Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru dari tim Mailman School of Public Health, Columbia University di Amerika Serikat mengemukakan terkait efek dari polusi udara tinggi dapat mempengaruhi kesehatan tulang.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, penelitian yang menghubungkan polusi udara dengan kepadatan mineral tulang. Terkhusus bagi perempuan yang telah menginjak fase pasca menopause.
Kepadatan mineral tulang, risiko osteoporosis, dan patah tulang pada kelompok usia senior (lansia) memang sudah ada. Di sisi lain, ini adalah penelitian pertama yang mengeksplorasi kualitas udara dan kepadatan mineral tulang pada wanita pascamenopause.
Penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal peer-review eClinical Medicine, yang merupakan bagian dari rangkaian jurnal akses terbuka The Lancet Discovery Science.
Tim ilmuwan menganalisis data yang dikumpulkan melalui studi Women's Health Initiative terhadap 161.808 wanita pascamenopause. Dari situ, peneliti melihat efeknya paling jelas terlihat pada tulang punggung bawah (lumbar), dengan nitrat oksida dua kali lebih merusak area tersebut dibandingkan yang terlihat pada penuaan normal.
Paparan para peserta terhadap perkiraan polusi udara (PM 10, NO2 dan SO2) di rumah mereka dipelajari. Para ilmuwan mengukur kepadatan mineral tulang (BMD) seluruh tubuh, pinggul, leher femur, dan tulang belakang lumbar pada awal percobaan.
Peneliti kemudian melakukan pengukuran lanjutan setelah satu tahun, tiga tahun , dan enam tahun dengan menggunakan absorptiometri sinar-X energi ganda.
Diddier Prada Angkat suara
Menurut penulis Diddier Prada, temuan ini mengonfirmasi bahwa kualitas udara yang buruk dapat menjadi faktor risiko pengeroposan tulang, terlepas dari faktor sosioekonomi atau demografi.
"Untuk pertama kalinya, kami memiliki bukti bahwa nitrogen oksida, khususnya, merupakan kontributor utama kerusakan tulang dan tulang belakang lumbal merupakan salah satu tempat yang paling rentan terhadap kerusakan ini," kata Diddier Prada, seperti dilansir dari laman India Today, Jumat (24/2/2023).
Penulis utama Andrea Baccarelli menyarankan untuk lebih fokus pada deteksi dini kelompok yang berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan tulang akibat polusi udara. Sumber utama nitrous oxides adalah knalpot mobil dan truk serta emisi dari pembangkit tenaga listrik.
Advertisement