Liputan6.com, Solo - Saat mengunjungi Museum Radya Pustaka, pengunjung akan melihat sebuah hiasan (canthik) unik berupa perahu di salah satu ruangannya. Perahu yang disebut perahu Rajamala itu memiliki hiasan unik di bagian ujung depan dan belakangnya.
Hiasan tersebut bernama canthik perahu Rajamala. Mengutip dari pariwisatasolo.surakarta.go.id, hiasan ini dibuat atas prakarsa Pakubuwono IV saat masih menjadi putra mahkota, yakni pada masa pemerintahan 1788-1820.
Canthik perahu Rajamala terbuat dari kayu jati yang berasal dari hutan Donoloyo. Hutan tersebut adalah hutan khusus milik keraton Surakarta.
Advertisement
Konon, ketika ada bangunan keraton yang kayunya perlu diganti, maka saat itu juga akan ada pohon jati di hutan Donoloyo yang tumbang. Bentuk canthik pada perahu tersebut memang cenderung menyeramkan.
Baca Juga
Namun, bentuk tersebut dipilih berdasarkan kesaktian tokoh Raden Rajamala yang tak terkalahkan dalam kisah pewayangan. Selain itu, Rajamala juga merupakan simbol untuk menolak bala atau aura negatif.
Sementara ini, terciptanya canthik Rajamala ini diikuti dengan kisah pelamaran Putri Bupati Cakraningrat di Sumenep, Madura, oleh Pakubuwono IV. Saat itu, transportasi perahu merupakan transportasi yang paling umum digunakan.
Pakubuwono IV pun ingin perahu yang dinaikinya memiliki ornamen bagus, sehingga Rajamala dipilih untuk menjadi ornamen sekaligus nama perahu Pakubuwono IV. Perahu Rajamala memiliki ukuran sekitar 58,9 x 6,5 meter. Awalnya, perahu ini akan difungsikan sebagai alat transportasi air bagi permaisuri Pakubuwono IV jika ingin pulang ke Madura.
Namun, perahu tersebut kemudian hanya dipakai hilir mudik Solo-Gresik. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Pakubuwono VII, sebuah kapal duplikat dibuat untuk disimpan di keraton.
(Resla Aknaita Chak)