Sebelum Menikah dengan Adat Solo, Pasangan Pengantin Harus Lakukan Prosesi Ini

Berikut beberapa prosesi yang perlu dilalui bagi calon pasangan pengantin yang akan melaksanakan pernikahan sesuai adat di Kota Solo.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Mei 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2023, 08:00 WIB
Kemeriahan Kirab Kaesang Pangarep dan Erina Gudono
Pasangan pengantin Kaesang Pangarep dan Erina Gudono menaiki kereta saat prosesi kirab Ngunduh Mantu di kawasan Selamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Minggu (11/12/2022). Kirab ngunduh mantu pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dan istrinya Erina Gudono yang dimulai dari Loji Gandrung menuju Pura Mangkunegaran tersebut disaksikan ribuan masyarakat Solo dan sekitarnya. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Solo - Adat pernikahan di setiap daerah memiliki ciri khas dan ketentuannya masing-masing, tak terkecuali pernikahan adat Solo. Sebelum resmi melangsungkan pernikahan, banyak prosesi yang harus dilalui kedua calon pengantin.

Mengutip dari surakarta.go.id, berikut beberapa prosesi yang perlu dilalui bagi calon pasangan pengantin yang akan melaksanakan pernikahan sesuai adat di Kota Solo:

1. Nontoni

Nontoni merupakan prosesi awal ketika seorang pria akan melamar pasangannya. Pada tahap ini, pihak keluarga pria datang ke rumah pihak keluarga wanita.

Tujuan dari prosesi ini adalah untuk mempertemukan kedua belah pihak sekaligus keluarga dari kedua calon pengantin. Selain itu, prosesi ini juga untuk memastikan kepada pihak wanita apakah masih berstatus lajang atau telah memiliki pilihan sendiri.

2. Panembung (Lamaran)

Setelah melalui tahap nontoni, prosesi selanjutnya adalah panembung atau lamaran. Sesuai nama prosesinya, pihak keluarga pria akan melamar sang wanita dalam prosesi ini.

Biasanya, pihak wanita akan meminta tenggat waktu sekitar sepasar (5 hari) untuk mempertimbangkannya terlebih dahulu. Namun, jika sudah cukup yakin, maka pihak wanita akan langsung memberikan jawaban kepada pihak keluarga pria bahwa pihak wanita siap diperistri.

3. Petung

Tahap petung bertujuan untuk memastikan karakter, watak, dan kepribadian pasangan yang dipilih benar-benar sesuai. Penentuan tersebut didasarkan pada perhitungan salaki rabi dengan menggunakan nama dan tanggal lahir.

4. Pasang Tarub

Menuju hari pernikahan akan diadakan prosesi pembuatan 'bleketepe'. Bleketepe adalah anyaman daun kelapa yang akan dijadikan atap di lokasi resepsi pengantin. Pemasangan tarub ini merupakan simbol harapan agar pasangan bisa terus saling mencintai tanpa redup.

 

Srah-Srahan

5. Srah-srahan

Srah-srahan adalah prosesi di mana pihak calon pengantin pria menyerahkan beberapa barang kepada pihak keluarga perempuan. Barang-barang yang diberikan biasanya berupa seperangkat pakaian lengkap, perhiasan, beras, kelapa, alat-alat rumah tangga, binatang ternak, dan sejumlah uang.

6. Siraman

Tepat satu hari sebelum acara pernikahan dimulai, calon pengantin akan melakukan upacara siraman. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari dengan melibatkan anggota keluarga, mulai dari ayah, ibu, kakek, nenek, maupun kerabat lainnya.

Adapun air yang digunakan biasanya berasal dari berbagai sumber mata air. Air tersebut juga disertai bunga warna-warni.

Usai prosesi siraman, biasanya ibu dari calon mempelai wanita akan menjual dawet. Sementara sang ayah mempelai wanita bertugas memayungi ibu.

7. Malam Midodareni

Malam midodareni merupakan malam tirakatan. Pihak keluarga wanita akan memanjatkan doa yang bertujuan untuk meminta keberhasilan acara pernikahan di esok hari.

Pada malam midodareni, calon pengantin pria belum diperbolehkan bertemu dengan calon pengantin wanita. Selain itu, prosesi ini juga akan dibuatkan kembar mayang yang menjadi salah satu perlengkapan untuk pernikahan.

Kembar mayang terbuat dari rangkaian janur, buah, bunga, dan daun. Dua kembar mayang yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama ini melambangkan pohon kehidupan bagi calon pengantin.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya