Membendung Hoaks di Kampus Palembang

Akademisi Unsri dan emak-emak di Palembang melakukan berbagai cara agar bisa terhindar dari ujaran kebencian dan hoaks yang menyebar di lingkungannya.

oleh Nefri Inge diperbarui 28 Agu 2023, 19:23 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2023, 23:39 WIB
ilustrasi hoaks
Gambar identifikasi hoaks maupun hate speech (sumber: Freepik)

Liputan6.com, Palembang - Masifnya ujaran kebencian atau hoaks jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang bisa memicu kegaduhan hingga ke masyarakat.

Sebagai pengajar di Universitas Sriwijaya (Unsri) Yulian Junaidi terus melakukan berbagai cara agar memangkas tradisi penyebaran hoaks di kalangan mahasiswanya.

Apalagi jelang Pemilu, para generasi muda menjadi salah satu sosok yang mampu memberikan informasi ke tingkat keluarga hingga masyarakat luas, agar tidak mudah terpengaruh dengan berita-berita yang tidak diketahui kebenarannya.

Ada banyak edukasi yang dilakukannya ke anak didiknya di Fakultas Pertanian Unsri, mulai dari mencari informasi berdasarkan fakta dan rujukan terpercaya.

“Saya juga mengingatkan agar jangan mengambil rujukan yang tidak jelas. Mereka harus melakukan verifikasi setiap mengambil keputusan itu. Bahkan jika ragu, harus menelusuri sumber-sumber lainnya,” katanya kepada Liputan6.com di Palembang, Minggu (27/8/2023).

Banyaknya beredar ujaran kebencian dan hoaks di media sosial (medsos) yang tersebar secara berantai, membuatnya kian gencar untuk membentuk mahasiswa menjadi laskar-laskar pemberantas hiaks.

Langkah lainnya yang sudah dilakukan yakni dengan membangun perilaku komunikasi yang baik, yang diajarkannya ke mahasiswanya.

Dalam mata kuliahnya yakni Sosial Ekonomi Pertanian, ada teori komunikasi yang diajarkan ke mahasiswa, agar mudah mengaplikasikan saat melakukan penyuluhan dan bisnis.

“Mahasiswa harus mengetahui komunikatornya siapa, yang menyampaikan pesan itu terpercaya tidak. Misalnya media yang mempublikasikannya, dicari tahu juga informasinya dari mana. Kalau dari sisi ilmiah, harus lebih valid lagi informasinya,” ujar akademisi Palembang ini.

Perilaku komunikasi itulah yang juga menjadi modal dasar dari mahasiswa, untuk menghalau informasi-informasi sesat. Bahkan jika ada oknum-oknum tenaga pengajar yang menyisipkan kampanye politiknya, mahasiswa bisa langsung menyaringnya.

Informasi hoaks seringkali didapat oleh Suryana (69), warga Kecamatan Ilir Timur II Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), dari berbagai grup WhatsApp.

Terlebih saat menjelang Pemilu 2024, banyak rekan-rekannya dari berbagai komunitas yang membagikan link medsos dengan informasi yang belum tentu akurat.

Beberapa video yang pernah dia lihat, seperti saat Presiden Joko Widodo membagi-bagikan uang ke masyarakat dan tokoh-tokoh politik lainnya yang diberitakan miring di medsos tersebut.

 “Saya sempat termakan informasi hoaks itu dan turut menyebarkannya ke teman-teman dan keluarga di grup WhatsApp,” ungkapnya.

Saat dia berdiskusi dengan anak-anaknya tentang informasi yang didapatkannya, Suryana diberitahu bagaimana caranya mencari tahu kebenaran dari informasi yang didapatkannya itu.

Seperti mengakses internet dan mencari tahu kebenarannya dengan membaca berbagai referensi berita dari media online.

“Walau agak gaptek, tapi dengan berdiskusi bareng anak-anak dan memakai internet dengan baik, jadi informasi hoaks yang saya dapatkan bisa disaring lebih baik,” katanya.

Dia mengakui, ada banyak ujaran kebencian yang menyebar di grup WhatsApp, yang menjatuhkan beberapa kandidat di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg) hingga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti.

Namun dengan sering berdiskusi, dia juga turut menyebarkan cara-cara mencari tahu informasi yang benar ke rekan-rekan sebayanya.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya