempat menyentil pengamat sepak bola Akmal Marhali. Dirinya menyebut mustahil jika tuntutan para suporter meminta agar Arema FC mundur dari kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia itu hal yang mustahil terjadi.
"Mereka (Arema FC) pasti tidak mau jika mereka diminta mundur, kalau mundur berarti tidak main di Liga 1. Dan pemilik Arema FC (Iwan Budiyanto) juga tidak akan mau itu," tutur dia.
Menurutnya tragedi mengerikan Stadion Kanjuruhan pada 2 Oktober 2022 lalu menjadi pelajaran berharga untuk semua pihak, dan menjalankan rekomendasi TGIF.
"Jadi, ini bukan soal arema saja. Tapi, sepakbola Indonesia secara umum. Kebetulan saja kasusnya kemarin Arema. Harusnya tidak dimulai dulu kompetisi tanpa ada komitmen bersama. Sambil menunggu proses hukum Kanjuruhan selesai," katanya.
Advertisement