Mengenal Pohon Pule yang Ditanam di Jalan Sudirman Bandung, Pohon 'Keramat' yang Banyak Manfaat

Pohon pule banyak dimanfaatkan oleh berbagai masyarakat, tak hanya di Indonesia tapi negara lainnya.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 04 Agu 2023, 04:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2023, 04:00 WIB
Pohon Pule
Pohon pule di Jalan Sudirman Kota Bandung. (Dok. Pemkot Bandung)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung baru saja menanam seratusan pohon pule di Jalan Sudirman. Niat pemkot, katanya, ditanam sebagai respons terhadap perubahan iklim. Pohon pule dipercaya bisa mengantisipasi tekanan udara Kota Bandung yang dirasa kian memanas.

Setelah lebat, jajaran pohon-pohon itu diharapkan mampu tumbuh, hingga akan menyuguhkan keindahan dan kerindangan di sepanjang jalan. Pernyataan tersebut disampaikan Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna, dalam agenda selebrasi penanaman pohon pule di Jalan Sudirman, Kota Bandung, pekan ini, Kamis, 3 Agustus 2023.

"Pohon ini memiliki kontribusi bagi perbaikan lingkungan. Pohon ini tidak mudah gugur. Ini mudah pemeliharaannya. Sisi bentuk itu cocok, nanti jika rimbun akan jauh lebih indah," kata Ema sambil turut menitip amanat ke camat dan lurah setempat agar terus merawat pohon-pohon itu.

Lebih jauh, Ema mengklaim, penanaman pohon pule tersebut adalah bagian dari rencana atau kegiatan pemkot yang disebutnya sebagai "OTW (on the way) Bandung Teduh".

Pohon pule atau yang juga biasa disebut pohon pulai itu memiliki nama lain yakni Alstonia scholaris.

Dalam artikel riset berjudul "Alstonia scholaris, Tumbuhan Langka yang Berpotensi" (2006), ditulis Diyan Meiningsasi Siswoyo Putri, dari Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya, Bali, menyebutkan bahwa pohon pule telah lama dimanfaatkan oleh banyak masyarakat di berbagai belahan dunia.

"Di Amerika Utara tumbuhan ini digunakan sebagai tanaman hias. Kayunya yang tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstruksi ringan di ruangan atau untuk bubuk kertas (pulp) dan kertas. Juga digunakan sebagai bahan kerajinan, misalnya patung dan topeng serta papan tulis sekolah," tulis Diyan, dirujuk Liputan6.com dalam publikasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sementara, di Sri Lanka pohon pule lazim digunakan sebagai kayu bakar, meski tidak terlalu baik jika digunakan sebagai arang. Selain itu, digunakan juga sebagai bahan batang korek api dan pensil. Kayu muda dapat digunakan sebagai sumbat botol/drum, khususnya untuk penyimpanan minyak.

"Tumbuhan ini termasuk jenis yang dilindungi di antaranya adalah oleh: PP. No.7 tahun 1999, Keputusan Menteri Pertanian No 54/kpts/um/2/1972," katanya.

Pohon pule juga menjadi salah satu pohon yang penting bagi umat Hindu Bali. Kayu dari tanaman ini dipercaya memiliki nilai magis atau religius, sehingga banyak digunakan sebagai salah satu piranti dari sarana upacara keagamaan, serta sabagai bahan pembuatan topeng.

"Biasanya mereka (masyarakat Hindu Bali) mengambil tanaman tersebut di tepi-tepi jalan sekitar pura ataupun pekarangan rumah, yang memang tumbuh secara alami," tulis Diyan, merujuk pada karya tulis A Chevallier, Natural Health; Encyclopedia of Herbal Medicine (2000).

Selain kayunya, sambung Diyan, daun pohon pale juga digunakan dalam upacara Pitra Yadya sebagai salah satu komponen yang terdapat dalam sesajen/banten, yaitu jejangan urap. Perasan air daun tanaman tersebut juga kerap dimanfaatkan untuk obat panas dalam.

"Selain kayu dan daun, kulit kayu juga diketahui mengandung alkaloid (indole alkaloids) yang adapat dipakai sebagai obat malaria, diare, menurunkan tekanan darah tinggi dan dapat mengatasi pendarahan hebat atau pembersihan darah nifas," tulis Diyan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya