Pengakuan Penumpang Kapal Mati Mesin di Kendari, Mogok 6 Kali Sebelum Dievakuasi Tim SAR

Sebuah kapal penumpang rute Menui Sulawesi Tengah-Kota Kendari , mengalami mati mesin di Pulau Saponda Konawe Selatan, sebanyak 63 penumpang dievakuasi.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 29 Mei 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2023, 15:00 WIB
Kapal mati mesin rute Menui-Kota Kendari di perairan Saponda Kabupaten Konawe Selatan, sebanyak 63 penumpang dievakuasi kapal Basarnas.(Liputan6.com/dok warga)
Sebuah kapal penumpang rute Menui Sulawesi Tengah-Kota Kendari , mengalami mati mesin di Pulau Saponda Konawe Selatan, sebanyak 63 penumpang dievakuasi.

Liputan6.com, Kendari - Kapal penumpang rute Menui Sulawesi Tengah-Kota Kendari, mengalami mati mesin, Minggu (28/5/2023) sekitar pukul 9.00 Wita. Kapal 2R asal Menui, membawa 53 orang penumpang dan 9 orang anak buah kapal (ABK).

Kapal, diketahui mulai mati mesin sejak masih di perairan Menui. Menurut sejumlah penumpang, ada enam kali mati masin hingga berujung kapal terombang ambing hingga di dekat perairan Pulau Saponda Kabupaten Konawe Selatan. Lokasi perairan ini, merupakan jalur masuk ke Teluk Kendari, tempat kapal berlabuh. 

Plt Kepala Kantor SAR Kendari Hidayat mengatakan, kronologi kejadian saat KM 2 R, berlayar dari Menui ke Kendari. Saat itu, sekitar 11.30 Wita, pihak Basarnas menerima Informasi telah terjadi kerusakan mesin.

"Mesin induk mati, sudah dilakukan perbaikan oleh ABK namun tak kunjung bisa beroperasi normal," ujar Hidayat.

Informasi kapal mati mesin, awalnya diterima pihak KSOP Kendari sekitar pukul 13.12 Wita. Saat itu, KSOP langsung menuju lokasi tanpa bantuan kapal SAR Kendari menggunakan KN 370. Mereka kemudian mengidentifikasi lokasi kapal di bagian utara Pulau Saponda Laut, dekat Teluk Kendari.

Diketahui, saat menuju TKP untuk mengevakuasi, Kondisi Kapal KN 370 ikut mengalami kerusakan. Mesin kemasukan air dan kapal terpaksa kembali. Setelah itu, tim SAR menerima informasi dan langsung menuju lokasi menggunakan KN Pacitan.

"Namun, saat kami tiba di lokasi sekitar pukul 15.30 Wita, posisi kapal mati mesin sudah bergeser jauh dan tak kami temui," ujar Hidayat.

Sekitar pukul 15.50 Wita, pihak Kantor SAR Kendari mendapat informasi kapal berada sekitar 12 mil laut dari Pulau Saponda. Penyebabnya, terombang-ambing gelombang akibat mesin tak hidup .

Saat ditemukan tim SAR, ternyata kapal lain sudah mengevakuasi dengan cara menarik menggunakan tali. Kapal lalu digiring hingga ke teluk. Kemudian, KN Pacitan mengevakuasi seluruh penumpang menuju dermaga kapal kontainer di Bungkutoko.

"Saat dievakuasi, ketinggian gelombang mencapai 1 hingga 2 meter di wilayah perairan Saponda," kata Hidayat.

Diketahui, dalam kondisi normal, kapal penumpang seharusnya sudah tiba di pelabuhan Kendari paling lambat sekitar pukul 14.00 Wita atau sekitar enam jam pelayaran. Namun, akibat kejadian ini, penumpang baru bisa tiba di Kendari sekitar pukul 22.00 Wita.  

Pihak nahkoda kapal, belum mengkonfirmasi penyebab kapal mati mesin . Saat ini, kapal tengah berada di pelabuhan Kontainer Bungkutoko.Menurut penumpang kapal, ada total enam kali kapal mati mesin Menui-Kendari. Hal itu sejak pukul 11.30 Wita hingga pukul 13.30 Wita.

 

 

Kapal Mati Mesin Sejak di Sulawesi Tengah

Kapal mati mesin rute Menui-Kota Kendari di perairan Saponda Kabupaten Konawe Selatan, sebanyak 63 penumpang dievakuasi kapal Basarnas.(Liputan6.com/dok warga)
Sebuah kapal penumpang rute Menui Sulawesi Tengah-Kota Kendari , mengalami mati mesin di Pulau Saponda Konawe Selatan, sebanyak 63 penumpang dievakuasi.

Diketahui, kapal mulai mogok sejak berada di Perairan Menui, Sulawesi Tengah. Beberapa penumpang sempat mendengar informasi, mesin kapal mengalami putus tali panbel.

Sempat berusaha diganti, kapal sempat kembali berjalan hingga mogok beberapa kali. Kondisi ini, kemudian tidak bisa dikendalikan nahkoda, hingga kapal terombang ambing-ambing dan masuk ke perairan Kendari.

Bahnur, salah seorang penumpang menceritakan, saat mati mesin penumpang terlihat tidak panik. Sebab, kondisi ombak di perairan masih tenang.

"Namun, saya perhatikan, nampaknya kapal tidak memiliki cukup pelampung, tapi Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa," ujar Bahnur.

Dia mengatakan, beruntung kapal tidak oleng atau gelombang tidak menghanyutkan kapal hingga ke tengah samudera. Jika terjadi, dia mengkawatirkan potensi adanya korban jiwa.

Nitra, salah seorang penumpang lainnya mengatakan, saat kapal mati mesin, beberapa penumpang memilih tetap dalam posisi berbaring. Sebab, jika berdiri, terasa oleng dan bisa mengakibatkan mabuk laut.

"Penumpang awalnya tidak panik, namun beberapa mulai khawatir saat sudah di Pulau Saponda karena gelombang mulai besar," ujar Nitra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya