Asal-Usul Bika Ambon yang Jadi Makanan Khas Medan

Bika ambon merupakan kue basah yang terkenal dengan warna kuning dan berongga di dalamnya.

oleh Tifani diperbarui 22 Mar 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2023, 05:00 WIB
Bika Ambon Tapi Kok dari Medan?
Namanya Bika Ambon, tapi ini salah satu oleh-oleh khas Medan. Kok bisa ya?

Liputan6.com, Medan - Bika ambon merupakan salah satu makanan khas Medan, Sumatra Utara. Kudapan jenis ini kerap menjadi buah tangan atau oleh-oleh andalan para wisatawan.

Bika ambon merupakan kue basah yang terkenal dengan warna kuning dan berongga di dalamnya. Kue ini juga memiliki rasa dan aroma yang khas sehingga membuat orang ketagihan untuk memakannya.

Bika ambon memiliki sejarah asal muasal yang menarik. Terlebih penamaan "ambon" dalam makanan tradisional khas Medan.

Dikutip dari laman pemkomedan.go.id, nama kue bika ambon diambil dari kata bika. Bika adalah sejenis kue khas Melayu yang biasanya juga disebut sebagai bingka.

Kue bika ambon adalah hasil modifikasi dari bika khas Melayu, yang ditambahkan nira atau tuak enau sebagai pengembang. Dulu, pada tahun 1980-an di Jalan Majapahit di kota Medan, banyak dijual kue bika ambon.

Kuliner Medan ini dulunya disantap bersama dengan es krim pada 1970-an. Sementara menurut sumber lainnya,istilah bika dan bibingka diperkenalkan oleh Portugis.

Istilah ini pada mulanya berarti adalah kue yang terbuat dari tepung beras. Selain cerita asal-usul bika ambon di atasa, ada juga beberapa cerita sejarah mengenai keberadaan bika ambon di tanah Medan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Beragam Versi

Salah satu versi cerita sejarah bika ambon menyebutkan ada sebuah daerah beranama Amplas yang terbagi menjadi wilayah barat dan timur. Wilayah timur dikenal sebagai 'kebon' karena ada perumahan buruh, kebun tembakau, serta kebun kakao.

Sementara, wilayah barat dikenal sebagai 'pabrik' karena terdapat pabrik lateks. Kemudian, Bika Ambon ini diperkenalkan salah satu buruh transmigran yang berasal dari Jawa dan ia memasarkannya di Medan.

Orang-orang Belanda pun menyukai kue tersebut dan akhirnya memancing orang Tionghoa untuk ikut memasarkan. Kue tersebut kemudian menjadi sangat laris.

Dari versi cerita ini, kue Bika Ambon merupakan kependekan dari Amplas-Kebon.

Proses pembuatan bika ambon dapat memakan waktu hingga 12 jam. Sarang-sarang atau lubang pada kue Bika Ambon ini menandakan bahwa proses produksinya tidak mudah.

Jika dilakukan secara tradisional dan hasil yang maksimal, maka terdapat beberapa aturan khusus saat membuat bika ambon. Diantaranya telurnya harus segar, yaitu baru ditetaskan sehari sebelum digunakan.

Air kelapa yang digunakan harus dibuat dari air kelapa yang tumbuh di pantai. Hal ini dilakukan agar hasil bika ambon mengembang sempurna dan tidak bantat.

Meski proses pembuatan Bika Ambon terbilang rumit dan panjang, namun bahan baku yang digunakan untuk membuat bika ambon cukup sederhana. Bahan yang dibutuhkan hanya tepung sagu, tepung terigu, air kelapa, ragi, santan, telur, gula pasir dan vanili.

Jika ingin rasa yang berbeda, bisa ditambahkan ekstrak perasa di dalamnya. Bika ambon dibuat dengan cara merebus santan dengan jeruk nipis dan daun pandan.

Setelah santan dingin, masukkan bahan-bahan seperti telur, tepung terigu, gula dan jus satu per satu. Bahan tersebut diaduk hingga merata, lalu didiamkan beberapa jam hingga mengendap.

Setelah itu masukkan adonan ke dalam oven dengan api sedang dan tunggu hingga kue matang. Saat ini, varian rasa Bika Ambon semakin berkembang. Selain Bika Ambon dengan warna kuning yang mengeluarkan aroma kelapa yang kuat. Kini terdapat pula Bika Ambon dengan rasa yang lebih variatif, seperti nangka, durian, keju cokelat, pandan dan moka.

Bika ambon merupakan oleh-oleh khas Medan yang tak boleh lupa untuk dibawa pulang. Selain rasanya yang enak, bika ambon merupakan kue yang cukup tahan lama.

Bika ambon dapat bertahan selama 3-4 hari meskipun bebas bahan pengawet. Kue ini memiliki tekstur yang lembut, sedikit kenyal dan sangat cocok untuk teh atau kopi pagi.

Sekotak bika ambon biasanya dibanderol mulai dari Rp 50.000-Rp 100.000, tergantung varian rasa selera dan ukurannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya