Sosok Chairil Anwar di Balik Hari Puisi Indonesia yang Diperingati Tiap 26 Juli

Tiap tanggal 26 Juli, Indonesia memperingati Hari Puisi.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 26 Jul 2023, 14:44 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 14:43 WIB
Sambut HUT ke-74 RI, Koleksi Seni Rupa Nasional Dipamerkan
Pengunjung melintas di depan lukisan Chairil Anwar yang dipamerkan pada pameran seni rupa koleksi nasional #2 yang bertema Lini Transisi di Galeri Nasional, Jakarta, Selasa (13/8/2019). Pameran berlangsung hingga 31 Agustus mendatang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

 

Liputan6.com, Jakarta - Tiap tanggal 26 Juli, Indonesia memperingati Hari Puisi. Penetapan tersebut dideklarasikan di Pekanbaru pada 22 November 2012, berdasarkan kesepakatan para penyair. Tanggal 26 Juli sendiri diambil dari hari kelahiran penyair besar dalam sejarah sastra Indonesia, yaitu Chairil Anwar

Lalu siapa sebenarnya Chairil Anwar, mengapa hari lahirnya sampai dijadikan Hari Puisi Indonesia? Penyair bohemian ini sebenarnya lahir dari keluarga kelas atas. Ayahnya adalah seorang pegawai tinggi di zaman kolonial Belanda bernama Toleoes bin Manan. Sementara sang ibu bernama Saleha, seorang putri bangsawan Koto Gadang, Sumatera Barat, yang ternyata punya pertalian saudara dengan ayah perdana menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir. 

Chairil Anwar kecil sangat gemar membaca. Di kalangan teman-temannya, Chairil dikenal sebagai bocah yang kutu buku. Beranjak remaja dia dikenal sebagai anak yang suka menonton bioskop dan 'playboy'. Meski begitu, wawasan literasi Chairil melebihi kawan-kawan seangkatannya. Chairil remaja gemar melahap buku-buku sastra, sejarah, dan ekonomi yang biasa dibaca siswa HBS atau Hoogere Burgerschool, sekolahnya anak-anak Eropa, Tionghoa, dan kaum elite pribumi.

Pada 1942, Chairil Anwar pindah ke Jakarta mengikuti ibunya, karena sang ayah menikah lagi. Di sinilah titik balik kehidupan Chairil. Seorang anak dari keluarga terpandang itu kini hidup miskin di Jakarta, menggelandang dari satu tempat ke tempat lain. Namun begitu, dia tumbuh menjadi pemuda yang intelek, bacaannya segudang, dan wawasannya semakin bertambah. 

Salah satu kenakalan yang pernah dilakukannya mengajak Asrul Sani mencuri. Bukan emas atau berlian, tapi yang dicuri adalah buku filsafat. Dia mencuri di toko buku Belanda bernama Van Dorp. Berdalih di balik kalimat "Bangsa mereka juga merampok kekayaan negeri kita", Chairil tak pernah menyesal mencuri buku di toko buku Belanda. Maka jika kawan-kawannya ada yang memerlukan buku bagus, mereka datang ke Chairil, dan mengandalkan caranya yang membawa buku tanpa bayar.  

Sejarawan Rudi Husein yang dikutip dari Seri Buku Saku Tempo, kehidupan Charil Anwar juga terinfluence dengan Sjahrir. kedekatan Chairil dan Sjahrir membuat dirinya mengenal tokoh-tokoh besar, termasuk wartawan di zaman pergerakan kemerdekaan, sebut saja seperti Rosihan Anwar dan Mochtar Lubis. Chairil yang saat itu juga membantu propaganda kemerdekaan Indonesia telah bersinggungan dengan para bapak bangsa, seperti Sukarno, Hatta, Amir Sharifuddin, dan Ki Hadjar Dewantara. Dari orang-orang hebat itulah, Chairil memupuk puisi-puisinya yang bernada nasionalisme, sebut saja puisi yang berjudul Krawang-Bekasi dan Aku.

Dalam buku biografi Chairil Anwar yang ditulis Hasan Aspahani, jauh sebelum dirawat di Rumah Sakit CBZ atau yang sekarang RS Cipto Mangunkusumo, Chairil Anwar sudah digerogoti banyak penyakit, antara lain sakit paru-paru, tifus, dan infeksi usus. Namun Chairil tidak memiliki uang sehingga tidak bisa menjalani perawatan secara teratur. Tujuh hari terbaring di RS CBZ, penyair bohemian itu akhirnya berpulang pada Kamis, 28 April 1949 pukul 14.30 WIB, dalam usianya yang masih sangat muda, yaitu 27 tahun. 

 

 

 

Deklarasi Hari Puisi Indonesia

Berikut teks deklarasi Hari Puisi Indonesia yang diperingati tiap 26 Juli

DEKLARASI HARI PUISI INDONESIA

Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu pula, sastrawan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia, mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan.

Sebagai bangsa yang merdeka. Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis.Dengan semangat itu pula para penyair memilih menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata ikut membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak utama tradisi puisi Indonesia modern.

Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menganugerahi bangsa Indonesia dengan kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus untuk mengabadikankenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini, kami mendeklarasikan tanggal lahir Chairil Anwar, 26 Juli, sebagai Hari Puisi Indonesia.

Dengan ditetapkannya Hari Puisi Indonesia, maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat, dan terbuka.

Pekanbaru, 22 November 2012

Sutardji Calzoum Bachriatas nama Penyair Indonesia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya