10 Tari Tradisional dari Kota Budaya Yogyakarta

Berikut beberapa jenis tari tradisional Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Feb 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2023, 05:00 WIB
Potret Penari Keraton Yogyakarta Kenakan Face Shield
Potret Penari Keraton Yogyakarta Kenakan Face Shield. (Sumber: YouTube/Kraton Jogja)

Liputan6.com, Yogyakarta - Selain dikenal sebagai kota wisata dan kota pelajar, Yogyakarta juga dijuluki Kota Budaya. Tak heran karena Yogyakarya memang memiliki banyak warisan budaya benda maupun tak benda yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan adalah kesenian tari. Tak hanya satu, Yogyakarta memiliki berbagai tarian tradisional khas. Berikut beberapa jenis tari tradisional Yogyakarta:

1. Tari Angguk

Mengutip dari disbud.kulonprogokab.go.id, tari angguk merupakan kesenian tari dari Kulon Progo yang muncul sekitar 1900-an. Ide tarian ini berasal dari pesta dansa para tentara dan opsir Belanda saat menduduki wilayah kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Tari angguk mula-mula muncul di Kulon Progo melalui daerah yang berbatasan langsung dengan Purworejo, yaitu Kecamatan Kokap. Tarian ini merupakan kesenian yang berbentuk seni tari yang disertai dengan pantun-pantun rakyat.

Cerita yang terkandung dalam tarian ini berkutat pada kehidupan manusia, seperti budi pekerti, tata krama, dan nasihat. Umumnya, tari angguk dibagi menjadi dua jenis, yaitu tari jejeran (ombyokan) dan tari pasangan

2. Tari Bedhaya Semang

Mengutip dari budaya.jogjaprov.go.id, tari bedhaya semang dipagelarkan untuk kepentingan ritual istana, seperti peristiwa jumenengan. Berdasarkan tradisi yang telah ada, jumlah penari bedhaya terdiri dari sembilan orang.

Para penari bedhaya tersebut mendapatkan status sebagai pegawai Kraton dengan sebutan abdi dalem Bedhaya. Tarian yang merupakan pusaka Mataram ini menggambarkan pertemuan leluhur antara Panembahan Senopati dan Ratu Kidul.

3. Tari Beksan Lawung AgengMengutip dari UKM Swagayugama Universitas Gadjah Mada, tari beksan lawung ageng merupakan salah satu tarian pusaka milik Kraton Yogyakarta. Tarian ini merupakan tarian upacara yang hanya boleh diselenggarakan di waktu-waktu tertentu, seperti ulang tahun raja, ulang tahun penobatan, pernikahan putra-putri Sultan, meyambut tamu kehormatan, atau saat-saat lain yang dianggap istimewa.

Tari beksan lawung ageng diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I yang terinspirasi dari pangeran dan prajurit kerajaan saat melawan VOC. Tarian ini diciptakan untuk membentuk jiwa patriotisme, ketiaan, kejujuran, dan bela negara para perajurit.

4. Tari Beksan Srikandi Suradewati

Mengutip dari 'Beksan Srikandi-Suradewati' oleh Ida Dwi Kusumaningrum, tari beksan srikandi suradewati merupakan salah satu jenis tari klasik Yogyakarta yang bertemakan perang tanding. Tarian ini merupakan tari berpasangan yang dilakukan oleh dua orang penari putri.

Tarian ini berlatar belakang epos Mahabarata dengan tokoh Dewi Srikandi dan Dewi Suradewati.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tari Golek Ayun-Ayun

5. Tari Golek Ayun-Ayun

Mengutip dari kikomunal-beta.dgip.go.id, tari golek ayun-ayun biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan serta acara-acara besar lainnya. Tarian ini merupakan tarian tentang wanita yang beranjak dewasa.

Mereka digambarkan sebagai remaja yang sedang senang-senangnya bersolek mempercantik diri. Tarian ini umumnya ditarikan oleh dua penari atau lebih.

6. Tari Golek Menak

Mengutip dari budaya.jogjaprov.go.id, tari golek menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Penciptaan tarian ini berawal dari ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak.

Pertunjukan wayang tersebut dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah Kedu pada 1941. Oleh karena itu, semua hal yang terkait dengan tarian ini, seperti tata busana, gerakan, alur cerita, hingga tokohnya, disesuaikan dengan wayang golek.

7. Tari Kumbang

Menurut laman kikomunal-beta.dgip.go.id, tari kumbang merupakan tarian yang menceritakan sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang saling kejar-kejaran dan berterbangan layaknya kekasih. Kumbang tersebut lalu hinggap di sebuah bunga untuk menghisap sari bunga bersama.

Dalam pertunjukan tari kumbang, para penonton akan diajak berimajinasi dengan suasananya yang sangat romantis.

8. Tari Langen Asmoro

Masih dari sumber yang sama, tari langen asmoro merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang percintaan. Tarian ini menceritakan sepasang kekasih yang sedang saling memadu kasih, jatuh cinta, bermesraan, dan bahagia bersama.

Tarian ini umumnya ditampilkan di acara-acara pernikahan. Dengan menampilkan tarian ini diharapkan pasangan pengantin bisa menjadi pasangan yang selalu berbahagia dan terhindar dari berbagai macam konflik.

9. Tari Serimpi 

Tari serimpi sudah sangat dikenal hingga kancah internasional. Dulunya, tarian ini merupakan salah satu tarian khas Yogyakarta yang dianggap sakral dan hanya boleh dipertunjukkan di lingkungan Kraton saja. 

Tari serimpi biasanya dipertunjukkan dalam acara-acara resmi saja, seperti ritual kenegaraan hingga acara peringatan naiknya tahta sultan. Namun, seiring berkembangnya zaman, tari serimpi kini boleh dipertunjukkan di beberapa acara lainnya, salah satunya penyambutan tamu.

10. Tadi Satrio Watang

Tari satrio watang atau yang juga dikenal dengan nama tari prawiro watang ini menceritakan tentang kegagahan para prajurit-prajurit zaman dahulu. Para prajurit ini sangat mahir dalam memakai senjata watang atau tongkat.
Nama 'satrio' berarti prajurit (ksatria), sedangkan 'watang' berarti tongkat yang terbuat dari kayu. Pemakaian tongkat atau watang ini pun menjadi ciri khas tersendiri dalam tari satrio watang.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya