Liputan6.com, Aceh - Bubur pedas atau bubur pedah merupakan makanan khas Suku Melayu, termasuk Suku Tamiang. Suku Tamiang yang mendiami Aceh merupakan bagian dari etnis Melayu.
Mengutip dari parpora.acehtamiangkab.go.id, bubur ini memiliki cita rasa yang sesuai dengan namanya, yakni pedas. Umumnya, bubur ini hanya disajikan saat momen-momen tertentu, seperti saat Ramadan, menyambut tamu, kenduri, atau pernikahan.
Tak hanya sebagai makanan, bubur ini juga memiliki filosofi tersendiri. Bubur pedas bagi masyarakat Tamiang Aceh memiliki filosofi 'sempene atau keberkahan'.
Advertisement
Baca Juga
Artinya, dalam proses pembuatan tidak hanya mengandalkan kreativitas, tetapi juga bahan-bahan yang memiliki makna tersendiri. Salah satu bahan yang ada di dalan bubur pedas adalah umbi-umbian, seperti ubi kayu, ubi jalar kuning dan merah, serta labu kuning.
Umbi-umbian ini dikenal memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan metabolisme tubuh. Bubur ini biasanya disantap bersama dengan kepiting dan ikan asin.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bubur pedas melambangkan persatuan masyarakat Tamiang yang terdiri dari bermacam-macam suku. Meski berasal dari bermacam suku, tetapi masyarakat Tamiang tetap bersatu-padu.
Masyarakat percaya, bubur ini sudah ada sejak lama bahkan sebelum Islam masuk ke Aceh. Hal ini bisa dilihat dari bentuk dan rasa bubur yang sama dengan bubur di India.
Meski sulit menemukan bubur pedas di hari-hari biasa, tetapi bubur ini masih tetap eksis hingga sekarang karena merupakan salah satu menu yang wajib pada momen-momen penting. Hal tersebut membuat keberadaan kuliner Aceh ini tidak tergeser oleh menu lainnya.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak