Liputan6.com, Solo - Adat pernikahan di setiap daerah memiliki ciri khas dan ketentuannya masing-masing, tak terkecuali pernikahan adat Solo. Sebelum resmi melangsungkan pernikahan, banyak prosesi yang harus dilalui kedua calon pengantin.
Mengutip dari surakarta.go.id, berikut beberapa prosesi yang perlu dilalui bagi calon pasangan pengantin yang akan melaksanakan pernikahan sesuai adat di Kota Solo:
1. Nontoni
Advertisement
Nontoni merupakan prosesi awal ketika seorang pria akan melamar pasangannya. Pada tahap ini, pihak keluarga pria datang ke rumah pihak keluarga wanita.
Baca Juga
Tujuan dari prosesi ini adalah untuk mempertemukan kedua belah pihak sekaligus keluarga dari kedua calon pengantin. Selain itu, prosesi ini juga untuk memastikan kepada pihak wanita apakah masih berstatus lajang atau telah memiliki pilihan sendiri.
2. Panembung (Lamaran)
Setelah melalui tahap nontoni, prosesi selanjutnya adalah panembung atau lamaran. Sesuai nama prosesinya, pihak keluarga pria akan melamar sang wanita dalam prosesi ini.
Biasanya, pihak wanita akan meminta tenggat waktu sekitar sepasar (5 hari) untuk mempertimbangkannya terlebih dahulu. Namun, jika sudah cukup yakin, maka pihak wanita akan langsung memberikan jawaban kepada pihak keluarga pria bahwa pihak wanita siap diperistri.
3. Petung
Tahap petung bertujuan untuk memastikan karakter, watak, dan kepribadian pasangan yang dipilih benar-benar sesuai. Penentuan tersebut didasarkan pada perhitungan salaki rabi dengan menggunakan nama dan tanggal lahir.
4. Pasang Tarub
Menuju hari pernikahan akan diadakan prosesi pembuatan 'bleketepe'. Bleketepe adalah anyaman daun kelapa yang akan dijadikan atap di lokasi resepsi pengantin. Pemasangan tarub ini merupakan simbol harapan agar pasangan bisa terus saling mencintai tanpa redup.
Â
Srah-Srahan
5. Srah-srahan
Srah-srahan adalah prosesi di mana pihak calon pengantin pria menyerahkan beberapa barang kepada pihak keluarga perempuan. Barang-barang yang diberikan biasanya berupa seperangkat pakaian lengkap, perhiasan, beras, kelapa, alat-alat rumah tangga, binatang ternak, dan sejumlah uang.
6. Siraman
Tepat satu hari sebelum acara pernikahan dimulai, calon pengantin akan melakukan upacara siraman. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari dengan melibatkan anggota keluarga, mulai dari ayah, ibu, kakek, nenek, maupun kerabat lainnya.
Adapun air yang digunakan biasanya berasal dari berbagai sumber mata air. Air tersebut juga disertai bunga warna-warni.
Usai prosesi siraman, biasanya ibu dari calon mempelai wanita akan menjual dawet. Sementara sang ayah mempelai wanita bertugas memayungi ibu.
7. Malam Midodareni
Malam midodareni merupakan malam tirakatan. Pihak keluarga wanita akan memanjatkan doa yang bertujuan untuk meminta keberhasilan acara pernikahan di esok hari.
Pada malam midodareni, calon pengantin pria belum diperbolehkan bertemu dengan calon pengantin wanita. Selain itu, prosesi ini juga akan dibuatkan kembar mayang yang menjadi salah satu perlengkapan untuk pernikahan.
Kembar mayang terbuat dari rangkaian janur, buah, bunga, dan daun. Dua kembar mayang yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama ini melambangkan pohon kehidupan bagi calon pengantin.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement