Liputan6.com, Medan Sejak diluncurkannya program inovasi 'Pelakor', singkatan dari Pelaksanaan Totok Cegah Rokok, oleh UPT Puskesmas Tegal Sari di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Mei 2023, sejumlah warga yang menjalani terapi mulai merasakan manfaat.
Warga mengaku setelah menjalani terapi ada sedikit perubahan, yang awalnya perokok aktif, kini mulai merasakan hambar ketika merokok. Hal itu dirasakan oleh warga bernama Yuliani, usai menjalani terapi 'Pelakor'.
"Sebelum mengenal terapi totok, dalam sehari merokok bisa sampai satu bungkus, kini hanya setengah bungkus saja," ucapnya, Jumat (9/6/2023).
Advertisement
Baca Juga
Diungkapkan Yuliani, karena mulai merasakan manfaat dari 'Pelakor', dirinya yang mempunyai niat untuk berhenti merokok dan akan rutin menjalani terapi di Puskesmas Tegal Sari. Sebab selama 20 tahun merokok, ibu rumah tangga ini sudah mulai menyadari bahaya rokok untuk kesehatan.
"Harga rokok saat ini juga mahal, lebih baik berhenti," ungkapnya.
Manfaat dari 'Pelakor' juga dirasakan warga lainnya, Ahmad Rahwan. Walalu baru pertama kalinya menjalani terapi totok, dirinya sudah mulai merasakan manfaatnya.
"Setelah diterapi tadi, merokok agak sedikit hambar. Kemudian lanjut merokok lagi, ada rasa rokok itu," ujarnya.
Diakui Ahmad, yang juga Kepala Lingkungan ini, dirinya sudah merokok sejak1996 dan kini sudah ingin berhenti. Karena sudah merasakan manfaat dari 'Pelakor', Ahmad akan rutin datang ke Puskesmas Tegal Sari untuk terapi.
"Bagi warga yang ingin berhenti merokok, datang langsung ke Puskesmas Tegal Sari untuk menjalani terapi totok. Ini Gratis," ujarnya.
Petugas Mendapat Sosialisasi
Kepala UPT Puskesmas Tegal Sari, Medan Denai, drg Kartika Anggreny menjelaskan, petugas kesehatan telah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan di Dinas Kesehatan Kota Medan terkait ilmu terapi totok untuk mengatasi pecandu rokok.
"Bertepatan di hari tanpa tembakau kemarin, saya merasa program ini perlu dikembangkan dan akhirnya kita launching. Selain untuk pencegahan perokok, melalui program ini masyarakat juga dapat melakukan konseling seputar upaya untuk berhenti merokok," jelasnya.
Menurut Kartika, program 'Pelakor' ini tidak akan berhasil dan bermanfaat bagi pasien yang menjalani terapi jika tidak ada keinginan ataupun niat untuk berhenti merokok. Sebab pada saat dilakukan terapi totok, juga menstimulasi pikiran dari perokok untuk berhenti.
"Kita namai program ini 'Pelakor' agar menggunggah orang untuk mengetahui bahwasannya stigma yang kurang baik di tengah masyarakat, ternyata program ini baik untuk membuat perokok aktif berhenti merokok," sebutnya.
Advertisement
Akan Buka Konseling
Ditambahkan Kartika, untuk awal pihaknya akan sosialisasikan program ini kepada warga dengan mengajak lintas sektor, yaitu kepala-kepala lingkungan yang merokok untuk menjalankan terapi dan konseling.
"Kita berharap program ini dapat berkembang. Ke depan akan dibuka poliklinik konseling bebas rokok, sehingga bukan hanya terapi totok saja, tetapi juga konseling bagaimana cara mencegah ataupun cara berhenti merokok," ungkapnya.
Dafni Idaliska Silitonga, petugas program Penyakit Tidak Menular (PTM) yang juga menerapi totok terhadap pasien menjelaskan, sebelum diterapi pasien diperiksa kesehatannya, termasuk mengetahui kadar karbonmonoksida di dalam paru-paru dengan menggunakan alat smoke analyzer.
Ada 9 titik yang harus ditotok dalam terapi 'Pelakor'. Mulai dari ubun-ubun, sisi kanan kiri kepala sampai ke paha, guna memberikan rangsangan terhadap pusat saraf, khususnya dofamin yang merupakan tempat berkumpulnya nikotin.
"Jika terapi ini berhasil, nantinya respons yang didapatkan pasien, maka rokok akan hambar bahkan sampai muntah," tandasnya.