Menelusuri Jejak Batik di Kota Surakarta

Beberapa catatan sejarah menulis, batik telah melalui banyak perkembangan pada masa kerajaan Mataram Islam.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 19 Mei 2023, 00:04 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2023, 00:00 WIB
Museum Batik Danar Hadi Solo
Museum Batik Danar Hadi Solo

Liputan6.com, Solo - Batik merupakan salah satu kekayaan budaya bernilai seni tinggi yang menjadi ikon Indonesia. Keberadaan batik tentu tidak luput dari Kota Solo.

Kota Solo dikenal sebagai penghasil kain batik terbesar di Indonesia. Batik Solo pun terkenal dengan corak dan motif tradisionalnya.

Melekatnya batik dengan Kota Solo juga dibuktikan dengan adanya dua kampung batik yang menjadi destinasi wisata menarik di Solo. Mengutip dari surakarta.go.id, sejarah batik di Indonesia sebenarnya berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Jawa.

Beberapa catatan sejarah menulis, batik telah melalui banyak perkembangan pada masa kerajaan Mataram Islam. Seperti yang diketahui, kerajaan Mataram Islam pernah menduduki Kota Solo.

Setelah wilayah Mataram terbagi menjadi dua, yakni Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta, batik Solo pun mulai berkembang. Perpecahan tersebut membuat semua barang-barang kerajaan dibawa ke Yogyakarta, termasuk busana batik.

Pakubuwana IV pun memutuskan untuk membuat busana keraton yang baru. Busana tersebut diberi nama 'gragak Surakarta' yang artinya gaya Surakarta.

Kehadiran busana tersebut membuat corak batik Surakarta mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Corak batik Surakarta juga memiliki ciri khas tersendiri, yakni identik dengan warna putih kecoklatan atau krem.

Selain itu, batik Surakarta juga identik dengan warna gelap, seperti hitam dan cokelat. Terkait motif, batik Surakarta identik dengan motif geometris berukuran kecil yang mengikuti pakem batik Mataram.

Batik Surakarta sendiri terbagi menjadi dua, yakni motif batik Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Beberapa motif batik dari Keraton Kasunanan, di antaranya parang barong, parang curiga, parang sarpa, ceplok burba, ceplok lung kestlop, candi luhur, srikaton, dan bondhet.

Sementara motif batik dari Pura Mangkunegaran, yaitu buketan pakis, sapanti nata, ole-ole, wahyu tumurun, parang kesit barong, parang sondher, parang klithik glebag, seruni, dan liris cemeng. Kehadiran motif kedua jenis batik tersebut membuat peradaban batik di Kota Solo semakin berkembang. Hal itu terbukti dengan adanya Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman yang masih eksis hingga kini.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya